Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Neurofibromatosis adalah kelompok gangguan genetik yang menyebabkan tumbuhnya tumor pada jaringan saraf. Tumor ini dapat muncul dimana saja seperti otak, medula spinalis, dan jaringan saraf lainnya. Tumor
Daftar isi
Neurofibromatosis merupakan suatu kondisi tumbuhnya tumor pada jaringan saraf yang disebabkan oleh sekelompok kelainan genetik [1,2],.
Saraf, sumsum tulang, hingga otak dapat menjadi lokasi-lokasi tempat pertumbuhan tumor tersebut [1,2].
Walaupun rata-rata tumor bersifat jinak, pada beberapa kasus tumor ini dapat berkembang menjadi semakin ganas [1,2].
Tinjauan Neurofibromatosis adalah pertumbuhan tumor di jaringan saraf karena sekelompok kelainan genetik.
Neurofibromatosis memiliki 3 jenis kondisi yang perlu dikenali dan diwaspadai, yaitu sebagai berikut.
Istilah lain untuk NF1 ini adalah penyakit von Recklinghausen atau juga kerap disebut dengan neurofibromatosis perifer dan von Recklinghausen NF [1,2,3].
NF1 adalah jenis neurofibromatosis yang paling banyak dijumpai di mana kondisi ini ditandai utamanya oleh tanda lahir yang muncul di berbagai bagian tubuh berbeda [3].
Seiring anak tumbuh semakin besar, tumor atau lesi akan semakin nampak, dari mulai beberapa hingga ribuan [3].
Tumor ini bersifat jinak, namun tetap ada potensi menjadi ganas walau sangat jarang terjadi [1,2].
Sayangnya, tumor pada NF1 hampir tidak terlihat atau tidak terlalu nampak sehingga kerap kali diabaikan yang pada akhirnya berkembang menjadi komplikasi serius [2].
NF2 atau neurofibromatosis bilateral adalah hasil mutasi dari gen NF2 yang kemudian menyebabkan tumbuhnya tumor pada sistem saraf [1,2,4].
Tumor yang tumbuh karena penyakit ini umumnya terdapat pada tulang tengkorak sehingga disebut juga dengan tumor intrakranial [2,4].
Sementara itu, di kanal tulang belakang pun dapat menjadi lokasi pertumbuhan tumor intraspinal [4].
Pada saraf kranial kedelapan, neuroma akustik dapat timbul dan hal ini umum terjadi pada kasus NF2 [5].
Vestibulokoklea adalah sebutan bagi saraf kranial kedelapan tersebut yang memiliki fungsi utama menjaga fungsi pendengaran serta keseimbangan tubuh [4].
Maka ketika terjadi gangguan pada saraf tersebut, penderita dapat mengalami kehilangan keseimbangan maupun kehilangan pendengaran [4,5].
Tumor pada NF2 berpeluang menjadi ganas dan gejala biasanya timbul pada usia remaja akhir atau awal usia 20-an [4,5].
Jenis neurofibromatosis satu ini jauh lebih langka daripada NF1 dan NF2 karena hanya kurang dari 1 dari 40.000 orang yang dapat mengalaminya [7].
Tumor pada kasus schwannomatosis tumbuh pada jaringan di sekitar saraf dan dapat menyebar di bagian tubuh mana saja.
Namun, tumor jenis ini justru tidak menyerang saraf dekat telinga seperti saraf vestibulokoklea [6,7].
Berbeda dari NF1 dan NF2, neurofibroma tidak ada pada schwannomatosis.
Tinjauan Terdapat 3 jenis kondisi neurofibromatosis, yaitu neurofibromatosis tipe 1 (NF1), neurofibromatosis tipe 2 (NF2), dan schwannomatosis.
Mutasi atau cacat gen adalah penyebab utama neurofibromatosis terjadi, baik itu terjadi secara spontan atau diwariskan [1,2].
Gen yang mengalami mutasi pun berbeda-beda pada tiap jenis neurofibromatosis [1,2].
Mutasi pada gen NF1 (neufibromin 1) yang ada pada kromosom 17 mampu menyebabkan neurofibromatosis tipe 1 [1,2,3].
Gen ini memiliki fungsi sebagai penghasil neurofibromin, protein yang mengatur pertumbuhan sel tubuh [1,2,3].
