Disgrafia: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Menurut data WHO, terdapat lebih dari satu juta orang atau sekitar 15% dari populasi dunia mengalami suatu disabilitas tertentu[1].

Diperkirakan sekitar 7-15% dari seluruh anak usia sekolah mengalami beberapa jenis gangguan perkembangan dalam menulis[2].

Apa itu Disgrafia?

Disgrafia adalah disabilitas belajar yang ditandai dengan kesulitan menulis. Gangguan dalam menulis meliputi kesulitan membentuk huruf, memberi spasi, mengeja, dan kecepatan menulis[1, 3, 4, 5].

Selain menghasilkan tulisan tangan yang susah dibaca, penderita disgrafia cenderung mengalami kesulitan untuk memilih kata yang digunakan[3].

Disgrafia merupakan suatu gangguan neurologis yang dicirikan oleh disabilitas menulis[1, 6].

Diperkirakan sekitar 5-20% dari seluruh anak di dunia memiliki sejenis kesulitan menulis seperti disgrafia[7].

Disgrafia termasuk salah satu gangguan belajar pada anak-anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder)[7].

Penyebab Disgrafia

Penyebab dari disgrafia tidak diketahui dengan pasti. Umumnya penyebab gangguan disgrafia berbeda pada penderita anak-anak dan orang dewasa.

  • Disgrafia pada anak-anak atau disgrafia perkembangan (developmental dysgraphia)

Disgrafia pada anak-anak disebut juga sebagai disgrafia perkembangan yaitu kesulitan dalam mengembangkan kemampuan menulis yang terjadi pada usia anak-anak[7].

Disgrafia pada anak-anak biasanya disebabkan oleh masalah koding orthografik, yaitu suatu bagian pada ingatan yang memungkinkan seseorang untuk mengingat kata yang ditulis dan cara menggerakkan tangan untuk menuliskan kata tersebut[3].

  • Disgrafia pada orang dewasa (acquired dysgraphia)

Terjadinya disgrafia pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh cedera otak atau stroke, terutama pada bagian lobus parietalis kiri[3].

Siapa yang berisiko tinggi mengalami disgrafia?

Sampai saat ini, belum ditemukan penyebab pasti dari disgrafia. Sehingga belum diketahui juga bagaimana cara pencegahan disgrafia[3, 7].

Salah satu faktor yang diduga menyebabkan disgrafia ialah gangguan pada saat perkembangan janin. Sehingga anak-anak yang mengalami gangguan sebelum kelahiran memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami disgrafia[3].

Anak-anak yang menderita ADHD juga berisiko lebih tinggi mengalami disgrafia. Hal ini disebabkan pemusatan perhatian berhubungan erat dengan kemampuan membaca dan menulis[3].

Disabilitas lainnya dapat berhubungan dengan disgrafia, seperti disleksia (kesulitan membaca) dan disabititas belajar bahasa terucap dan tertulis (Oral and Written Language atau OWL). Penderita disabilitas ini memiliki gejala seperti kesulitan menempatkan kata dalam kalimat dan kesulitan dalam mengingat kata[3].

Gejala Disgrafia

Gejala disgrafia dapat berbeda-beda pada setiap penderita. Gejala paling umum yaitu tulisan tangan yang sulit dibaca dan kesulitan dalam mengeja[4, 6].

Berikut beberapa gejala umum disgrafia[3, 4]:

  • Tulisan tangan yang buruk atau susah dibaca
  • Pengejaan dan kapitalisasi huruf yang tidak tepat
  • Campuran huruf miring dan huruf tegak
  • Kesullitan menyalin kata
  • Kesulitan atau keterlambatan saat menulis
  • Penggunaan kata-kata yang salah
  • Ukuran tulisan tidak sesuai
  • Ukuran spasi yang tidak sesuai
  • Kesulitan memvisualisasikan kata sebelum menulisnya
  • Posisi tangan atau tubuh yang tidak wajar ketika menulis
  • Cara memegang pena yang tidak wajar, terlalu erat
  • Mengucapkan kata yang akan dituliskan dengan keras
  • Menghilangkan kata dari kalimat
  • Memperhatikan tangan ketika menulis

Pada anak-anak umumnya gejala disgrafia berupa kesulitan menulis dan adanya ketidakseimbangan motorik. Sedangkan pada orang dewasa, disgrafia menimbulkan gejala seperti kesulitan dengan tata bahasa, sintaks, komprehensi, dan secara umum kesulitan menuangkan pikiran ke dalam tulisan[4, 7].

