Daftar isi
Kandidiasis esofagus (esophageal candidiasis) adalah sebuah kondisi infeksi jamur yang menyerang bagian esofagus atau kerongkongan di mana sebutan lain untuk keadaan ini adalah esophageal thrush [1,3,4,5].
Kondisi kandidiasis esofagus ini disebabkan oleh jamur Candida, khususnya Candida albicans.
Infeksi Candida disebut juga dengan infeksi oportunistik karena umumnya menyerang orang-orang yang merupakan pasien imunosupresi.
Tinjauan Kandidiasis esofagus merupakan kondisi infeksi jamur yang menyerang esofagus atau kerongkongan di mana penyebab utamanya adalah jamur Candida.
Penyebab utama kandidiasis esofagus adalah jamur Candida, namun tidak semua jenis jamur Candida mampu menyebabkan kondisi ini [1,2,3,4].
Terdapat 20 spesies jamur Candida, namun penyebab utama kandidiasis esofagus adalah Candida albicans.
Jenis jamur penyebab kandidiasis esofagus sebenarnya selalu ada pada permukaan kulit manusia.
Bahkan sebenarnya, jamur ini dapat bertahan di dalam tubuh manusia yang tak menjadi berbahaya karena terdapat sistem imun.
Sistem daya tahan tubuh atau sistem imun di dalam tubuh bertugas mengatur organisme yang baik dan buruk sehingga sebenarnya jamur ini pun seharusnya tak menjadi ancaman.
Hanya saja, di dalam tubuh terkadang terdapat perubahan keseimbangan antara bakteri sehat dan bakteri/organisme jahat (termasuk jamur Candida).
Ketika perubahan keseimbangan terjadi, maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan jamur yang berlebih dan bahkan mampu meningkatkan risiko infeksi.
Pada sebagian kecil kasus kandidiasis esofagus lainnya, diketahui bahwa cytomegalovirus dan virus herpes simplex adalah penyebabnya [1].
Pada kondisi sehat, infeksi seperti kandidiasis esofagus tak akan mudah menyerang karena sistem imun sedang dalam kondisi yang kuat.
Hanya saja, beberapa orang dengan beberapa kondisi di bawah ini mampu meningkatkan risiko terkena kandidiasis esofagus [1,3,4] :
Tinjauan Jamur Candida jenis Candida albicans adalah penyebab utama infeksi kandidiasis esofagus. Namun, beberapa faktor seperti lemahnya imun, menderita penyakit kronis (termasuk diabetes, HIV AIDS, dan kanker), penggunaan obat-obatan tertentu, konsumsi makanan dan minuman manis berlebih, lansia, dan perokok dapat meningkatkan risiko kandidiasis esofagus.
Kandidiasis esofagus dapat menimbulkan sejumlah gejala, yaitu meliputi [1,3] :
Ada kemungkinan kandidiasis esofagus berkembang menjadi kandidiasis oral yang menyerang mulut.
Jika hal ini terjadi, beberapa gejala yang akan dialami oleh penderita antara lain adalah [5] :
Sementara itu, pada ibu menyusui infeksi Candida dapat terjadi pada puting payudara dan hal ini berpotensi besar secara tak disadari ditularkan pada sang anak yang masih bayi.
Beberapa gejala yang dapat terjadi dan perlu diwaspadai antara lain adalah [6,7] :
Jika para ibu menyusui mengalami beberapa gejala tersebut, perhatikan dan awasi kondisi anak apakah terdapat tanda-tanda infeksi usai menyusui.
Walau belum bisa bicara dan memberi tahu keluhan yang dirasakan, bayi akan lebih rewel dari biasanya saat mengalami infeksi.
Para orang tua (khususnya para ibu) perlu memperhatikan apakah terdapat perubahan pada tingkat kerewelan si kecil.
Selain itu, lesi akan timbul sebagai tanda anak mengalami infeksi kandididasis esofagus sehingga dapat segera diperiksakan ke dokter.
Tinjauan Kandidiasis esofagus dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri saat menelan, lesi putih pada lapisan esofagus dan dapat berdarah ketika tergesek, nyeri pada bagian dada, berat badan turun, mual yang dapat disertai dengan muntah, kesulitan menelan, hingga mulut kering.
Untuk menentukan bahwa kondisi gejala yang dialami pasien mengarah pada kandididasis esofagus, maka beberapa pemeriksaan perlu ditempuh oleh pasien.
Berikut ini adalah metode-metode diagnosa yang dokter terapkan :
Dokter umumnya akan merekomendasikan pemeriksaan endoskopik untuk mengidentifikasi kondisi pasien dan penyebabnya [1,3].