Ketika gen tersebut bermutasi, produksi neurofibromin menjadi berkurang sehingga sel-sel tubuh tumbuh secara tidak terkendali [1,2,3].
Mutasi pada gen NF2 yang ada pada kromosom 22 menjadi penyebab neurofibromatosis tipe 2 [1,2,4,5].
Gen ini berfungsi utama sebagai penghasil merlin, protein yang seharusnya mampu menekan tumor [1,2,4,5].
Namun ketika gen bermutasi, produksi merlin berkurang lalu mengakibatkan pertumbuhan sel yang tak terkontrol [1,2,4,5].
Berbeda dari NF1 dan NF2 di mana mutasi terjadi pada satu gen saja, schwannomatosis disebabkan oleh mutasi pada dua gen [6,7].
LZTR1 dan SMARCB1 adalah gen yang seharusnya menekan tumor, namun karena gen bermutasi, neurofibromatosis jenis ini terjadi [6,7].
Tinjauan Mutasi atau keabnormalan gen yang diturunkan dari orang tua menjadi penyebab utama neurofibromatosis. Namun untuk penyebab dari mutasi gen itu sendiri belum diketahui dengan jelas.
Faktor utama peningkat risiko neurofibromatosis adalah faktor genetik, yakni anggota keluarga (khususnya orang tua) yang memiliki riwayat neurofibromatosis [3,4,6].
Salah satu atau kedua orang tua yang memiliki gen cacat dapat diturunkan kepada sang anak [3,4,6].
Anak kemudian berpotensi lebih besar dalam mengalami NF1 dan NF2 [3,4,6].
NF1 dan NF2 sendiri juga merupakan kelainan genetik dengan sifat dominan autosom yang artinya satu orang tua saja yang memiliki gen abnormal berpotensi 50% mewariskan gen tersebut kepada sang anak [1,4].
Namun untuk kasus schwannomatosis, pola warisan gen abnormal masih belum jelas diketahui.
Gejala neurofibromatosis tergantung dari tipe kondisinya karena setiap tipe menimbulkan gejala yang berbeda.
Pada kasus NF1, gejala-gejalanya tampak dari saat bayi lahir atau bahkan tak lama setelah bayi lahir hingga usianya menginjak 10 tahun [3].
Tingkat keparahan gejala umumnya mulai dari ringan hingga sedang, namun tak menutup kemungkinan gejala bisa memburuk walaupun jarang terjadi.
Berikut adalah gejala NF1 yang perlu dikenali dan segera ditangani [3,8] :
Neurofibromatosis tipe 2 pada dasarnya tidak sebanyak kasus neurofibromatosis tipe 1 dan gejala yang ditimbulkan oleh NF2 ini umumnya merupakan akibat dari perkembangan tumor jinak yang tumbuh secara lambat pada kedua telinga [4,5,10].
Tumor ini juga disebut dengan neuroma akustik yang berpotensi menyebabkan penderitanya kehilangan pendengaran [4,5].
Schwannoma vestibular adalah istilah lain untuk tumor yang tumbuh pada saraf pembawa suara dan informasi keseimbangan menuju otak dari telinga bagian dalam [4,5,10].
Usia remaja dan awal usia dewasa merupakan saat-saat di mana gejala mulai nampak dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda [4,5,10].
Selain gejala-gejala tersebut, ada pula beberapa gejala lain yang muncul saat tumor tumbuh di saraf lainnya (saraf perifer, saraf optik, saraf tulang belakang dan saraf kranial) [4,5,10].
Schwannomatosis adalah tipe neurofibromatosis yang lebih langka daripada NF1 dan NF2 di mana penderitanya berusia di atas 20 tahun [7].
Kemunculan gejala umumnya timbul di usia antara 25-30 tahun yang ditandai dengan tumor pada saraf perifer, saraf tulang belakang dan saraf kranial [6,7].
Namun berbeda dari NF2, tumor ini justru tidak berada di saraf dekat telinga bagian dalam yang berfungsi pendengaran dan pengatur keseimbangan tubuh [6,7].
Sejumlah gejala yang perlu diwaspadai sebagai tanda schwannomatosis antara lain adalah [6,7] :
Tinjauan Gejala neurofibromatosis tergantung dari tipe kondisinya, namun masa timbulnya gejala pada tiap tipe berbeda menurut usia. NF1 cenderung timbul dari bayi sejak lahir hingga anak berusia 10 tahun. NF2 menimbulkan gejala yang nampak ketika anak berusia lebih besar dan berada di awal maupun akhir remaja. Sedangkan schwannomatosis menimbulkan gejala ketika penderitanya berusia 20 tahun ke atas.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa yang perlu pasien tempuh untuk memastikan neurofibromatosis, tipe dan tingkat keparahannya adalah :
Dokter akan lebih dulu memeriksa fisik pasien untuk mengidentifikasi apa saja gejala fisik yang dialami [3,4,5,6,9].
Pemeriksaan fisik meliputi pengecekan kondisi kulit untuk menemukan apakah pasien mengalami cafe au lait spots.
Hal ini kemudian dilanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien terkait riwayat medis pasien sekaligus riwayat kesehatan keluarga pasien [3,4,5,6,9].
Dokter spesialis mata perlu mengecek kondisi mata pasien untuk mendeteksi keberadaan nodul Lisch [3].
Melalui pemeriksaan mata, dokter juga akan dapat menentukan apakah pasien mengalami katarak dan penurunan fungsi penglihatan [3].
MRI scan, CT scan, dan sinar-X atau rontgen adalah tes pemindaian yang berguna bagi dokter dalam mengetahui kelainan tulang pada tubuh pasien [1,3,4,6,7,8,9,10].
Keberadaan tumor sekecil apapun dapat terdeteksi melalui tes ini, termasuk tumor pada sumsum tulang dan otak.
Sebagai pengidentifikasi glioma optik, dokter akan menggunakan MRI scan sebagai prosedur pemeriksaannya.
Audiometri adalah tes pengukur tingkat fungsi pendengaran yang pasien perlu tempuh [13].
Begitu juga dengan elektronistagmografi di mana dokter akan memasang elektroda pada area mata untuk merekam gerakan mata [14].
Tes lainnya yang kemungkinan dokter anjurkan adalah tes mengukur pesan listrik pembawa suara menuju otak dari telinga bagian dalam.
Tes yang terakhir dapat membantu dokter dalam mendiagnosa apakah pasien mengalami NF2 dan bermasalah dengan keseimbangan tubuhnya.
Tes genetik adalah prosedur pemeriksaan yang bisa ditempuh oleh ibu hamil dalam mengidentifikasi NF1 dan NF2 pada calon bayinya [1,3,7,8,9,10].
Hanya saja, tes dan konseling genetik tidak selalu dapat mendeteksi schwannomatosis.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan mata, tes pemindaian, tes pendengaran, tes keseimbangan tubuh, serta tes genetik merupakan metode-metode pemeriksaan neurofibromatosis.
Belum terdapat metode pengobatan khusus untuk neurofibromatosis yang mampu menyembuhkan sepenuhnya.
Namun melalui beberapa metode penanganan medis berikut, gejala dapat lebih mudah dikendalikan.
Pada kasus anak yang lahir dengan kondisi NF1, biasanya dokter menyarankan orang tua pasien untuk membawa anak untuk pemeriksaan tahunan rutin [1,8,9].
Hal ini bertujuan memantau kondisi perubahan pada kulit pasien, tumbuh kembang pasien, kadar tekanan darah, dan tanda-tanda pubertas dini [1,8,9].
Selain itu, pemantauan rutin dapat mendeteksi neurofibroma baru, gangguan pada penglihatan, gangguan kemampuan belajar anak, dan kelainan tulang [1].
Prosedur operasi umumnya dapat pasien tempuh untuk mengangkat tumor sekalipun tumor bersifat jinak.
Untuk penderita schwannomatosis, terdapat beberapa golongan obat yang kemungkinan akan dokter resepkan [6,11,12].
Selain prosedur bedah, tumor yang berkembang menjadi ganas biasanya diatasi dengan terapi radiasi maupun kemoterapi [1,9].
Tingkat harapan hidup pasien lebih tinggi ketika tumor terdeteksi dini dan segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Tinjauan Pengobatan neurofibromatosis umumnya meliputi proses pemantauan, operasi, obat pereda nyeri, maupun kemoterapi dan radioterapi.
Risiko komplikasi neurofibromatosis bervariasi, tergantung efek yang ditimbulkan oleh tumor pada jaringan saraf ataupun organ tubuh lainnya.