Selain itu, penderita disgrafia sering kali mengalami kesulitan berkonsentrasi pada hal lain saat menulis. Sehingga menyebabkan kesulitan untuk melakukan pencatatan selama pelajaran di kelas atau dalam pertemuan[3].

Disgrafia dapat mengarah pada timbulnya masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan rendahnya rasa percaya diri[4].

Jenis Disgrafia

  • Disgrafia Disleksia

Disgrafia disleksia ditandai dengan tulisan tidak terbaca, kesulitan menuliskan kata-kata yang bukan disalin dari sumber lain, terutama saat proses menulis berlanjut. Penderita dapat menulis atau menggambar dengan baik jika menyalin atau menirukan[4].

Penderita disgrafia disleksia juga memiliki kemampuan mengeja yang buruk[4].

  • Disgrafia Motorik

Disgrafia jenis ini ditandai dengan kemampuan motorik tertentu dan persepsi visual yang rendah. Penderita biasanya menghasilkan tulisan tangan yang sulit dibaca dan pelan,kemampuan menggambar dan mencatat yang rendah, dan kecepatan mengetik rendah. Penderita juga biasanya memiliki ketrampilan yang buruk[4, 7].

Kemampuan untuk menulis cenderung rendah atau tidak terbaca, sementara kemampuan mengeja berada dalam rentangan normal[4].

  • Disgrafia Spasial

Disgrafia spasial ditandai dengan kesulitan untuk menulis pada garis di kertas atau kesulitan saat menentukan spasi antar kata. Umumnya kemampuan menulis dan menggambar penderita tidak terbaca namun biasanya kemampuan mengeja tidak mengalami gangguan[4].

Diagnosis Disgrafia

Diagnosis  disgrafia memerlukan kerja sebuah tim yang terdiri dari dokter dan psikolog atau ahli kesehatan mental lain yang menangani pasien disabilitas[3, 5].

Diagnosis pada anak-anak dapat meliputi tes IQ dan pemeriksaan prestasi akademik. Sedangkan pada orang dewasa diagnosis dilakukan dengan mengevaluasi hasil tulisan tangan pasien [4].

Beberapa hal yang digunakan tim untuk melakukan diagnosis antara lain[7]:

  • Raport sekolah
  • Pengukuran edukasi psikis
  • Peninjauan perkembangan individu, medis, dan riwayat keluarga
  • Pengujian tes menulis

Untuk mendiagnosis disgrafia dapat digunakan kategori diagnosis SLD (Specific Learning Disorder) yang terdapat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition (DSM-5).[7]

Kategori tersebut termasuk penentu SLD dengan gangguan ekspresi tertulis yang mana merupakan notion penyebutan umum untuk disgrafia[7].

Kriteria Diagnosis Disgrafia

Kriteria diagnosis disgrafia meliputi[7]:

  • Mengalami setidaknya satu dari enam gejala utama terkait kesulitan belajar dan menggunakan kemampuan akademik untuk setidaknya selama 6 bulan. Kesulitan dengan ekspresi tertulis termasuk salah satunya.
  • Memiliki kemampuan akademik yang secara substansial di bawah  hasil yang diharapkan untuk siswa seusianya, dan mengalami masalah di sekolah, pekerjaan, atau aktivitas sehari-hari.
  • Kesulitan dimulai selama usia sekolah, meskipun gangguan menjadi akut setelah usia dewasa
  • Kondisi dan faktor lain dikesampingkan, termasuk disabilitas intelektual, masalah penglihatan, dan kurangnya instruksi

Penanganan Disgrafia

Disgrafia dan gangguan belajar lainnya merupakan kondisi yang tidak dapat diobati. Penanganan untuk disgrafia berupa intervensi, akomodasi, dan modifikasi tertentu saat melakukan tugas menulis[7].

Berikut beberapa teknik penanganan yang digunakan untuk membantu penderita disgrafia [4]:

1. Pengobatan untuk kondisi yang sering kambuh

Pengobatan ADHD dapat digunakan untuk membantu meringankan gejala disgrafia dan ADHD.

2. Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi

Terapi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, atau untuk mempelajari cara tertentu untuk menulis dengan lebih mudah.