Endoskop adalah alat yang digunakan oleh dokter pada pemeriksaan ini dan memeriksa langsung area esofagus atau tenggorokan.
Endoskop adalah tabung fleksibel berukuran kecil yang telah dilengkapi cahaya dan kamera untuk dapat menghasilkan gambar bagian dalam esofagus.
Dokter akan memasukkannya ke dalam esofagus pasien untuk mendeteksi adanya infeksi pada bagian tersebut.
Selanjutnya, dokter akan menurunkannya hingga ke bagian usus atau perut.
Dokter perlu mengetahui apakah infeksi sudah sampai pada bagian usus sehingga metode perawatan yang sesuai dapat segera ditentukan.
Selain endoskopi, biopsi adalah metode pemeriksaan yang dapat direkomendasikan oleh dokter untuk mengonfirmasi infeksi [1,3,4,5].
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan pada esofagus yang kemudian diperiksa di laboratorium di mana hasilnya akan membantu dokter menentukan penyebab infeksi sekaligus pengobatan yang paling sesuai.
Tinjauan Untuk memastikan kondisi gejala merupakan kandidiasis esofagus, pasien perlu menempuh metode diagnosa berupa prosedur endoskopi dan biopsi.
Penanganan kandidiasis esofagus bertujuan utama membasmi jamur yang menyebabkan sekaligus meminimalisir risiko penyebaran ke organ tubuh lain.
Berikut ini adalah sejumlah metode pengobatan kandidiasis esofagus yang umumnya dokter terapkan melalui pemberian resep obat sesuai kondisi pasien :
Fluconazole oral umumnya diberikan dengan takaran 200-400 mg per hari. Penggunaannya dibatasi dan tidak untuk jangka panjang karena hanya untuk 14-21 hari saja [1,8,9].
Jika dokter mengetahui bahwa pasien memiliki intoleransi terhadap penggunaan obat fluconazole secara oral, dokter akan memberikan dengan metode intravena.
Untuk fluconazole intravena, dosis yang umumnya diberikan adalah 400 mg per hari.
Sementara dosis 100-200 mg seminggu tiga kali adalah penggunaan fluconazole dengan tujuan mencegah kandidiasis esofagus berulang.
Selain fluconazole, itraconazole dapat diresepkan oleh dokter dengan dosis per hari 200 mg [1,9].
Obat oral atau minum ini diberikan untuk mencegah penyebaran jamur dan membasminya dari dalam tubuh.
Pemberian voriconazole juga dapat dilakukan oleh dokter dengan dosis 200 mg dua kali sehari [1,10].
Penggunaannya pun tidak untuk jangka panjang karena hanya 14-21 hari saja.
Posaconazole adalah jenis obat yang juga kemungkinan akan diresepkan oleh dokter dengan dosis 400 mg [1,11].
Penggunaannya dua kali sehari setiap hari yang akan mengatasi kandidiasis esofagus refrakter.
Obat lainnya yang kemungkinan diresepkan oleh dokter adalah micafungin dengan dosis 150 mg [1,12].
Obat intravena ini diberikan setiap hari dengan tujuan melawan infeksi penyebab kandidiasis esofagus.
Resep obat ini juga dokter berikan pada pasien dengan dosis 0,3-0,7 mg per kilogram berat badan pasien setiap harinya [1,3].
Hanya saja, obat ini diperuntukkan lebih kepada pasien esofagitis kandida refrakter.
Namun jika pasien diberi obat ini, perlu adanya konsultasi lebih jauh dengan dokter mengenai risiko efek sampingnya.
Kandidiasis esofagus juga dapat diatasi dengan obat caspofungin karena efektivitasnya cukup tinggi dalam mengatasi kondisi ini [1,13].
Namun biasanya, dokter meresepkan caspofungin hanya sebagai alternatif dari amphotericin.
Tinjauan Dalam menangani kandidiasis esofagus, dokter umumnya meresepkan obat-obatan yang dapat membasmi jamur penyebab infeksi, seperti fluconazole, itraconazole, voriconazole, posaconazole, micafungin, caspofungin, dan amphotericin B deoxycholate.
Kandidiasis esofagus yang tidak segera mendapatkan penanganan dapat menyebabkan gejala yang lebih parah dan meningkatkan risiko beberapa kondisi komplikasi seperti di bawah ini [1] :
Risiko kandidiasis esofagus dapat diminimalisir dengan meningkatkan sistem imun dan memperkuatnya.
