Daftar isi
Osteomalasia merupakan sebuah kondisi tulang yang lemah dan lunak sehingga risiko patah tulang atau tulang bengkok lebih besar [1,2,3,4,5,6,7].
Pembentukan tulang yang tidak sempurna dan mengalami gangguan menyebabkan proses pengerasannya tidak berjalan dengan baik.
Hal ini berkaitan dengan kadar vitamin D yang rendah dalam tubuh sehingga kemudian berpengaruh pada tulang.
Namun, osteomalasia dan osteoporosis adalah dua kondisi yang berbeda walaupun kerap dianggap sebagai hal yang sama.
Tinjauan Osteomalasia adalah melunak atau melemahnya tulang karena tubuh yang mengalami kekurangan vitamin D di mana hal ini dapat meningkatkan risiko patah tulang.
Osteomalasia memiliki kemiripan kondisi dengan rakitis dan osteoporosis, namun sebenarnya ketiga kondisi ini berbeda.
Osteomalasia adalah mineralisasi osteoid yang terganggu di mana kondisi ini ditandai dengan tulang yang lemah, lunak dan rapuh sehingga berpotensi lebih besar mengalami patah tulang [6].
Rakitis adalah sebuah kondisi melemahnya tulang anak sehingga berisiko pada kelainan pembentukan tulang selama masa tumbuh kembangnya.
Rakitis ditandai dengan rasa nyeri pada tulang yang menyebabkan anak sulit berjalan dan mudah lelah.
Tulang belakang pada penderita rakitis juga melengkung dan mengalami penebalan pada tulang lutut, tungkai, pergelangan tangan dan tengkorak lunak.
Tak hanya itu, rakitis juga menimbulkan sejumlah masalah kesehatan gigi serta menghambat pertumbuhan badan anak.
Jika rakitis terjadi pada anak, maka osteomalasia dapat terjadi pada orang dewasa dengan gejala yang hampir mirip walau ada beberapa yang berbeda.
Osteomalasia adalah gangguan pada tulang di mana tulang menjadi lunak, lebih mudah rapuh dan lemah karena kurangnya kadar vitamin D dan kalsium [7].
Sedangkan pada kasus osteoporosis, kepadatan dan kekuatan tulang mengalami penurunan karena kekurangan kalsium sekaligus efek pertambahan usia serta hormon yang tak seimbang.
Rentannya patah tulang pada penderita osteoporosis disebabkan oleh pengeroposan yang terjadi.
Osteomalasia umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan dan kadar vitamin D dalam tubuh seseorang.
Sedangkan bagi tubuh, vitamin D merupakan asupan penting yang membantu proses penyerapan kalsium di dalam perut.
Vitamin D juga berperan penting dalam menjaga kadar fosfat serta kalsium sehingga pembentukan tulang berjalan dengan optimal [1,2,4].
Jarangnya terpapar sinar matahari serta mengonsumsi makanan-makanan berkandungan vitamin D (ikan dan produk olahan susu) dapat menjadi peningkat risiko defisiensi vitamin D.
Bila kadar vitamin ini begitu rendah dalam tubuh, kalsium tak dapat terproses untuk pembentukan serta penguatan tulang.
Selain sedikit terpapar matahari dan mengonsumsi sumber makanan bervitamin D, beberapa hal yang juga dapat meningkatkan risiko kekurangan serta gangguan penyerapan vitamin D antara lain [1,2,4,5,6] :
Tinjauan Kadar rendah vitamin D, fosfat dan kalsium dalam tubuh merupakan penyebab utama ganggaun kelemahan pada tulang. Namun beberapa faktor lain seperti jarangnya terpapar matahari, diet rendah fosfat, penyakit tertentu, efek pasca operasi tertentu, dan penggunaan obat tertentu dapat menjadi pemicu osteomalasia.
Osteomalasia dapat menimbulkan sejumlah gejala, terutama adalah semakin melemahnya tulang sehingga risiko patah tulang semakin besar.
Selain itu, beberapa tanda lainnya yang perlu diwaspadai antara lain adalah [1,4,5,6] :
Rasa nyeri jauh lebih terasa ketika malam tiba atau setiap kali menaruh beban pada tulang-tulang yang berpotensi nyeri [8].
Gejala seperti mati rasa dan ketidakteraturan ritme jantung umumnya dapat terjadi sebagai tanda bahwa kadar kalsium dalam darah sangat rendah.