Terapi ini dapat meliputi beberapa kegiatan berikut[3]:

  • Memegang pensil atau pena dengan cara yang mempermudah proses menulis
    • bekerja dengan tanah liat pemodelan
    • mencari huruf di dalam krim cukur pada meja
    • menggambarkan garis dalam maze
    • memainkan permainan puzzle hubungkan titik-titik
  • Menerapkan stategi tertentu untuk belajar
  • Beberapa strategi khusus diperlukan untuk membantu penderita disgrafia baik usia anak-anak maupun dewasa untuk melakukan tugasnya.
    • Strategi saat pembelajaran di kelas
      • menggunakan pensil atau pena dengan pegangan khusus
      • menggunakan buku tulis dengan garis yang lebih lebar untuk memudahkan membuat catatan
      • menggunakan garis besar materi yang telah diprint untuk atau meminta salinan materi tertulis
    • Strategi untuk guru yang memberikan pelajaran
      • mengizinkan penggunaan waktu lama untuk menyelesaikan tugas
      • mengisikan kembali nama, tanggal, dan judul tugas
      • menawarkan tugas alternatif selain menulis
    • Strategi untuk menyelesaikan tugas
    • Untuk menyelesaikan tugas, penderita disgrafia dapat menggunakan teknologi dan dukungan:
      • menggunakan software pendiktean atau voice-to-text
      • menggunakan proofreader untuk mengecek hasil tulisan
      • menggunakan komputer untuk mengetikkan tugas menulis

Penting bagi orang tua yang memiliki anak dengan disgrafia untuk bekerja sama dengan guru dan sekolah anak mereka untuk menyediakan dukungan yang diperlukan.

Jika dukungan dan strategi yang digunakan dirasa tidak nyaman, sebaiknya jangan langsung menyerah. Konsultasikan dengan dokter atau terapis dan komunitas terkait untuk menggunakan strategi lain[3].

3. Dukungan dari keluarga dan guru

Dukungan dari keluarga, guru, dan komunitas sekitar sangat penting untuk membangun kembali rasa kepercayaan diri penderita disgrafia yang menurun serta untuk memberikan dukungan yang diperlukan penderita[8].

Orang tua dapat mengajari di rumah untuk membantu meningkatkan kemampuan menulis pada anak dengan disgrafia. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua[8]:

  • Mengajari anak untuk mengetik

Mengetik dapat menjadi alternatif cara pencatatan bagi anak penderita disgrafia. Orang tua dapat memperkenalkan komputer dan mengajari anak cara mengetik.

  • Membantu anak untuk memegang pensil atau pena dengan baik

Cara memegang pensil/pena yang baik dapat menurunkan kelesuan tangan dan tekanan pada pensil, sehingga dapat membuat proses menulis lebih mudah dan mengurangi kesakitan. Saat ini terdapat banyak jenis pensil di pasaran yang dilengkapi pegangan khusus untuk mempermudah anak-anak memegangnya.

  • Menyarankan pada anak-anak untuk merekam kalimat yang akan ditulis ke recorder lebih dahulu

Cara ini dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara anak dan memungkinkannya untuk berkonsentrasi pada pembentukan huruf tanpa mencemaskan tentang tata penulisan yang benar.

  • Memberikan contoh dan dorongan untuk mengerjakan tugas

Anak-anak dengan disgrafia biasanya menolak mengerjakan tugas yang berkaitan dengan menulis. Orang tua dapat memberikan dorongan dengan cara menemani anak mengerjakan tugasnya dan menuliskan bagian awal pada tugas. Misalnya orang tua menuliskan kalimat pertama pada sebuah paragraf kemudian anak melanjutkannya.

  • Menyarankan anak untuk mengucapkan kata saat menulisnya

Saat suatu kata diucapkan, terjadi mekanisme feedback antara saraf pendengaran dan berbagai area otak. Hal ini dapat membantu anak untuk lebih fokus.

  • Berlatih menulis atau membentuk huruf dengan baik

Tulisan tidak harus sempurna, namun setidaknya diusahakan agar dapat terbaca dan cukup konsisten. Pastikan anak membentuk huruf dari bagian atas bukan bawah.

  • Penggunaan latihan multi-sensorik

Ajak anak untuk menulis pada berbagai media menggunakan jarinya, seperti tanah, pasir, cat atau udara. Hal ini dapat membantu mempelajari secara taktis untuk merasakan huruf dan mengingat bentuknya dengan lebih baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment