Kleptomania : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Kleptomania?

Kleptomania merupakan sebuah kondisi seseorang yang tak mampu mengendalikan dan menahan diri sendiri untuk mencuri [1,2,3,4,6].

Kondisi ini tergolong dalam gangguan kontrol impulsif yang juga terbilang jarang namun dapat mengganggu sisi emosional penderitanya.

Bahkan ketika penderita telah menyadari kondisinya ini, rasa malu akan meliputinya untuk mencari pengobatan karena tindakan mengutilnya.

Kleptomania adalah suatu kondisi yang bermula dari usia remaja biasanya, meskipun ada pula yang timbul pada saat usia menginjak dewasa [3].

Aksi mencuri penderita kleptomania tidak selalu harus di tempat sepi, karena ia dapat melakukannya di tempat umum sekalipun.

Walau umumnya dialami oleh usia anak, remaja dan dewasa muda, tak menutup kemungkinan kasus ini terjadi pada seorang lansia (namun kasus ini sangat langka) [1,3].

Tinjauan
Kleptomania adalah kondisi gangguan kendali impulsif pada seseorang yang ditandai dengan ketidakmampuan melawan dan mengendalikan diri dari timbulnya dorongan untuk mencuri barang orang lain di tempat umum.

Fakta Tentang Kleptomania

  1. Di Amerika Serikat, prevalensi pencurian menurut lembaga survei epidemiologi adalah kurang lebih 11,3% [1].
  2. Dari 11,3% kasus pencurian di Amerika tersebut, prevalensi kleptomania pada para pencuri tersebut adalah 3,8% hingga 24% [1,3].
  3. Dari 791 siswa di Amerika Serikat, sebuah studi juga menunjukkan bahwa terdapat 0,38% (3 orang) yang memenuhi kriteria kleptomania [1].
  4. Dari hasil sejumlah studi terhadap kasus kleptomania, diketahui bahwa kleptomania lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan 3:1 [1,3].
  5. Usia rata-rata pelaku pencurian pada kasus kleptomania adalah sekitar 30 tahun (usia dewasa muda), namun onset atau awal perilaku mencuri rata-rata mulai timbul pada usia 4 tahun (untuk kasus yang paling muda) dan 77 tahun (untuk kasus paling tua) [1].
  6. Di Indonesia, data prevalensi kleptomania belum tersedia, begitu juga data prevalensi secara global (dunia). Hal ini dipengaruhi oleh para penderita kleptomania yang sering menyembunyikan kondisinya dan tidak berani meminta bantuan psikologis [1].
  7. Terkait hukuman pidana terhadap kasus pencurian pada penderita kleptomania, hal ini didasarkan pada kurang mampu bertanggung jawab, tidak mampu bertanggung jawab, atau mampu bertanggung jawab [2].
  8. Kurang mampu bertanggung jawab dianggap pelaku pencurian tetap bertanggung jawab (hukuman lebih ringan) [2].
  9. Sementara itu, tidak mampu bertanggung jawab biasanya ditujukan pada penderita gangguan mental seperti kleptomania di mana pada kondisi ini jiwa pelaku tidak sedang sehat [2].
  10. Jika pelaku mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, maka itu artinya pelaku pencurian memiliki jiwa yang sehat dan sadar betul bahwa perbuatan yang dilakukannya memiliki konsekuensi hukum [2].
  11. Kleptomania adalah sebuah istilah yang diciptakan pada abad ke-19 oleh Esquirol dan Marc, psikiater Prancis dan di Amerika sejak tahun 1878 kleptomania telah menjadi kasus yang laporannya telah ada pada literatur [3].

Penyebab Kleptomania

Penyebab pasti kleptomania belum diketahui jelas hingga kini, namun terdapat sejumlah teori yang menyatakan bahwa gangguan dan perubahan pada otak mampu menjadi penyebab kleptomania.

