Daftar isi
Kleptomania merupakan sebuah kondisi seseorang yang tak mampu mengendalikan dan menahan diri sendiri untuk mencuri [1,2,3,4,6].
Kondisi ini tergolong dalam gangguan kontrol impulsif yang juga terbilang jarang namun dapat mengganggu sisi emosional penderitanya.
Bahkan ketika penderita telah menyadari kondisinya ini, rasa malu akan meliputinya untuk mencari pengobatan karena tindakan mengutilnya.
Kleptomania adalah suatu kondisi yang bermula dari usia remaja biasanya, meskipun ada pula yang timbul pada saat usia menginjak dewasa [3].
Aksi mencuri penderita kleptomania tidak selalu harus di tempat sepi, karena ia dapat melakukannya di tempat umum sekalipun.
Walau umumnya dialami oleh usia anak, remaja dan dewasa muda, tak menutup kemungkinan kasus ini terjadi pada seorang lansia (namun kasus ini sangat langka) [1,3].
Tinjauan Kleptomania adalah kondisi gangguan kendali impulsif pada seseorang yang ditandai dengan ketidakmampuan melawan dan mengendalikan diri dari timbulnya dorongan untuk mencuri barang orang lain di tempat umum.
Penyebab pasti kleptomania belum diketahui jelas hingga kini, namun terdapat sejumlah teori yang menyatakan bahwa gangguan dan perubahan pada otak mampu menjadi penyebab kleptomania.
Beberapa faktor di bawah ini adalah berdasarkan teori dari hasil penelitian lainnya yang perlu dikenali :
Walau terdengar bukan sebagai kondisi tak asing, kleptomania tetap merupakan sebuah kondisi yang tak biasa dan cukup jarang.
Beberapa faktor risiko yang perlu diketahui akan kondisi kleptomania antara lain :
Tinjauan Penyebab kleptomania secara pasti belum diketahui, namun beberapa teori ilmiah menyebutkan bahwa gangguan serotonin, gangguan adiktif dan sistem opioid otak mampu menjadi alasan dibalik timbulnya episode kleptomania.
Penderita kleptomania pada umumnya menunjukkan sejumlah gejala seperti [1,3] :
Tidak akan mudah bagi seorang penderita kleptomania untuk keluar dari lingkaran aktivitas mencurinya.
Berikut ini adalah deretan karakteristik seorang penderita kleptomania [1,2,3,4,5,6] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri?
Rata-rata penderita kleptomania enggan memeriksakan diri karena takut dan malu.
Mereka memiliki pikiran mengenai kemungkinan dirinya ditangkap dan dipenjara ketika orang lain mengetahui mereka mencuri.
Namun, ketika menyadari bahwa diri sendiri memiliki dorongan untuk mencuri yang tak terkendali, segera berkonsultasilah dengan mencari tenaga medis khususnya di bidang kesehatan jiwa dan mental.
Seorang ahli kesehatan jiwa profesional akan membantu pasien dengan baik tanpa melaporkan ke pihak berwajib.
Bagi para anggota keluarga maupun teman dekat seorang penderita kleptomania, ajak penderita untuk segera berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa dan mental.
Ada baiknya pula saat mengetahui orang terdekat memiliki kecenderungan mencuri seperti itu untuk tidak menghakimi apalagi menyalahkan.
Beberapa hal berikut dapat dijadikan pertimbangan untuk membawa penderita ke psikolog atau psikiater [3].
Tinjauan Cemas, tegang, malu, takut, merasa bersalah, namun juga merasa lega, senang dan puas usai mencuri. Dorongan untuk mencuri tak dapat dikendalikan oleh penderita. Selain itu, pencurian akan dilakukan berulang kali karena tak dapat menahan diri.
Ketika memutuskan untuk memeriksakan diri dan mencari penanganan untuk kondisi kleptomania, pemeriksaan secara psikologis dan fisik perlu ditempuh penderita [1,3,5,6].
Pemeriksaan fisik dalam hal ini tetap diperlukan agar dokter mampu menentukan apakah di dalam tubuh penderita terdapat kondisi medis yang memicu gejala kleptomania.
Berikut adalah beberapa hal dan pertanyaan yang juga biasanya dokter ajukan kepada pasien agar mampu menguatkan diagnosa [1,3,5,6,7] :
Tinjauan Pemeriksaan kleptomania meliputi pemeriksaan fisik dan psikologis.
Bentuk penanganan penderita kleptomania meliputi obat-obatan, terapi, dan perawatan secara mandiri.
