Daftar isi
Jamur secara garis besar terbagi menjadi dua, ada yang bisa dikonsumsi dan ada yang tidak [1]. Jamur yang dapat dikonsumsi memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia.
Namun tetap diingat, bahwa mengonsumsi jamur harus pada kadar yang tepat karna memiliki efek samping. Berikut penjelasan mengenai jamur, manfaat, efek samping, dan penyimpanan serta cara konsumsi yang baik.
Jamur merupakan suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi namun tidak memiliki klorofil [2]. Umumnya jamur berbentuk benang.
Jamur terdiri dari jenis jamur yang dapat dikonsumsi (edible) dan jamur yang tidak dapat dikonsumsi (non-edible).
Ciri-ciri Jamur yang Dapat Dikonsumsi (edible): [3]
Jenis jamur yang dapat dikonsumsi: [3]
Ciri-ciri Jamur yang Tidak Dapat Dikonsumsi (non-edible):
Jenis Jamur yang Tidak Dapat Dikonsumsi:
Tidak semua jamur dapat dikonsumsi. Terdapat beberapa jamur yang liar atau bersifat racun sehingga dalam memilih jamur untuk dikonsumsi harus berhati-hati.
Kandungan gizi dalam 100 gram jamur berdasarkan AKG 2000 kalori adalah sebagai berikut [5][6].
Name | Amount | Unit |
Kalori | 294 | kkal |
Karbohidrat | 64,6 | gram |
Protein | 16 | gram |
Lemak | 0,9 | gram |
Magnesium | 1289 | mg |
Kalsium | 27,6 | mg |
Kalium | 33,12 | mg |
Tembaga | 12,9 | mg |
Seng | 109,6 | mg |
Kandungan utama dalam jamur adalah karbohidrat, protein dan tembaga, serta senyawa beta-glucan.
Karbohidrat dan kandungan kalori yang tinggi menyebabkan jamur dijadikan sumber energi. Selain itu, kandungan protein yang cukup tinggi sangat baik bagi metabolisme tubuh [9].
Selain itu, protein yang terkandung dalam jamur juga mudah dicerna serta mengandung asam amino esensial khususnya lisin dan leusin. Lisin berfungsi untuk pembangun protein, menyeimbangkan asam amino pada tubuh, meningkatkan pertumbuhan dan membantu penyerapan kalsium dalam tubuh [19].
Leusin merupakan kelompok asam amino esensial, baik untuk otot, hati dan jaringan lemak. Dapat mencegah gangguan fungsi tubuh namun leusin tidak diproduksi oleh tubuh [20]. Selain itu, jamur juga mengandung berbagai macam enzim terutama tripsin [3].
Tripsin merupakan enzim yang membantu proses pemecahan yang mempercepat reaksi biokimia dalam tubuh untuk menghilangkan sel kulit mati sehingga sel kulit sehat dapat tumbuh kembali. Tripsin berperan penting dalam membantu proses pencernaan.
Mineral yang terkandung berupa mineral makro dan mikro meliputi kalsium, fosfor, natrium, kalium, magnesium, besi, tembaga, mangan, dan seng yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tembaga dalam jamur berperan penting dalam meningkatkan produksi sel darah merah di dalam tubuh [9].
Vitamin yang terkandung dalam jamur adalah vitamin D, C dan E. Jamur juga dijadikan sebagai makanan pelindung (antibodi) karena kandungan vitamin B-kompleks yang lengkap termasuk riboflavin [5][6].
Kandungan gizi jamur juga meliputi sejumlah senyawa penting lainnya seperti selenium dan antioksidan [5].
1. Meningkatkan sistem imun tubuh
Sistem imun adalah struktur biologis yang berfungsi untuk melindungi dari pengaruh biologis luar dengan cara mengenali dan membunuh patogen (agen biologis yang menyebabkan penyakit).
Salah satu senyawa yang terdapat dalam jamur adalah beta-glucan. Beta-glucan juga mampu meningkatkan imunitas, membantu mengatasi infeksi bakteri virus & jamur dan melindungi tubuh dari efek toksik sinar X-Ray maupun pada terapi radiasi [7].
2. Menurunkan kolestrol
Kandungan protein yang tinggi yang ditemukan di dalam jamur membantu membakar kolesterol ketika dicerna. Menyeimbangkan kadar kolesterol antara kolesterol jahat dan kolesterol baik sangat penting dalam pencegahan berbagai penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke [8].
