Kucai merupakan tanaman yang bentuknya mirip seperti daun bawang. Biasanya kucai digunakan sebagai bahan pelengkap dalam makanan. Kucai memiliki banyak manfaat apabila dikonsumsi. Berikut penjelasannya.
Daftar isi
Tanaman kucai (Allium tuberosum) merupakan tanaman dari keluarga bawang-bawangan seperti daun bawang, bawang merah, bawang putih dan lainnya. Kucai sering disebut dengan bawang kucai [1].
Kucai memiliki bentuk daun sejajar seperti daun bawang lainnya. Bunga kucai terdapat pada bagian atas dan berwarna putih. Kucai menghasilkan umbi pada pangkal bawah yang bentuknya mirip seperti bawang putih. Rasa yang dihasilkan dari daun kucai sama seperti bawang putih [1].
Banyak sekali yang masih bingung membedakan daun bawang dengan kucai. Berikut adalah perbedaan antara kucai dengan daun bawang.
Daun bawang dipanen hingga ke akar, sedangkan kucai hanya dipotong sekitar 5 cm dari pangkal bawah [1].
Daun bawang memiliki ukuran daun yang lebih lebar dari kucai. Lebar daun bawang bisa mencapai hingga 3 kali lebar daun kucai. Daun bawang juga lebih bervolume dibanding daun kucai [12].
Daun bawang memiliki warna hijau pada bagian atas dan bagian bawah berwarna putih. Sedangkan kucai memiliki warna hijau segar secara keseluruhannya.
Daun bawang memiliki rasa dan aroma yang sedikit seperti bawang merah. Kucai memiliki rasa dan aroma seperti bawang putih. Kucai akan memiliki aroma sedikit menyengat apabila dikonsumsi mentah.
Kucai mengandung beberapa nutrisi dan vitamin yang diperlukan tubuh. Berikut kandungan gizi dalam 100 gram berat kering kucai berdasarkan AKG 2000 kalori [1].
Name | Amount | Unit |
Energi | 45 | kkal |
Karbohidrat | 10,3 | gram |
Protein | 2,2 | gram |
Lemak total | 0,3 | gram |
Serat pangan | 4,8 | gram |
Air | 86,3 | gram |
Vitamin B1 | 0,11 | mg |
Vitamin B2 | 0,2 | mg |
Vitamin B3 | 1,8 | mg |
Vitamin C | 17 | mg |
Kalsium | 52 | mg |
Fosfor | 50 | mg |
Natrium | 21 | mg |
Kalium | 439,5 | mg |
Tembaga | 110 | mcg |
Besi | 1,1 | mg |
Seng | 0,5 | mg |
Beta karoten | 2685 | mcg |
Kandungan gizi utama yang terdapat pada kucai adalah vitamin C, beta karoten, dan kandungan beberapa mineral seperti kalsium, fosfor serta kalium [1].
Kucai juga mengandung senyawa kolin yaitu senyawa organik yang dapat larut dalam air dan lemak. Kolin bukan termasuk dalam kumpulan vitamin dan mineral.
Dalam tubuh, kolin diproduksi oleh organ hati. Namun, produksi kolin oleh hati sangat sedikit sehingga dibutuhkan kolin dari sumber makanan. Kucai merupakan pilihan terbaik dalam mencukupi kebutuhan kolin [2].
Dengan kandungan gizi dan mineral yang tinggi, kucai memiliki banyak manfaat bagi kesehaan tubuh. Berikut penjelasan manfaat-manfaat tanaman kucai.
1. Mencegah Kanker
Kucai mengandung senyawa allicin. Senyawa allicin merupakan suatu senyawa organosulfur yang bersifat sebagai antioksidan yang dapat mencegah kanker.
Senyawa allicin diteliti dapat mencegah penyakit kanker seperti kanker esofagus, kanker perut, dan kanker prostat [3].
Selain senyawa allicin, kucai juga mengandung senyawa quercetin yaitu pigmen dalam tumbuhan yang mengandung antioksidan berupa flavonoid. Antioksidan ini berfungsi menghambat reaksi oksidasi yang dapat menciptakan radikal bebas [3].
Kucai juga mengandung beta karoten dan vitamin C yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas yang mencegah terjadinya kanker.
2. Mencegah Serangan Jantung
Senyawa allicin dalam kucai mampu mencegah terjadinya arterosklerosis, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi terjadinya penumpukan lemak dalam sistem peredaran darah.
Arterosklerosis adalah suatu penyakit peradangan yang terjadi pada pembuluh darah manusia [4].
Arterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
Senyawa kolin juga mampu mengurangi bahkan menghilangkan tumpukan kolestrol dari organ hati. Apabila tubuh kekurangan kolin, maka penumpukan kolestrol dalam tubuh dapat terjadi [4].
Senyawa lainnya dalam kucai untuk menjaga kesehatan jantung adalah quercetin yang berfungsi meningkatkan peredaran darah dan bekerja dengan cara menghilangkan tumpukan lemak atau plak di arteri, sehingga pembuluh darah tidak kaku [4].