Meski demikian, osteomalasia seringkali tidak menimbulkan gejala apapun khususnya pada tahap awal kondisi [1,2].
Osteomalasia adalah kondisi gangguan tulang yang cukup sulit didiagnosa dan terdeteksi, apalagi jika masih sangat awal.
Namun ketika menemui dokter, berikut ini adalah sejumlah metode pemeriksaan yang pasien perlu tempuh selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien.
Beberapa metode pemeriksaan berikut perlu dilakukan agar dokter juga dapat membedakannya dari kemungkinan osteoporosis.
Pemeriksaan darah diperlukan berikut tes urine dengan tujuan agar dokter dapat mengetahui seberapa kadar vitamin D dalam tubuh pasien [1,2,3,5].
Melalui kedua metode pemeriksaan ini, dokter juga dapat mengetahui kadar fosfor serta kalsium dalam tubuh pasien.
Dokter perlu mengetahui apakah terdapat gejala tulang patah dalam tubuh pasien [1,2].
Hal ini untuk menegakkan diagnosa lebih akurat dan menganalisa apakah terdapat karakteristik osteomalasia yang lebih jelas.
Biopsi atau langkah pengambilan sampel jaringan juga dapat dilakukan pada tulang, namun metode ini sebagai pelengkap jika dokter kesulitan mendiagnosa hanya dengan tes darah dan sinar-X [1,2,3,4].
Dokter biasanya memberikan lebih dulu anestesi bagi pasien sebelum memasukkan jarum ke kulit yang kemudian lanjut hingga tulang panggul.
Tujuan prosedur ini adalah untuk mengambil sampel jaringan pada tulang yang kemudian dianalisa di laboratorium.
Radiografi adalah metode tes pemindaian yang juga umumnya dapat menunjukkan tanda bahwa mineralisasi osteoid tidak memadai [1,3].
Dari pemeriksaan ini, dokter dapat mendeteksi tingkat kepadatan tulang pasien.
Radiografi juga akan membantu dokter dalam mendeteksi adanya cedera sekecil apapun pada tulang pasien karena risiko patah tulang tetap besar walau cederanya ringan.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien akan diikuti dengan tes darah dan urine. Sinar-X, biopsi tulang dan radiografi menjadi metode pemeriksaan lanjutan yang akan diterapkan jika hasil diagnosa dirasa kurang.
Penanganan osteomalasia berfokus utama meningkatkan kembali kadar vitamin D yang kurang.
Tujuan penanganan pun adalah untuk mengatasi kekurangan elektrolit di dalam tubuh pasien agar gejala dapat mereda.
Oleh sebab itu, beberapa metode perawatan ini adalah yang secara umum memulihkan kondisi tulang pasien.
1. Pemberian Suplemen
Dokter biasanya memberikan resep suplemen vitamin D bagi pasien, begitu juga dengan suplemen fosfat dan kalsium untuk menambah kadarnya di dalam tubuh [1,2,3,5,6,7].
Pemberian jenis dan dosis suplemen akan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien lebih dulu.
Sebab dosis suplemen kalsium dan vitamin D biasanya harus lebih besar bagi pasien yang menderita malabsorpsi usus.
Malabsorpsi usus sendiri merupakan kondisi ketika usus pasien kehilangan kemampuannya dalam menyerap nutrisi dan vitamin secara normal dan maksimal.
Jika demikian, jumlah asupan vitamin D dan kalsium harus diperbanyak.
Hanya saja, vitamin D2 dan D3 kemungkinan besar tidak dapat digunakan oleh pasien osteomalasia yang memiliki masalah ginjal dan hati [1].
Bila demikian, dokter akan menggantikan vitamin D2 dan D3 dengan calcitriol atau calcidiol yang kemungkinan efektivitasnya lebih tinggi.
Pada kasus pasien yang mengalami kekurangan vitamin D dan sudah tergolong sangat parah, berikut adalah dosis yang umumnya diberikan dokter :
2. Paparan Matahari
Dalam mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin D, cara paling mudah bagi pasien selain meminum suplemen dari dokter adalah dengan berjemur [1,2,5,6].
Mendapatkan cukup paparan sinar matahari setiap pagi mampu meningkatkan kadar vitamin D secara alami.
Namun sebelum melakukannya, pastikan sudah berkonsultasi dengan dokter dan sebelum berjemur selalu kenakan tabir surya.