Beberapa faktor di bawah ini adalah berdasarkan teori dari hasil penelitian lainnya yang perlu dikenali :

  • Gangguan Adiktif : Mencuri atau mengutil adalah suatu aktivitas yang mampu melepaskan dopamine, yaitu rasa puas dan senang. Seseorang dengan kleptomania akan berulang kali mencuri demi perasaan tersebut, yakni kepuasan diri sendiri [1,3,4].
  • Gangguan Serotonin : Setiap manusia di dalam tubuhnya memiliki serotonin, senyawa otak yang mengatur emosi dan suasana hati; jadi ketika kadar serotonin terlampau rendah, risiko berperilaku impulsif lebih tinggi [1,3,4,5].
  • Sistem Opioid Otak : Keinginan dan dorongan untuk mencuri dapat terjadi karena sistem opioid otak yang tidak seimbang; oleh karena itu, penderita kleptomania akan merasa kesulitan menahan diri untuk tak mencuri dan melawan keinginan tak terpuji itu [1,4].

Faktor Risiko Kleptomania

Walau terdengar bukan sebagai kondisi tak asing, kleptomania tetap merupakan sebuah kondisi yang tak biasa dan cukup jarang.

Beberapa faktor risiko yang perlu diketahui akan kondisi kleptomania antara lain :

  • Jenis Kelamin : Dua pertiga kasus kleptomania di dunia dialami oleh wanita [1,3,6].
  • Usia : Kleptomania rata-rata terjadi pada usia remaja atau saat menginjak usia dewasa; namun meski demikian, orang dewasa dan lansia pun dapat memiliki kondisi ini [1,3,5,6].
  • Riwayat Keluarga : Memiliki anggota keluarga (saudara kandung atau orang tua) dengan riwayat kleptomania dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hal yang sama. Begitu juga dengan anggota keluarga beriwayatkan penyalahgunaan alkohol, narkoba dan gangguan obsesif kompulsif (OCD) [3,5,6].
  • Penyakit Mental Lain : Risiko kleptomania jauh lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki gangguan mental lainnya, seperti pada penderita gangguan makan, gangguan kepribadian, gangguan penggunaan obat terlarang, dan gangguan bipolar [5,7].
Tinjauan
Penyebab kleptomania secara pasti belum diketahui, namun beberapa teori ilmiah menyebutkan bahwa gangguan serotonin, gangguan adiktif dan sistem opioid otak mampu menjadi alasan dibalik timbulnya episode kleptomania.

Gejala Kleptomania

Penderita kleptomania pada umumnya menunjukkan sejumlah gejala seperti [1,3] :

  • Merasa cemas dan tegang.
  • Tidak mampu menahan dan melawan keinginan untuk mencuri sesuatu yang bahkan tidak dibutuhkan sama sekali.
  • Merasa bersalah, malu dan takut ketahuan atau ditangkap karena mencuri.
  • Merasa puas, senang, dan lega ketika telah mendapatkan barang yang ia curi.
  • Meski diliputi antara perasaan senang, puas, cemas dan bersalah, penderita akan terus melakukan pencurian secara berulang karena ketidakmampuan mengendalikan diri ketika dorongan mengutil muncul.

Tidak akan mudah bagi seorang penderita kleptomania untuk keluar dari lingkaran aktivitas mencurinya.

Berikut ini adalah deretan karakteristik seorang penderita kleptomania [1,2,3,4,5,6] :

  • Penderita kleptomania mencuri hanya karena dorongan yang terlalu kuat di dalam dirinya dan tak mampu ia lawan maupun tahan.
  • Episode kleptomania atau dorongan mencuri timbul dalam diri seseorang secara tiba-tiba atau spontan; biasanya, hal ini terjadi tanpa ada perencanaan sama sekali.
  • Penderita kleptomania akan mencuri di toko besar atau bahkan di rumah kerabat dan temannya seperti misalnya saat sedang mengadakan pesta. Kecenderungan mengutil penderita kleptomania adalah di tempat umum.
  • Barang yang penderita kleptomania curi tidak digunakan, justru barang tersebut akan diberikan kepada orang lain lagi atau justru dikembalikan secara diam-diam ke tempat di mana penderita mengambilnya.
  • Barang yang penderita kleptomania curi seringkali bukan barang berharga atau barang yang terlalu mahal, bahkan sebenarnya si penderita mampu untuk membeli barang itu sendiri.
  • Barang yang penderita kleptomania curi biasanya bahkan tidak dibutuhkan olehnya.
  • Keinginan atau dorongan mencuri sering timbul dan hilang yang bersamaan dengan intensitas yang semakin kecil atau justru besar untuk mencuri seiring berjalannya waktu.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri?