Kucai mengandung beberapa vitamin B kompleks dan vitamin C yang meningkatkan produksi sel darah merah. Kurangnya produksi sel darah merah dapat menyebabkan penyakit anemia.
Selain itu, kucai juga mengandung mineral fosfor dan zat besi yang sangat berperan dalam produksi sel darah merah. Mineral tembaga yang terkandung dalam kucai juga berperan dalam proses pembentukan sel darah merah [4].
3. Anti-inflamasi
Anti-inflamasi dapat disebut juga dengan anti peradangan. Peradangan merupakan suatu reaksi biologis sebagai bentuk pertahanan tubuh apabila mengalami cedera atau luka akibat serangan bakteri dan jamur.
Kucai mengandung beta karoten yang berfungsi sebagai anti peradangan. Selain itu kucai juga mengandung mineral fosfor.
Kandungan senyawa dan mineral ini mampu mengurangi peradangan yang terjadi dalam tubuh khususnya dalam sistem pencernaan yaitu lambung dan usus [8].
Senyawa allicin dalam kucai juga membantu untuk mempercepat penyembuhan luka dan mampu mencegah berbagai infeksi.
4. Meningkatkan Fungsi Otak
Senyawa kolin merupakan salah satu senyawa dalam kucai yang berfungsi dalam produksi asetilkolin dan menjadi neurotransmitter.
Neurotransmitter merupakan senyawa yang membawa pesan saraf ke tubuh. Senyawa kolin pada kucai mampu meningkatkan kinerja fungsi otak [5].
Senyawa quercetin juga memiliki kemampuan menetralkan racun pada sistem saraf akibat stress oksidatif dan melindungi dari kerusakan otak. Stress oksidatif merupakan suatu kondisi tubuh yang mengandung banyak radikal bebas sehingga bentuk pertahanan tubuh dapat menurun [5].
Kucai mengandung senyawa beta karoten yang berfungsi menjaga kesehatan mata.
Beta karoten merupakan senyawa organik jenis senyawa karotenoid yang memberikan warna pada sayur dan buah. Kandungan beta karoten dalam kucai adalah sebanyak 2685 mcg [1].
Beta karoten didalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A. senyawa ini mencegah katarak dan degenerasi makula. Senyawa ini juga mampu mencegah rabun ayam [7].
Degenerasi makula adalah suatu kondisi penglihatan yang menurun. Penyakit ini biasanya terjadi pada lansia berumur 60 tahun ke atas.
Kucai mengandung mineral kalsium yang berperan dalam menjaga kesehatan tulang dan gigi.
Mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium mampu mencegah penyakit osteoporosis atau tulang keropos [7].
Setiap orang rata-rata membutuhkan 1000 mg kalsium per hari. Bagi anak-anak dibutuhkan 1300 mg kalsium, sedangkan wanita dewasa membutuhkan 1200 mg kalsium.
Kandungan vitamin C dalam kucai mampu melindungi sel-sel tulang dari kerusakan. Selain itu, kucai juga mengandung protein yang cukup tinggi.
Kandungan protein tersebut berfungsi dalam menjaga kepadatan tulang dan gigi secara keseluruhan khususnya tulang area pinggul dan tulang belakang [7].
Kucai juga mengandung mineral seng sebanyak 0,5 mg yang berperan dalam menjaga kesehatan tulang.
Mineral seng berfungsi membantu pembentukan sel pembangun tulang. Selain itu, mineral seng juga berperan dalam mencegah kerusakan tulang di usia lanjut.
7. Menjaga Kesehatan Pencernaan
Kucai mengandung beberapa vitamin B kompleks diantaranya vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin B3.
Vitamin B kompleks dapat larut dalam air sehingga langsung diproduksi tubuh. Sehingga penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin B kompleks guna memenuhi kebutuhan gizi setiap hari.
Vitamin B1 atau tiamin dalam kucai adalah sebanyak 0,11 mg. berfungsi untuk mempercepat penyerapan karbohidrat menjadi energi bagi tubuh.
Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam menyalurkan energi ke sel-sel tubuh dan jika kekurangan vitamin B1, akan menyebabkan penyakit beri-beri [9].
Vitamin B2 atau riboflavin dalam kucai adalah sebanyak 0,2 mg dan berfungsi untuk mencerna karbohidrat, lemak dan protein dalam makanan [9].
Vitamin B3 atau niacin dalam kucai adalah sebanyak 1,8 mg. Vitamin ini juga membantu dalam proses penyerapan energi dalam makanan. Selain itu, vitamin B3 juga berfungsi menjaga kesehatan sistem saraf dan kesehatan kulit [9].
Kucai merupakan bahan pelengkap makanan yang memiliki banyak manfaat. Kucai juga dikenal mengandung efek samping yang sedikit.
Namun apabila dikonsumsi secara berlebihan, efek samping dari kucai akan terasa.
Kucai mengandung senyawa tanin. Senyawa ini merupakan senyawa polifenol yang rasanya agak pahit. Apabila kandungan senyawa ini sangat banyak dalam tubuh akan menyebabkan gangguan pencernaan ringan.