NF1 dapat meningkatkan risiko komplikasi berupa [9] :
Sementara itu, risiko komplikasi yang dapat terjadi pada penderita neurofibromatosis tipe 2 adalah [4,5,10] :
Schwannomatosis dapat mengakibatkan nyeri yang cukup mengganggu pada penderitanya [6,7].
Tubuh penderita bahkan dapat semakin lemah karena rasa nyeri yang dirasakan sehingga pasien perlu menempuh prosedur operasi sebagai solusinya [6].
Atau setidaknya, konsultasikan dengan dokter untuk penanganan terbaik dalam meredakan nyeri tersebut.
Tinjauan Komplikasi neurofibromatosis bervariasi, hal ini tergantung dari tipe kondisi neurofibromatosis yang diderita dan efek tumor terhadap jaringan saraf maupun organ tubuh lain.
Kelainan genetik atau penyakit karena mutasi gen seperti neurofibromatosis belum diketahui cara pencegahannya.
Namun, para ibu hamil dapat melakukan tes dan konseling genetik untuk memantau kondisi pertumbuhan janin dan mendeteksi apakah terjadi kelainan seperti neurofibromatosis.
Tinjauan Neurofibromatosis tak dapat dicegah karena merupakan jenis kondisi kelainan genetik. Namun, ibu hamil dapat melakukan tes genetik untuk pemantauan tumbuh kembang janin.
1. Cuong Le & Paul M. Bedocs. Neurofibromatosis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. PA Gerber, AS Antal, NJ Neumann, B Homey, C Matuschek, M Peiper, W Budach, & E Bölke. Neurofibromatosis. European Journal of Medical Research; 2009.
3. Kevin P. Boyd, MD, Bruce R. Korf, MD, PhD, & Amy Theos, MD. Neurofibromatosis type 1. HHS Public Access; 2010.
4. Ruchi Tiwari & Achint K. Singh. Neurofibromatosis Type 2. National Center for Biotechnology Information; 2020.
5. D Evans, M Sainio, & M. Baser. Neurofibromatosis type 2. Journal of Medical Genetics; 2000.
6. Radhika Dhamija, MD, Scott Plotkin, MD, PhD, Ashok Asthagiri, MD, Ludwine Messiaen, PhD, & Dusica Babovic-Vuksanovic, MD. Schwannomatosis. GeneReviews; 2018.
7. Hildegard Kehrer-Sawatzki, Said Farschtschi, Victor-Felix Mautner, & David N. Cooper. The molecular pathogenesis of schwannomatosis, a paradigm for the co-involvement of multiple tumour suppressor genes in tumorigenesis. Human Genetics; 2017.
8. Abdullah Adil & Achint K. Singh. Neurofibromatosis Type 1. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. Christina Bergqvist, Amandine Servy, Laurence Valeyrie-Allanore, Salah Ferkal, Patrick Combemale, Pierre Wolkenstein, & NF France Network. Neurofibromatosis 1 French national guidelines based on an extensive literature review since 1966. Orphanet Journal of Rare Diseases; 2020.
10. D Gareth R Evans. Neurofibromatosis type 2 (NF2): A clinical and molecular review. Orphanet Journal of Rare Diseases; 2009.
11. Tess E Cooper,corresponding author Philip J Wiffen, Lauren C Heathcote, Jacqui Clinch, Richard Howard, Elliot Krane, Susan M Lord, Navil Sethna, Neil Schechter, Chantal Wood, and Cochrane Pain, & Palliative and Supportive Care Group. Antiepileptic drugs for chronic non‐cancer pain in children and adolescents. Cochrane Library; 2017.
12. Vera Espírito Santo, João Passos, Hipólito Nzwalo, Inês Carvalho, Filipa Santos, Carmo Martins, Lucília Salgado, Conceição E Silva, Sofia Vinhais, Miguel Vilares, Duarte Salgado & Sofia Nunes. Selumetinib for plexiform neurofibromas in neurofibromatosis type 1: a single-institution experience. Journal of Neuro-oncology; 2020.
13. Georgios Kontorinis, Jaya Nichani, Simon R Freeman, Scott A Rutherford, Samantha Mills, Andrew T King, Deborah Mawman, Sue Huson, Martin O'Driscoll, D Gareth Evans & Simon K W Lloyd. Progress of hearing loss in neurofibromatosis type 2: implications for future management. European Archives of Oto-rhino-laryngology; 2015.
14. Anonim. Neurofibromatosis. NCH Healthcare System; 2021.