Agar sistem daya tahan tubuh tetap kuat dan tak mudah terkena infeksi, asupan makanan sehari-hari perlu dijaga dengan baik.
Berikut ini adalah sejumlah upaya pencegahan kandidiasis esofagus melalui perubahan gaya hidup yang perlu mulai diterapkan [1,3,4,5,14] :
Pada beberapa kasus, dokter akan memberikan obat antijamur preventif meskipun sangat jarang dan biasanya hanya orang-orang dengan risiko penyakit HIV AIDS yang berkemungkinan besar mendapatkan resep obat ini.
Hanya saja sebagai dampaknya, jamur dapat menjadi resistan terhadap obat antijamur preventif yang dokter berikan.
Untuk para penderita HIV AIDS, meminimalisir risiko kandidiasis esofagus dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat terapi antiretrovirus.
Selain memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan menjalani pola hidup sehat dan seimbang ditambah mengonsumsi serta menghindari makanan tertentu, penanganan kandidiasis esofagus sesegera mungkin juga dapat mencegah kandidiasis esofagus.
Karena kandidiasis esofagus berpotensi menyebar secara cepat pada organ tubuh lain seperti usus, katup jantung, hati, dan paru, mendapatkan pengobatan secepatnya adalah cara terbaik dalam meminimalisir risiko komplikasi.
Tinjauan Menjaga asupan makan dengan baik dan selalu mengonsumsi makanan minuman sehat, ditambah menjaga kebersihan mulut sangat dianjurkan. Untuk meminimalisir risiko kandidiasis esofagus juga dapat dengan mengatasi segera penyakit-penyakit yang berpotensi menyebabkannya.
1. Kyle D. Robertson; Navroop Nagra; & Dhruv Mehta. Esophageal Candidiasis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Apriliana Puspitasari, Arthur Pohan Kawilarang, Evy Ervianti & Abu Rohiman. Profil Pasien Baru Kandidiasis. E-Journal Universitas Airlangga; 2019.
3. Abdimajid Ahmed Mohamed, Xin-liang Lu, & Faycal Awaleh Mounmin. Diagnosis and Treatment of Esophageal Candidiasis: Current Updates. Canadian Journal of Gastroenterology and Hepatology; 2019.
4. Jae Hyeuk Choi, Chang Geun Lee, Yun Jeong Lim, Hyoun Woo Kang, Chi Yeon Lim, & Jong-Sun Choi. Prevalence and Risk Factors of Esophageal Candidiasis in Healthy Individuals: A Single Center Experience in Korea. Yonseo Medical Journal; 2013.
5. Shankargouda Patil, Roopa S. Rao, Barnali Majumdar, & Sukumaran Anil. Clinical Appearance of Oral Candida Infection and Therapeutic Strategies. Frontiers in Microbiology; 2015.
6. N B Brent. Thrush in the breastfeeding dyad: results of a survey on diagnosis and treatment. Clinical Pediatrics; 2001.
7. K. E. Tanguay, M. R. McBean, & E. Jain. Nipple candidiasis among breastfeeding mothers. Case-control study of predisposing factors. Official Publication of The College of Family Physicians of Canada; 1994.
8. Ameish Govindarajan; Karlyle G. Bistas; & Ayham Aboeed. Fluconazole. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. G Barbaro, G Barbarini, & G Di Lorenzo. Fluconazole compared with itraconazole in the treatment of esophageal candidiasis in AIDS patients: a double-blind, randomized, controlled clinical study. Scandinavian Journal of Infectious Diseases; 1995.
10. Lana Gerzenshtein, Shilpa M Patel, Kimberly K Scarsi, Michael J Postelnick, & John P Flaherty. Breakthrough Candida infections in patients receiving voriconazole. The Annals of Pharmacotherapy; 2005.
11. Jose A Vazquez. Role of posaconazole in the management of oropharyngeal and esophageal candidiasis. Therapeutics and Clinical Risk Management; 2007.
12. Pola de la Torre & Annette C Reboli. Micafungin: an evidence-based review of its place in therapy. Core Evidence; 2014.
13. Laurena N. Dongmo Fotsing & Tushar Bajaj. Caspofungin. National Center for Biotechnology Information; 2020.
14. R. Doug Wagner, Carey Pierson, Thomas Warner, Margaret Dohnalek, Jeffrey Farmer, Lisa Roberts, Milo Hilty, & Edward Balish. Biotherapeutic Effects of Probiotic Bacteria on Candidiasis in Immunodeficient Mice. Infection and Immunity; 1997.