Rata-rata penderita kleptomania enggan memeriksakan diri karena takut dan malu.

Mereka memiliki pikiran mengenai kemungkinan dirinya ditangkap dan dipenjara ketika orang lain mengetahui mereka mencuri.

Namun, ketika menyadari bahwa diri sendiri memiliki dorongan untuk mencuri yang tak terkendali, segera berkonsultasilah dengan mencari tenaga medis khususnya di bidang kesehatan jiwa dan mental.

Seorang ahli kesehatan jiwa profesional akan membantu pasien dengan baik tanpa melaporkan ke pihak berwajib.

Bagi para anggota keluarga maupun teman dekat seorang penderita kleptomania, ajak penderita untuk segera berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa dan mental.

Ada baiknya pula saat mengetahui orang terdekat memiliki kecenderungan mencuri seperti itu untuk tidak menghakimi apalagi menyalahkan.

Beberapa hal berikut dapat dijadikan pertimbangan untuk membawa penderita ke psikolog atau psikiater [3].

  • Anda paham betul bahwa kleptomania adalah sebuah kondisi dorongan mencuri yang terlampau kuat hingga penderitanya tak mampu menahan dan mengendalikannya.
  • Anda ingin penderita memiliki kondisi kesehatan mental yang lebih baik.
  • Anda memiliki kekhawatiran mengenai risiko aksi mencuri penderita, seperti misalnya takut penderita akan kehilangan pekerjaannya, ditangkap polisi, atau merusak suatu hubungan sosial.
  • Penderita yang segera mendapatkan perawatan akan mampu meminimalisir dorongan mencuri dan mengurangi ketergantungan atas aksi tersebut sehingga penderita tidak perlu lagi menanggung malu.
Tinjauan
Cemas, tegang, malu, takut, merasa bersalah, namun juga merasa lega, senang dan puas usai mencuri. Dorongan untuk mencuri tak dapat dikendalikan oleh penderita. Selain itu, pencurian akan dilakukan berulang kali karena tak dapat menahan diri.

Pemeriksaan Kleptomania

Ketika memutuskan untuk memeriksakan diri dan mencari penanganan untuk kondisi kleptomania,  pemeriksaan secara psikologis dan fisik perlu ditempuh penderita [1,3,5,6].

Pemeriksaan fisik dalam hal ini tetap diperlukan agar dokter mampu menentukan apakah di dalam tubuh penderita terdapat kondisi medis yang memicu gejala kleptomania.

Berikut adalah beberapa hal dan pertanyaan yang juga biasanya dokter ajukan kepada pasien agar mampu menguatkan diagnosa [1,3,5,6,7] :

  • Bagaimana perasaan pasien dan bagaimana impuls pasien.
  • Situasi apa saja yang mampu memicu gejala kleptomania (biasanya dokter sudah menyiapkan daftar situasi yang akan ditanyakan).
  • Meminta pasien mengisi kuisioner psikologis.
  • Menggunakan kriteria DSM-5 untuk mendiagnosa kleptomania pada diri pasien.
Tinjauan
Pemeriksaan kleptomania meliputi pemeriksaan fisik dan psikologis.

Penanganan Kleptomania

Bentuk penanganan penderita kleptomania meliputi obat-obatan, terapi, dan perawatan secara mandiri.

Tujuan penanganan adalah sebagai pereda gejala, pengendali dorongan mencuri, serta penurun risiko kembalinya gejala kleptomania.

Melalui Obat-obatan

Tergantung dari kondisi menyeluruh pasien kleptomania, dokter akan memberikan resep obat sesuai dengan adanya kondisi medis atau psikologis yang menyertai.

Beberapa jenis obat yang umumnya diresepkan oleh dokter antara lain adalah [1,3,4,5] :

Ada baiknya pasien atau keluarga pasien dapat menanyakan kepada dokter mengenai kemungkinan efek samping yang dapat timbul dari penggunaan obat resep tersebut.

