Menjaga asupan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh penting untuk dilakukan oleh para ibu hamil. Seperti yang diketahui, apa yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan diserap pula oleh janin [1].
Selama kehamilan tubuh akan mengalami berbagai perubahan mulai dari fisik hingga hormonal. Ibu hamil membutuhkan ‘bahan bakar’ yang lebih banyak untuk dirinya sendiri dan janin [2].
Tubuh membutuhkan mikronutrien dan makronutrien lebih banyak untuk perkembangan janin. Sebagian besar ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut dengan memilih pola makan makanan sehat yang mencakup protein, karbohidrat kompleks, omega-3 hingga vitamin dan mineral [2].
Seiring bertambahnya usia kehamilan, kebutuhan kalori harian ibu hamil juga meningkat. Pada trimester pertama, tidak ada penambahan kebutuhan kalori. Saat memasuki trimester kedua, ibu hamil disarankan untuk meningkatkan kalori sebesar 350 kalori dan pada trimester ketiga sebesar 450 kalori [3].
Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi, sehat, seimbang dan bernutrisi selama masa kehamilan karena apa yang ibu konsumsi merupakan sumber nutrisi utama bagi janin [2].
Nutrisi tambahan yang harus dipenuhi oleh ibu hamil di antaranya adalah konsumsi asam folat yang bermanfaat untuk mencegah bayi terlahir dengan masalah pada otak dan sumsum tulang belakang [4].
Selain itu, kebutuhan akan kalsium dan vitamin D untuk memperkuat tulang dan gigi juga wajib dipenuhi oleh ibu hamil. Tidak hanya bermanfaat untuk tulang dan gigi bayi serta ibu, kalsium juga bermanfaat untuk sistem peredaran darah, otot dan saraf [4].
Nutrisi yang tidak kalah penting untuk dikonsumsi oleh ibu hamil adalah protein dan zat besi. Zat besi berfungsi untuk memproduksi hemoglobin dalam tubuh, yaitu protein dalam sel darah merah. Zat besi juga bermanfaat untuk mencegah anemia [4].
Di antara makanan bergizi yang dianjurkan untuk dikonsumsi selama kehamilan adalah: [5]
Makanan-makanan tersebut sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah wajar dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang disarankan selama kehamilan [5].
Disamping dianjurkan mengonsumsi lebih banyak nutrisi dan makanan pada masa kehamilan, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui apa saja makanan yang harus dihindari. Makanan-makanan tersebut harus dihindari karena dapat membahayakan janin [6].
Berikut beberapa makanan yang perlu dihindari oleh ibu hamil:
Produk susu dan olahan susu yang tidak dipasteurisasi atau tidak matang mengandung bakteri Listeria yang menyebabkan infeksi listeriosis. Listeriosis dapat mengakibatkan keguguran, bayi lahir mati atau bayi yang lahir dengan kondisi tidak sehat [7].
Daging mentah atau yang dimasak setengah matang, termasuk bagian hati, mengandung parasit yang dapat menyebabkan toksoplasmosis. Toksoplasmosis dapat berbahaya bagi kehamilan karena dapat menyebabkan keguguran [7].
Telur ayam dan unggas lainnya yang tidak dimasak dengan sempurna atau olahan dengan telur mentah mengandung bakteri Salmonella. Meski tidak membahayakan janin secara langsung, namun dapat membuat ibu hamil mengalami keracunan makanan [7].
Beberapa jenis ikan yang tinggi merkuri seperti ikan todak, marlin, king mackerel dan tuna sebaiknya dihindari selama kehamilan. Kandungan merkuri pada ikan-ikan tersebut dapat membahayakan sistem saraf, sistem imun dan ginjal [6].
Selain itu, ibu hamil juga harus membatasi ikan berminyak karena mengandung polutan yang berbahaya bagi janin [7].
Seperti halnya daging dan telur, ibu hamil juga dianjurkan untuk menghindari konsumsi ikan mentah terutama kerang. Ikan mentah mengandung banyak parasit dan bakteri seperti Salmonella dan Listeria [6].
Pada permukaan buah dan sayuran yang tidak dicuci atau tidak dikupas dengan baik dapat terkontaminasi oleh bakteri dan parasit lain. Salah satu parasit yang berbahaya dan menempel pada buah dan sayuran adalah Toksoplasma [6].
Meski janin yang terinfeksi bakteri Toksoplasma tidak menunjukkan gejala, namun gejala seperti kebutaan atau disabilitas intelektual akan berkembang di kemudian hari [6].
Ibu hamil dianjurkan untuk membatasi asupan kafein seperti yang terdapat pada kopi, teh, kakao atau minuman ringan sebesar 200 mg per hari. Kafein diserap dengan sangat cepat dan mudah masuk ke dalam plasenta [6].
Asupan kafein yang tinggi selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko bayi terlahir dengan berat badan rendah di bawah 2,5kg. Hal tersebut kemudian dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian bayi dan penyakit kronis yang dapat berkembang hingga dewasa [6].
Tidak hanya menghindari beberapa makanan yang membahayakan ibu dan janin, ibu hamil juga disarankan untuk menghindari minum alkohol saat hamil. Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko keguguran dan lahir mati [6].
Minum alkohol selama masa kehamilan juga dapat menyebabkan fetal alcohol syndrome atau sindrom alkohol pada janin yang mengakibatkan kelainan bentuk wajah, kelainan jantung dan disabilitas intelektual [6].
Kelainan jantung bawaan merupakan sebuah kondisi dimana bayi terlahir dengan struktur dan kinerja jantung yang tidak sempurna. Kelainan jantung bawaan menjadi salah satu jenis kelainan bawaan yang paling umum terjadi [8].
Kelainan jantung bawaan yang dialami oleh bayi dapat bervariasi mulai dari ringan seperti adanya lubang kecil pada jantung, hingga kondisi yang parah seperti hilangnya bagian jantung atau struktur jantung yang tidak sempurna [8].
Penyebab kelainan jantung bawaan yang paling umum dan kerap ditemukan adalah karena perubahan gen atau kromosom. Faktor lain yang juga memengaruhi adalah faktor lingkungan, pola makan ibu, kondisi kesehatan sebelum hamil atau penggunaan obat selama kehamilan [8].
Beberapa penelitian melaporkan bahwa ibu dengan kondisi diabetes dan obesitas sejak sebelum kehamilan memiliki risiko yang tinggi terhadap kelainan jantung pada janin yang dikandungnya [9].
Pola makan dan gaya hidup baik sebelum dan saat hamil juga menjadi faktor risiko lahirnya bayi dengan kelainan jantung bawaan [10].
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko kelainan jantung bawaan pada janin di antaranya:
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami obesitas sebelum kehamilan memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi selama kehamilan seperti preeklamsia, diabetes mellitus gestasional, prematur hingga mengalami kelainan jantung bawaan [9].
Beberapa jenis kelainan jantung bawaan sering terjadi karena ibu hamil mengonsumsi obat-obatan atau suplemen tertentu pada beberapa minggu pertama kehamilan. Di mana masa-masa tersebut adalah masa ketika jantung bayi tumbuh [10].
Pola makan yang buruk seperti kurangnya konsumsi buah dan sayuran dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya kelainan jantung bawaan pada janin. Selain itu, mengonsumsi minuman bersoda atau minuman berenergi tinggi setiap hari secara signifikan juga meningkatkan risiko kelainan jantung bawaan [11].
Penyebab terjadinya kelainan jantung bawaan pada janin tidak dapat terdeteksi secara pasti. Untuk dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kelainan jantung bawaan, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan vaksin rubella dan flu, menghindari minum alkohol atau obat tertentu serta memenuhi kebutuhan asam folat selama trimester pertama kehamilan [12].
1. Ellen Greenlaw. Foods to Avoid in Pregnancy. WebMD; 2021.
2. Catherine Clark. Nutritional Needs During Pregnancy. Healthline; 2020.
3. Michelle A. Kominiarek, Priya Rajan. Nutrition Recommendations in Pregnancy and Lactation. The Medical Clinics of North America, 100(6), 1199–1215; 2016.
4. Mayo Clinic Staff. Pregnancy diet: Focus on these essential nutrients. Mayo Clinic; 2022.
5. Adda Bjarnadottir. 13 Foods to Eat When You’re Pregnant. Healthline; 2020.
6. Adda Bjarnadottir. 11 Foods and Beverages to Avoid During Pregnancy - What Not to Eat. Healthline; 2020.
7. Foods to avoid in pregnancy. NHS; 2020.
8. Congenital Heart Defects (CHDs). CDC; 2022.
9. Yu Feng, Di Yu, Lei Yang, et. al. Maternal lifestyle factors in pregnancy and congenital heart defects in offspring: review of the current evidence. Italian Journal of Pediatrics, 40, 85; 2014.
10. Anonymous. Factors That May Lead to a Congenital Heart Defect (CHD). Stanford Children’s Health; 2022 [diakses].
11. Helen Dolk, Nichola McCullough, Sinead Callaghan, et. al. Risk factors for congenital heart disease: The Baby Hearts Study, a population-based case-control study. PLoS ONE 15(2); 2020.
12. Congenital heart disease. NHS; 2021.