Gangguan pencernaan ringan yang dialami berupa perut kembung dan mual akibat gas yang dihasilkan senyawa tanin [2].
Daun kucai biasanya digunakan hanya sebagai pelengkap bahan makanan. Hal ini membuat penggunaan daun kucai tidak terlalu banyak dalam sekali olahan.
Perlu diketahui bahwa daun kucai memiliki suatu kelemahan yaitu mudah layu dan menguning. Sehingga tidak mampu bertahan lama pada suhu ruangan [2]. Berikut dua tips menyimpan daun kucai agar lebih tahan lama.
Daun kucai biasanya banyak ditemui pada makanan-makanan khas Asia seperti Tionghoa. Contoh olahan makanan dari kucai adalah kuotie, bubur dan pangsit.
Seiring berjalannya waktu, di Indonesia juga sudah menggunakan kucai untuk pelengkap makanan. Olahan yang dapat dihasilkan dari kucai adalah nasi lengko dan lumpia.
Selain itu, daun kucai dapat dikonsumsi dengan cara merebus, menumis, hingga digulai.
Kucai juga dapat digunakan sebagai tambahan untuk menu diet karena kandungan serat dan karbohidrtanya yang tinggi.
Daun kucai sebaiknya direbus tidak lebih lama dari 5 menit. Hal ini berguna agar dapat mempertahankan cita rasa dan nutrisi dari kucai [5].
Kucai merupakan tanaman yang memiliki kandungan fosfor, vitamin C dan kalsium yang tinggi. Kandungan lainnya adalah senyawa beta karoten, allicin dan kolin. Kucai memiliki banyak manfaat diantaranya mencegah kanker, anti peradangan, menjaga kesehatan jantung, pencernaan, sistem saraf dan masih banyak lagi.
1). Damini Kothari, Woo-Do Lee, Kai-Min Niu, Soo-Ki Kim. 2019. Animals (Basel) 9 (12). The Genus Allium as Poultry Feed Additive: A Review
2). Predrag Putnik, Domagoj Gabrić , Shahin Roohinejad, Francisco J Barba , Daniel Granato , Kumar Mallikarjunan , José M Lorenzo , Danijela Bursać Kovačević. 2019. Food Chemical 276: 680-691. An Overview of Organosulfur Compounds From Allium Spp.: From Processing and Preservation to Evaluation of Their Bio Availability, Antimicrobial, and Anti-Inflammatory Properties
3). Holly L Nicastro , Sharon A Ross , John A Milner. 2015. Cancer Prevention Research (Philadelphia) 8(3):181-9. Garlic and Onions: Their Cancer Prevention Properties
4). Isabel Quesada, Matilde de Paola, Carolina Torres-Palazzolo, Alejandra Camargo, León Ferder, Walter Manucha, Claudia Castro. 2020. Current Hypertension Reports. Jan 22 (1): 6. Effect of Garlic's Active Constituents in Inflammation, Obesity and Cardiovascular Disease
5). Anonym. 2018. National Library of Medicine (US). Garlic - Drugs and Lactation Database (LactMed).
6). Yu Ning , Xi Zhen Ai, Qing Ming Li, Huan Gai Bi. 2019. Ying Yong Sheng Tai Xue Bao 30 (1) : 251-258. Effects of Light Quality on Carbon-Nitrogen Metabolism, Growth, and Quality of Chinese Chives
7). J Sharifi-Rad, D Mnayer, G Tabanelli, Z Z Stojanović-Radić, M Sharifi-Rad , Z Yousaf , W N Setzer , M Iriti. 2016. Cellular and Molecular Biology (Noisy-le-grand, French) 69(9): 57-68. Plants of the Genus Allium as Antibacterial Agents: From Tradition to Pharmacy
8). Cavallito, Chester J.; Bailey, John Hays. 1944. Journal of the American Chemical Society 66 (11): 1950. Allicin, the Antibacterial Principle of Allium Sativum. I. Isolation, Physical Properties and Antibacterial Action.
9). Kourounakis, PN; Rekka, EA. 1991. Research Community of Chemical Pathology Pharmacol 74 (2): 249–252. Effect on active oxygen species of alliin and Allium Sativum (garlic) powder.
10). Cremlyn, R. J. W.1996. Wiley. ISBN 0-471-95512-4 (epdf.pub). An introduction to organosulfur chemistry.
11). Yong Zhou, Wen Zhuang, Wen Hu, Guan-Jian Liu, Tai-Xiang Wu, Xiao-Ting Wu. 2011. Gastroenterology 141 (1), 80-9. Consumption of Large Amounts of Allium Vegetables Reduces Risk for Gastric Cancer in a Meta-Analysis
12). Eiki Watanabe, Shiro Miyake. 2018. Journal of Enviromental Science Part B, Pesticides, Food Contaminants, and Agricultural Wastes 53 (11), 707-712. Direct Determination of Neonicotinoid Insecticides in an Analytically Challenging Crop Such as Chinese Chives Using Selective ELISAs