Hindari berjemur terlalu lama dan dalam kondisi sudah terlalu siang agar tidak meningkatkan risiko kanker kulit.
3. Konsumsi Sumber Makanan Bervitamin D
Selain mengandalkan suplemen resep dokter, pasien perlu menambah asupan vitamin D dan kalsium dalam tubuh secara alami, yaitu dari sumber makanan dan minuman sehat seperti [1,2,5,6] :
4. Penunjang Tulang (Brace)
Kelemahan tulang dapat berakibat pada bengkoknya tulang, maka jika sudah telanjur terjadi, dokter kemungkinan memberikan perawatan dalam bentuk pemasangan brace [6].
Brace atau penunjang tulang tak hanya mengatasi dan mengurangi penyimpangan tulang, namun juga dapat mencegah agar tidak terjadi.
5. Operasi
Pada kasus tulang yang sudah sangat serius, seperti tulang bengkok ataupun patah tulang yang sangat serius [6].
Operasi adalah langkah terbaik untuk mengatasinya dan memperbaiki kondisi tulang.
Tinjauan Pemberian suplemen vitamin D, fosfat dan kalsium adalah yang paling penting dalam menangani osteomalasia. Hal ini juga perlu diimbangi dengan berjemur setiap pagi, dan diet tinggi vitamin D. Pada kasus yang lebih serius, pemasangan brace serta operasi menjadi akan direkomendasikan oleh dokter.
Osteomalasia dapat menimbulkan komplikasi berupa retak atau patah tulang [1].
Pada kondisi tulang yang sudah sangat melemah, maka kemungkinan paling besar adalah terjadinya patah tulang pada tulang belakang, tulang kaki dan rusuk.
Bahkan kifoskoliosis juga berpotensi terjadi, yaitu proses regenerasi tulang yang terganggu sehingga tulang makin rapuh.
Tinjauan Patah tulang dan kifoskoliosis adalah komplikasi yang perlub diwaspadai oleh para penderita osteomalasia.
Seperti halnya mencegah osteoporosis dengan memenuhi kebutuhan tubuh akan mineral kalsium dan vitamin D, begitu juga dengan osteomalasia.
Diet rendah vitamin D, kalsium dan fosfor dapat menjadi penyebab kesehatan tulang terganggu, maka dari usia anak hingga lansia sekalipun pemenuhan nutrisi tersebut perlu dilakukan [1,2,3,5].
Berikut ini adalah rekomendasi penggunaan suplemen vitamin D oleh konsensus global agar osteomalasia dapat dicegah dengan benar [2].
Tinjauan Pencegahan osteomalasia dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium, vitamin D dan fosfor secara rutin. Jika memiliki kondisi tertentu sehingga penyerapan nutrisi lebih sulit, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai suplemen.
1. Lance Zimmerman; Brett McKeon. Osteomalacia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. Suma Uday & Wolfgang Högler. Nutritional Rickets and Osteomalacia in the Twenty-first Century: Revised Concepts, Public Health, and Prevention Strategies. Current Osteoporosis Reports; 2017.
3. Maria do Carmo Sitta, Stella V.A. Cassis, Nidia C Horie, Rosa M.A. Moyses, Vanda Jorgetti, & Luíz Eugênio Garcez-Leme. Osteomalacia and Vitamin D Deficiency in the Elderly. Clinics; 2009.
4. Arti Bhan, Ajay D Rao, & D Sudhaker Rao. Osteomalacia as a Result of Vitamin D Deficiency. Endocrinology and Metabolism Clinics of North America; 2010.
5. Stefan Pilz, Armin Zittermann, Christian Trummer, Verena Theiler-Schwetz, Elisabeth Lerchbaum, Martin H Keppel, Martin R Grübler, Winfried März, & Marlene Pandis. Vitamin D testing and treatment: a narrative review of current evidence. Endocrine Connections; 2019.
6. Anonim. Overview-Rickets and osteomalacia, National Health Service; 2018.
7. Karen M. Prestwood, MD. Chapter 27—Osteoporosis and Osteomalacia. Johns Hopkins Medicine Geriatric Medicine Gerontology; 2020.
8. F S Kaplan, S Soriano, M D Fallon, & J G Haddad. Osteomalacia in a Night Nurse. Clinical Orthopaedics and Related Research; 1986.