Selain itu, jamur juga mengandung beta-glucan. Beta-glucan adalah polisakarida yang berasal yang terdapat pada dinding tubuh jamur. Beta-glucan ada di dalam berbagai jenis jamur, salah satunya adalah jamur kancing [7].
Beta-glucan dapat menurunkan kadar lemak LDL (low density-lipoprotein) atau biasa dikenal sebagai kolesterol ‘jahat’. Sebaliknya, beta-glucan justru membantu meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ yang memang dibutuhkan oleh tubuh [7].
Angka normal dari kadar LDL adalah 100-129 md/dL. Namun orang dewasa yang sehat dianjurkan untuk memiliki kadar LDL 100 md/dL ke bawah. Apabila melebihi 129 md/dL, maka dianggap memiliki kadar LDL yang tinggi.
3. Antioksidan
Jamur mengandung selenium. Selenium merupakan antioksidan kuat yang menangkal radikal bebas dan umumnya memperkuat sistem kekebalan tubuh .
Jamur mengandung antioksidan berupa vitamin C dan ergothioneine [9]. ET (ergothioneine) adalah antioksidan dan antiinflamasi yang unik, yang tidak dapat disintesis oleh manusia melainkan dari tumbuhan seperti cendawan [12]. Menurut sebuah studi, ergothioneine efektif dalam meminimalisir terjadinya aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak pada dinding pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penyebab umum penyakit jantung koroner.
4. Menjaga sirkulasi darah dan mencegah hipertensi
Jamur mengandung mineral tembaga di dalamnya. Tembaga adalah zat yang berperan penting dalam meningkatkan produksi sel darah merah di dalam tubuh.
Efeknya, sirkulasi darah ke seluruh tubuh menjadi lancar yang mana hal ini sangat penting untuk mengoptimalkan kinerja organ-organ tubuh [16].
Selain itu fungsi kandungan tembaga dalam jamur adalah untuk meningkatkan produksi kolagen sehingga memperkuat jaringan ikat pada tubuh, dan menjaga fungsi sistem saraf.
Jamur juga mangandung vitamin C, kalium dan juga serat. kandungan ini mampu mencegah terjadinya hipertensi. Ketiga zat tersebut dikenal efektif dalam membantu pengendalian tekanan darah [13].
Jamur dapat mencegah lemak menumpuk di dalam pembuluh darah dan dapat meningkatkan sirkulasi darah.
5. Mencegah penyakit kanker
Beta-glucan memang tidak bisa mematikan sel-sel kanker, namun fungsinya untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh dapat mencegah sel kanker dapat berkembang lebih lanjut. Zat ini pun kerap digunakan dalam kemoterapi pada penderita kanker [14].
Kandungan jamur lainnya yang diklaim dapat mencegah dan mengatasi kanker adalah lentinan. Kandungan Lentinan merupakan polisakarida anti-tumor intravena.
Lentinan bekerja dengan menaikkan efek dari beberapa obat-obatan yang melawan virus dan kanker, serta meningkatkan aktivitas dari sel imun yang dimiliki oleh tubuh [9].
Sebuah studi yang melibatkan pasien penderita penyakit kanker lambung menemukan fakta bahwa lentinan yang turut disertakan dalam kemoterapi mampu meningkatkan kesehatan tubuh pasien-pasien tersebut.
Lentinan dalam jamur jenis shiitake dapat memperpanjang harapan hidup pasien penderita kanker yang telah menjalani kemoterapi.
Lentinan juga dapat memperlambat laju pertumbuhan tumor dan meningkatkan kemungkinan remisi atau keadaan pasien kanker yang sudah tidak memiliki sel kanker lagi di dalam tubuhnya) [9].
Jamur dapat menekan pertumbuhan sel kanker payudara. Keunggulan ini terdapat pada cendawan dengan jenis tiram, portobello, crimini, dan kancing putih.
Jamur merupakan sumber kalsium yang kaya nutrisi penting dalam pembentukan dan penguatan tulang. Pasokan kalsium yang stabil dalam makanan dapat mengurangi kemungkinan untuk mengalami kondisi seperti osteoporosis dan dapat mengurangi nyeri sendi [10].
Selenium ditemukan dalam jumlah besar dalam jamur. Selenium bermanfaat bagi kesehatan tulang dengan menambah kekuatan tulang dan meningkatkan daya tahan tulang. Selenium juga memperkuat gigi, rambut, dan kuku [10][11][15].