Melalui Psikoterapi

Psikoterapi adalah bentuk terapi yang diperlukan penderita kleptomania, khususnya terapi perilaku kognitif [1,3,5].

Perilaku dan cara berpikir yang negatif dapat diatasi melalui terapi ini.

Terapis profesional di sini akan membantu pasien dalam membangun cara berpikir dan perilaku yang lebih positif dan cenderung lebih sehat.

Psikoterapi yang perlu ditempuh pasien umumnya meliputi :

  • Desentisasi Sistematik : Pada prosedur perawatan ini, pasien melatih teknik relaksasi dan terapis akan membantu pasien dalam mengendalikan dorongan mencuri di dalam dirinya setiap kali timbul.
  • Terapi Aversi : Terapi ini mengajarkan bagaimana pasien harus mengendalikan dorongan mencuri dengan cara yang tak nyaman, seperti menahan napas sampai benar-benar tak tahan ketika dorongan negatif tersebut muncul.
  • Sensitisasi Terselubung : Terapis akan meminta pasien membayangkan dirinya mencuri dan mendapatkan konsekuensi negatifnya secara langsung, seperti tertangkap oleh polisi dan dipenjarakan.

Pada beberapa kasus, terapi elektrokonvulsif juga menjadi solusi bagi penderita kleptomania yang diberikan bersama dengan resep obat [3].

Melalui Perawatan Mandiri

Usai mendapatkan penanganan secara medis melalui obat-obatan dan psikoterapi, dengan dukungan orang-orang terdekat pasien dapat melanjutkan perawatan secara mandiri [3,5,8].

  • Mengedukasi diri sendiri, terutama dalam hal faktor risiko, pemicu, dan cara pengobatan kleptomania.
  • Menjalani perawatan secara konsisten, yaitu dengan meminum obat resep dokter dan datang pada sesi terapi yang sudah dijadwalkan secara teratur.
  • Mempelajari pengelolaan stres dan teknik relaksasi, seperti halnya melakukan Yoga, meditasi, atau bahkan Tai Chi.
  • Mengalihkan dorongan negatif untuk mencuri ke hal-hal yang lebih baik dan positif, seperti aktivitas rekreasi (berwisata) atau berolahraga.
  • Memahami apa saja pemicu gejala kleptomania, yaitu dengan mengidentifikasi perasaan, berbagai macam pikiran, dan situasi yang kemungkinan besar menimbulkan dorongan mencuri.
  • Berkonsentrasi pada tujuan pemulihan diri walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk benar-benar menjadi lebih baik.
Tinjauan
Penanganan kleptomania dapat umumnya meliputi tiga metode, yaitu pemberian obat oleh dokter, terapi perilaku kognitif (psikoterapi), dan perawatan mandiri yang perlu dilakukan selama penggunaan obat dan penempuhan terapi.

Komplikasi Kleptomania

Kleptomania yang tidak segera mendapatkan penanganan dapat mengakibatkan kerusakan hubungan antara penderita dengan orang-orang terdekatnya.

Kondisi gangguan emosional yang semakin buruk, masalah dalam pekerjaan, hingga masalah finansial dapat terjadi pada penderita kleptomania [5].

Risiko tertangkap basah dan dikucilkan masyarakat pun cukup berdampak pada kondisi penderita, termasuk juga bila sampai ditangkap dan dipenjarakan [3,6].

Kecemasan dan depresi yang semakin parah, termasuk timbulnya dorongan untuk bunuh diri bisa saja terjadi [7].

Komplikasi paling fatal adalah ketika penderita memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Pencegahan Kleptomania

Penyebab kleptomania hingga kini belum jelas diketahui sehingga tak memungkinkan untuk dicegah sama sekali.

Namun demi meminimalisir risiko komplikasi dan meredakan gejala secepat mungkin, perawatan perlu diperoleh penderita ketika episode kleptomania timbul [3,4,5].

Penanganan dini juga akan mencegah konsekuensi negatif yang penderita kemungkinan harus hadapi di kemudian hari.

Tinjauan
Tidak terdapat cara pencegahan kleptomania, namun untuk meminimalisir komplikasi, meredakan gejala dan mencegah pengulangan episode, penanganan dini sangat dianjurkan.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment