Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Listeria atau lebih tepatnya Listeriosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes. Penyakit ini sebenarnya memiliki angka kejadian yang kecil yaitu 10 kasus per 1 juta... orang per tahun. Meskipun demikian beberapa waktu lalu, ditengah pendemi Covid-19, kasus infeksi ini sempat menghebohkan. Listeriosis umumnya terjadi akibat tertelannya bakteri listera monocytogenes yang terdapat pada makanan. Beberapa makanan memang dicurigai sebagai perantaranya, misalnya jamur enoki, telur rebus, daging babi dan sebagainya. Gejala dari listeriosisi umumnya berupa demam, lemah, diare, mual dan muntah. Secara umum, pencegahan pada penyakit listeria adalah dengan cara menjaga kebersihan pada makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memberikan panduan agar makanan yang kita makan bersih dan terjada dari kuman, yaitu dengan cara Jaga kebersihan, pisahkan makanan yang matang dan mentah, masak makanan dengan benar dan menyeluruh, simpan makanan pada suhu yang sesuai, gunakan air bersih dan bahan makanan mentah yang bersih. Read more
Baru-baru ini publik diramaikan dengan berita mengenai wabah penyakit yang disebabkan oleh konsumsi jamur enoki. Penyakit tersebut dinamakan listeria atau listeriosis.
Apa sebenarnya penyakit ini dan bagaimana pencegahannya?
Daftar isi
Tentang Infeksi Listeria
Listeria atau listeriosis adalah salah satu penyakit paling serius yang disebabkan oleh makanan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes.
Listeriosis termasuk penyakit yang jarang terjadi dengan perbandingan 0.1 hingga 10 kasus per 1 juta orang per tahun, tergantung dari negara dan daerahnya. Tetapi, meskipun jumlah kasus infeksi Listeria termasuk kecil, angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini cukup tinggi. [1, 3]
Ibu hamil, bayi baru lahir, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah adalah kelompok orang yang rentan terinfeksi Listeria. Pada golongan ini, Listeria bisa menyebabkan: [1]
- Penyakit yang parah pada janin atau bayi yang baru dilahirkan.
- Infeksi aliran darah yang mengarah pada sepsis.
- Infeksi otak yang menyebabkan meningitis atau encephalitis.
- Infeksi pada bagian tubuh seperti tulang, persendian, dan beberapa bagian pada dada dan perut.
Tidak seperti bakteri lain yang menyebabkan keracunan makanan, bakteri L. monocytogenes bisa bertahan dan berkembang biak di suhu rendah seperti di kulkas dan cara pengawetan lainnya.
Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi sejumlah besar bakteri L. monocytogenes adalah penyebab utama terjadinya infeksi. Penularan juga bisa terjadi antarmanusia, yaitu dari ibu hamil ke janinnya. [3]
Bakteri L. monocytogenes banyak terdapat di alam dan bisa ditemukan di tanah, air dan saluran pencernaan hewan. Sayur-sayuran bisa terkontaminasi melalui tanah atau penggunaan pupuk kandang. Makanan siap saji juga bisa terkontaminasi sangat diproses dan bakteri bisa berkembang biak pada tingkat berbahaya saat masa distribusi dan penyimpanan. [3]
Bakteri penyebab penyakit listeria biasanya berpindah ke produk makanan pada tahap panen, pemrosesan, persiapan, pengemasan, pengiriman atau penyimpanan di lingkungan yang terkontaminasi. Hewan peliharaan juga bisa menyebarkan bakteri Listeria di lingkungan rumah jika mereka makan makanan yang terkontaminasi L. monocytogenes. [4]
Bagi kebanyakan orang yang sehat dan kondisi tubuhnya fit, infeksi listeria tidak terlalu berbahaya. Jika menyebabkan sakit, paling lama hanya akan berlangsung selama satu hingga dua hari. [5]
Tetapi, bagi beberapa orang lainnya, infeksi ini bisa menjadi serius bahkan mengancam keselamatan jiwa, terutama pada ibu hamil dan janinnya, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, serta orang usia lanjut. Orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok ini harus lebih berhati-hati dengan makanannya.
Makanan yang Bisa Mengandung Bakteri Listeria
Listeria disebabkan oleh bakteri yang bisa bertumbuh bahkan di suhu dingin, seperti di dalam kulkas. Bahkan pembekuan pun tidak menghentikan perkembangbiakannya. Bila bakteri ini menempel pada makanan, kita tidak bisa melihat, mencium, atau mengecapnya. [4]
Infeksi paling sering terjadi karena konsumsi daging yang tidak diolah dengan benar atau dari produk susu yang tidak melalui pasteurisasi yang artinya susu belum dipanaskan untuk mematikan bakteri. [1, 3, 4]
Menurut CDC (pusat pengendalian dan pencegahan penyakit) dan FDA (badan obat dan makanan Amerika), wabah Listeria yang pernah terjadi disebabkan oleh produk-produk berikut: [2, 3, 4, 5]
- Jamur enoki (2020)
- Telur rebus (2019)
- Daging iris dan keju (2019)
- Produk daging babi (2018)
- Vulto creamery soft raw milk cheese (2017)
- Sayuran beku (2016)
- Susu mentah (2016)
- Salad kemasan (2016)
- Keju lembut (2015)
- Es krim (2015)
- Apel karamel kemasan (2014)
- Tauge (2014)
- Keju (2014)
- Produk berbahan susu (2014)
- Melon (2011)
Gejala Infeksi Listeria
Listeriosis bisa menyebabkan sejumlah gejala, tergantung dari orang dan bagian tubuh mana yang terinfeksi. Listeria bisa menyebabkan demam, mual dan diare yang sama dengan penyakit akibat bakteri pada makanan.
Gejala pada pasien yang mengalami listeriosis invasif, yang artinya bakteri sudah menyebar keluar usus, tergantung pada apakah pasien sedang hamil atau tidak. [1]
- Gejala pada wanita hamil: biasanya hanya demam dan gejala mirip flu, seperti kelelahan dan sakit otot. Tetapi, infeksi pada saat kehamilan bisa menyebabkan keguguran, bayi lahir mati (stillbirth), persalinan prematur, atau infeksi yang mengancam nyawa bayi yang baru dilahirkan.
- Gejala pada pasien selain ibu hamil: bisa termasuk sakit kepala, leher kaku, kebingungan, kehilangan keseimbangan, dan kejang selain demam dan sakit otot.
Jika bayi baru lahir terinfeksi listeria dari ibunya, gejala yang mungkin terjadi termasuk:
- Tidak mau menyusu
- Rewel
- Demam
- Muntah
Karena beragamnya tingkat keparahan penyakit Listeria, pasien yang mengalami gejala-gejala diatas harus segera menghubungi fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan. [5]
Pengobatan Infeksi Listeria
Infeksi Listeria biasanya didiagnosa bila kultur bakteri (semacam tes laboratorium) menumbuhkan Listeria monocytogenes dari jaringan atau cairan tubuh, seperti darah, cairan tulang belakang, atau plasenta. [1]
Listeria bisa diobati jika didagnosa pada tahap awal. Antibiotik digunakan untuk mengobati gejala-gejala yang parah, seperti meningitis. Jika infeksi terjadi pada saat kehamilan, pemberian antibiotik dengan segera bisa mencegah terjadinya infeksi pada janin atau bayi baru lahir. [1, 3]
Pencegahan Infeksi Listeria
Bakteri L. monocytogenes dalam makanan bisa dibunuh melalui proses pasteurisasi dan pemasakan.
Secara umum, langkah-langkah pencegahan terjadinya infeksi Listeria sama dengan yang digunakan untuk pencegahan penyakit akibat makanan lainnya. Ini termasuk lima kunci untuk makanan yang aman dikonsumsi menurut WHO (World Health Organization): [3]
- Jaga kebersihan
- Pisahkan makanan mentah dari yang sudah matang
- Masak makanan dengan benar dan menyeluruh
- Simpan makanan di suhu yang aman
- Gunakan air bersih dan bahan makanan mentah yang terjamin kebersihannya
Orang yang termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi harus: [4, 5]
- Menghindari makanan yang terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi, daging olahan, seafood yang diasap, serta makanan mentah seperti sayur-sayuran lalap dan sebagainya.
- Baca dengan hati-hati label makanan, lihat tanggal kadaluarsa serta suhu yang benar untuk penyimpanannya
Di rumah, pastikan untuk selalu mencuci tangan dengan air hangat dan sabun sebelum mulai memasak. Jika ada bahan daging mentah, cuci tangan juga setelah masak.
Berikut adalah langkah-langkah yang baik saat membersihkan, menyimpan dan memasak makanan: [4, 5]
- Bersihkan seluruh permukaan yang digunakan untuk memasak atau membersihkan makanan, talenan, dan peralatan masak dengan air panas dan sabun setelah selesai memasak.
- Gosok sayuran mentah dengan sikat dibawah air mengalir.
- Masak daging dan telur hingga bagian tengahnya mencapai suhu 70°C. Gunakan termometer daging untuk memastikan hal ini. Jauhkan daging mentah dari bahan makanan lainnya.
- Konsumsi sosis dalam seminggu setelah kemasannya dibuka, dan daging olahan lainnya dalam 3 hingga 5 minggu setelah dibuka.
- Cuci tangan dengan sabun sebelum mengupas dan memotong melon. Bersihkan melon dengan sikat dibawah air mengalir. Setelah dipotong-potong, segera konsumsi. Buang sisanya yang sudah berada di suhu ruang lebih dari 4 jam.
- Semakin lama makanan siap makan disimpan di kulkas, semakin tinggi kesempatan bagi bakteri L. monocytogenes untuk berkembang biak. Untuk memperlambat atau mencegah pertumbuhan bakteri Listeria ini, suhu kulkas dan freezer harus selalu dibawah 4°C dan -18°C.
Orang yang memiliki hewan peliharaan harus berhati-hati untuk mencegah terjadinya penularan silang saat menyiapkan makanan untuk peliharaannya. Pastikan untuk membersihkan mangkuk makan hewan setiap mereka selesai makan. Pastikan pula hewan juga mengonsumsi makanan yang bersih dan aman. [5]