Konsumsi jamur dengan tidak hati-hati akan menyebabkan berbagai efek samping baik dalam skala ringan hingga kronis. Beberapa risiko mengonsumsi jamur antara lain:
1. Halusinasi (Psikosis)
Halusinasi atau dalam istilah medis disebut psikosis adalah risiko yang akan terjadi apabila kita salah mengonsumsi jamur atau mengonsumsi jamur yang beracun [17].
Gejala yang ditimbulkan meliputi:
Efek samping ini pernah ditemukan dari sampel kotoran hewan yang mengonsumsi jamur beracun. Hewan tersebut akan langsung merasakan efeknya sekitar 20 menit pasca mengonsumsi dan umumnya bertahan selama 5-6 jam.
2. Keracunan
Risiko lainnya mengonsumsi jamur yakni keracunan. Jenis jamur seperti lepiota brunneoincarnata mengandung racun bernama amatoksin yang jika dikonsumsi dapat berakibat pada komplikasi organ hati (liver) yang cukup parah dan bisa menyebabkan kematian. Hal ini juga berlaku pada jenis jamur lainnya seperti jamur cokelat dan jamur amanitas [17].
3. Alergi
Sebagai tumbuh-tumbuhan, jamur juga menghasilkan spora. Pada beberapa kondisi, spora ini bisa menimbulkan reaksi alergi, seperti asma, bahkan gangguan pada organ paru-paru [17].
Namun demikian, bagi yang memiliki alergi terhadap spora jamur tidak disarankan untuk mengonsumsinya. Pastikan jamur yang dikonsumsi benar-benar higienis dan telah dimasak sampai benar-benar matang.
4. Menyebabkan Rematik
Rematik adalah penyakit yang menimbulkan rasa sakit akibat otot atau persendian yang mengalami peradangan dan pembengkakan. Rematik adalah penyakit yang disebabkan oleh asupan beta-glucan yang berlebihan. Selain itu, beta-glucan juga bisa berdampak pada sejumlah penyakit lain seperti multiple-sclerosis, asma, dan penyakit lupus [18].
Ibarat pisau bermata dua, beta-glucan pada jamur selain memiliki manfaat juga memiliki bahaya bagi kesehatan tubuh. Hal ini terjadi apabila dikonsumsi secara berlebihan sehingga kadar beta-glucan yang masuk ke dalam tubuh melebihi batas kewajaran.
5. Kanker
Cara memasak jamur yang tidak benar bisa berisiko menimbulkan penyakit kanker. Sejumlah zat yang terkandung di dalam jamur seperti agaritin diakui berpotensi menyebabkan tumor yang bisa berkembang menjadi kanker apabila terpapar suhu yang terlalu tinggi [18].
Kandungan agaritin berbeda-beda antara jamur-jamur yang ada. Kandungan agaritin (% berat segar) pada Agaricus bisporus mentah, misalnya, berkisar dari 0,033% sampai 0,173%, dengan rata-rata 0,088%.
Penyimpanan jamur dapat dilakukan dengan 4 hal berikut.
Penyimpanan dalam wadah kedap udara atau kantong plastik akan menyebabkan pembusukan pada jamur dan pembusukan akan menyebar dengan cepat.
Jamur dapat dikonsumsi dengan berbagai olahan makanan seperti pepes, goreng tepung, sambal, tumis, dan dipanggang. Jamur sebaiknya tidak dikonsumsi dalam bentuk mentah. Konsumsi jamur dengan memasaknya hingga matang dan dengan cara yang higienis.
Jamur memiliki kandungan yang sangat bermanfaat. Manfaat jamur dapat dirasakan apabila cara mengonsumsinya secara benar dan higienis. Konsumsi jamur yang berlebihan dapat menghasilakn efek samping yang cukup berbahaya bagi tubuh.
1) Kuo M. 20017. 100 Wild edible mushrooms. Ann Arbor (MI): University of Michigan Press.
2) Baldauf SL, Roger AJ, Wenk-Siefert I, Doolittle WF. 2000. Science. 290:972–7.A kingdom-level phylogeny of eukaryotes based on combined protein data.
3) Chang ST. Mushroom research and development - equality and mutual benefit. 1996. biology and mushroom products.
4) Neeranjini Nallathamby, Chia-Wei Phan, Syntyche Ling-Sing Seow, Asweni Baskaran, Hariprasath Lakshmanan, Sri N. Abd Malek, and Vikineswary Sabaratnam. 2017. Frontiers of Pharmacology. 8: 998. A Status Review of the Bioactive Activities of Tiger Milk Mushroom Lignosus rhinocerotis (Cooke) Ryvarden.
5) Institute of Medicine, Food and Nutrition Board. 2000. National Academies Press. Dietary Reference Intakes: vitamin C, vitamin E, selenium, and carotenoids.
6) Bailey RL, Dodd KW, Goldman JA, Gahche JJ, Dwyer JT, Moshfegh AJ, Sempos CT, Picciano MF. 2010. Journal of Nutrition 140:817–22.Estimation of total usual calcium and vitamin D intakes in the United States.
7) W. J. A. Banukie N. Jayasuriya, Shiroma M. Handunnetti, Chandanie A. Wanigatunge, Gita H. Fernando, D. Thusitha U. Abeytunga, and T. Sugandhika Suresh. 2020. Evidence Based Complement Alternat Medicine 6845383. Anti-Inflammatory Activity of Pleurotus ostreatus, a Culinary Medicinal Mushroom, in Wistar Rats
8) Akramiene D, Kondrotas A, Didziapetriene J, Kevelaitis E. 2007. Medicina. 43(8):597-606. Effects of beta-glucans on the immune system
9) Ki Nam Yoon, Nuhu Alam, Kyung Rim Lee, Pyung Gyun Shin, Jong Chun Cheong, Young Bok Yoo, and Tae Soo Lee. 2011. Molecules Mar; 16(3): 2334–2347. Antioxidant and Antityrosinase Activities of Various Extracts from the Fruiting Bodies of Lentinus lepideus
10) Calvo MS, Babu US, Garthoff LH, Woods TO, Dreher M, Hill G, Nagaraja S. 2013. Osteoporos International. 24:197–207. Vitamin D2 from light-exposed edible mushrooms is safe, bioavailable and effectively supports bone growth in rats.
11) Bailey RL, Dodd KW, Goldman JA, Gahche JJ, Dwyer JT, Moshfegh AJ, Sempos CT, Picciano MF. 2010. Journal of Nutrition. 140(8): 17-22. Estimation of total usual calcium and vitamin D intakes in the United States.
12) Dirk Gründemann. 2012. Preventive Medicine. Pages 71-74. The ergothioneine transporter controls and indicates ergothioneine activity - A review
13) Mattila P., Konko K., Eurola M., Pihlava J.M., Astola J., Vahteristo L., Hietaniemi V., Kumpulainen J., Valtonen M., Piironen V. 2001. Journal of Agriculture Food Chemical 49: 2343-2348. Contents of vitamins, mineral elements, and some polyphenolic compounds in cultivated mushrooms.
14) Maria Rita Carvalho Garbi Novaes, Fabiana Valadares, Mariana Campos Reis, Daniella Rodrigues Gonçalves, and Marilia da Cunha Menezes. 2011. Clinics. 66(12): 2133–2139. The effects of dietary supplementation with Agaricales mushrooms and other medicinal fungi on breast cancer: Evidence-based medicine
15) Diana Constantinescu-Aruxandei, Rodica Mihaela Frîncu, Luiza Capră, and Florin Oancea. 2018. Nutrients. Oct; 10(10): 1466. Selenium Analysis and Speciation in Dietary Supplements Based on Next-Generation Selenium Ingredients
16) Iwona Mirończuk-Chodakowska, Katarzyna Socha, Małgorzata Elżbieta Zujko, Katarzyna Maria Terlikowska, Maria Halina Borawska, and Anna Maria Witkowska. 2019. International Journal of Enviromental Research and Public Health. Oct; 16(19): 3614. Copper, Manganese, Selenium and Zinc in Wild-Growing Edible Mushrooms from the Eastern Territory of “Green Lungs of Poland”: Nutritional and Toxicological Implications
17) Jensen N, Gartz J, Laatsch H, Biotransformations F. 2006. Planta Med. 72: 665-666. Aeruginascin, a trimethylammonium analogue of psilocybin from the hallucinogenic mushroom Inocybe aeruginascens.
18) Lin H. 1984. Zhonghua yu fang yi xue za zhi [Chinese journal of preventive medicine] 18: 231–233. Mushroom poisoning (Inocybe asterospora Quel.)–report of 3 cases.
19) Buhler S, Riciputi Y, Perretti G, Caboni MF, Dossena A, Sforza S, Tedeschi T. 2020. Foods. March 9: 9(3). Characterization of Defatted Products Obtained from the Parmigiano-Reggiano Manufacturing Chain: Determination of Peptides and Amino Acids Content and Study of the Digestibility and Bioactive Properties.
20) Christos D. Georgiou. 2018. Astrobiolgy. Nov 1; 18(11): 1479–1496. Functional Properties of Amino Acid Side Chains as Biomarkers of Extraterrestrial Life.