Tujuan penanganan adalah sebagai pereda gejala, pengendali dorongan mencuri, serta penurun risiko kembalinya gejala kleptomania.
Tergantung dari kondisi menyeluruh pasien kleptomania, dokter akan memberikan resep obat sesuai dengan adanya kondisi medis atau psikologis yang menyertai.
Beberapa jenis obat yang umumnya diresepkan oleh dokter antara lain adalah [1,3,4,5] :
Ada baiknya pasien atau keluarga pasien dapat menanyakan kepada dokter mengenai kemungkinan efek samping yang dapat timbul dari penggunaan obat resep tersebut.
Psikoterapi adalah bentuk terapi yang diperlukan penderita kleptomania, khususnya terapi perilaku kognitif [1,3,5].
Perilaku dan cara berpikir yang negatif dapat diatasi melalui terapi ini.
Terapis profesional di sini akan membantu pasien dalam membangun cara berpikir dan perilaku yang lebih positif dan cenderung lebih sehat.
Psikoterapi yang perlu ditempuh pasien umumnya meliputi :
Pada beberapa kasus, terapi elektrokonvulsif juga menjadi solusi bagi penderita kleptomania yang diberikan bersama dengan resep obat [3].
Usai mendapatkan penanganan secara medis melalui obat-obatan dan psikoterapi, dengan dukungan orang-orang terdekat pasien dapat melanjutkan perawatan secara mandiri [3,5,8].
Tinjauan Penanganan kleptomania dapat umumnya meliputi tiga metode, yaitu pemberian obat oleh dokter, terapi perilaku kognitif (psikoterapi), dan perawatan mandiri yang perlu dilakukan selama penggunaan obat dan penempuhan terapi.
Kleptomania yang tidak segera mendapatkan penanganan dapat mengakibatkan kerusakan hubungan antara penderita dengan orang-orang terdekatnya.
Kondisi gangguan emosional yang semakin buruk, masalah dalam pekerjaan, hingga masalah finansial dapat terjadi pada penderita kleptomania [5].
Risiko tertangkap basah dan dikucilkan masyarakat pun cukup berdampak pada kondisi penderita, termasuk juga bila sampai ditangkap dan dipenjarakan [3,6].
Kecemasan dan depresi yang semakin parah, termasuk timbulnya dorongan untuk bunuh diri bisa saja terjadi [7].
Komplikasi paling fatal adalah ketika penderita memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Penyebab kleptomania hingga kini belum jelas diketahui sehingga tak memungkinkan untuk dicegah sama sekali.
Namun demi meminimalisir risiko komplikasi dan meredakan gejala secepat mungkin, perawatan perlu diperoleh penderita ketika episode kleptomania timbul [3,4,5].
Penanganan dini juga akan mencegah konsekuensi negatif yang penderita kemungkinan harus hadapi di kemudian hari.
Tinjauan Tidak terdapat cara pencegahan kleptomania, namun untuk meminimalisir komplikasi, meredakan gejala dan mencegah pengulangan episode, penanganan dini sangat dianjurkan.
1. Yelvi Levani, Aldo Dwi Prastya, & Safira Nur Ramadhani. Kleptomania : Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang; 2019.
2. Ni Luh Bella Mega Brawanti & Anak Agung Sri Utari. Pertanggungjawaban Terhadap Orang yang Menderita Penyakit Kleptomania.
Open Journal Systems Universitas Udayana; 2020.
3. Farid Ramzi Talih, MD. Kleptomania and Potential Exacerbating Factors. Innovations in Clinical Neuroscience; 2011.
4. Ajish G. Mangot. Kleptomania: Beyond serotonin. Journal of Neurosciences in Rural Practice; 2014.
5. Elias Aboujaoude, M.D., Nona Gamel, M.S.W., & Lorrin M. Koran, M.D. Overview of Kleptomania and Phenomenological Description of 40 Patients. The Primary Care Companion to the Journal of Clinical Psychiatry; 2004.
6. Bharat Saluja, MD, Lai Gwen Chan, MBBS, MRCPsych, & Dani Dhaval, MBBS. Kleptomania: a case series. Singapore Medical Journal 2014.
7. Andrew Jen, Erika FH Saunders, Rollyn M Ornstein, Masoud Kamali, & Melvin G McInnis. Impulsivity, anxiety, and alcohol misuse in bipolar disorder comorbid with eating disorders. International Journal of Bipolar Disorders; 2013.
8. Ryan Abbott, MD, JD, MTOM & Helen Lavretsky, MD, MS. Tai Chi and Qigong for the Treatment and Prevention of Mental Disorders. HHS Public Access; 2014.