Pada bagian perut, terdapat katup, yaitu cincin otot yang disebut dengan sfingter esofagus bagian bawah (LES). Begitu makanan melewati katup ini, maka katup akan menutup sepenuhnya[1].
Jika katup ini tidak menutup atau sering terbuka, maka asam yang ada pada lambung akan naik ke kerongkongan. Dan gejala yang muncul seperti rasa yang tidak nyaman di dada atau mulas. Inilah yang disebut dengan refluks asam yang juga dikenal dengan refluks gastroesofageal (GERD)[1].
Daftar isi
Penghambat pompa proton (PPI) berfungsi dalam membuat produksi asam lambung menjadi berkurang. Penghambat pompa proton (PPI) bekerja dengan membuat enzim H + / K + ATPase terblokir. Enzim ini juga disebut dengan pompa proton yang terdapat di sel parietal dinding lambung[2].
Penghambat pompa proton (PPI) ditunujuk dalam pengobatan asam lambung yang berlebih atau yang diperburuk asam lambung. Menggunakan obat ini 1 kali sehari dapat menghambat pompa proton kisaran 70%, dan masih ada sisa asam untuk mencerna makanan[2].
Penghambat pompa proton (PPI) berguna dalam mengobati[2]:
Terdapat beberapa penyakit yang diatasi dengan penghambat pompa proton, meliputi[2]:
Penyebab penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau refluks asam yaitu terjadinya kelainan pada lambung yang disebut dengan hernia hiatal. Hal ini terjadi disaat sfingter esofagus bagian bawah (LES) dan bagian atas perut bergerak diatas diafragma, otot yang membuat perut dan dada terpisah[1].
Diafragma akan membuat asam di perut menjadi terjaga. Tetapi jika mengalami hernia hiatus, asam dapat naik ke kerongkongan sehingga menimbulkan gejala penyakit asam lambung[1].
Penghambat pompa proton (PPI) akan membuat asam lambung menjadi berkurang. Bekerja dengan membuat enzim H + / K + ATPase atau pompa proton menjadi terblokir, dan dapat menontrol produksi asam secara permanen[2].
Melalui obat dexlansoprazole sebagai isomer R dari lansoprazole. Dengan ini sekresi asam lambung akan tertekan dengan menghambat H + / K + ATPase atau pompa proton pada permukaan sekretori sel parietal lambung, dan selanjutnya akan membuat produksi asam lambung menghalangi langkah terakhirnya[3].
Obat ini diserap dengan makanan dalam meningkatkan ketersediaan hayati dengan plasma puncaknya pada awal antara 1-2 jam dan puncak keduanya antara 4-5 jam[3].
Dexlansoprazole berdistribusi dengan volume kisaran 40 L dengan protein plasma yang terikat kisaran 96-99%[3].
Secara ekstensif obat ini bermetabolisme di hati menjadi metabolit tidak aktif oleh enzim yang terdapat pada hati, yang masing-masing melalui hidroksilasi dan oksidasi. Yang disertai oleh pembentukan konjugat sulfat, glukuronida, dan glutathione[3].
Pengeluaran obat ini melalui urin kisaran 51% dan melalui feses kira-kira 48% dengan waktu paruhnya antara 1-2 jam[3].
Penghambat pompa proton tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, suspensi oral dan bubuk oral. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, sementara yang lainnya dijual bebas di apotek.
Beberapa contoh penghambat pompa proton yang dijual bebas dan dengan resep dokter termasuk[2]:
Dexlansoprazole digunakan untuk mengobati penyakit terkait asam klorida, dan merupakan obat yang paling sering diresepkan diseluruh dunia[5].
Karena kemanjurannya yang tinggi dalam menghambat sekresi asam lambung obat ini menjadi yang terpopuler. Juga karena selektivitas kerja dan reaksi merugikan yang sedikit[5].
Pantoprazole sebagai penghambat pompa proton digunakan dibanyak rumah sakit dan pengaturan rawat jalan. Obat ini telah disetujui oleh Food and Drug Administration Agency (FDA) dalam mengobati esofagitis erosif yang terkait dengan penyakit gastroesophageal reflux dan kondisi hipersekresi patologis, termasuk sindrom Zollinger-Ellison[6].
Rabeprazole sebagai penghambat pompa proton merupakan obat yang dapat ditoleransi baik dengan onset kerja cepat dan interaksi obat rendah. Ditunjuk untuk menyembuhkan juga meredakan gejala tukak duodenum, tukak lambung dan GERD, dan efektif untuk memberantas bakteri Helicobacter pylori[7].
Penghambat pompa proton dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak diinginkan.
Beberapa efek samping umum dari penghambat pompa proton termasuk[2]:
Bagi seseorang yang respons suboptimal terhadap penghambat pompa proton atau gejalanya kambuh setelah berhenti menggunakan obat ini, harus menjalani tes diagnostik tambahan dan bagi orang tua sebelum memulai pengobatan dengan penghambat pompa proton harus mempertimbangkan endoskopi[2].
Sebelum memulai terapi dengan penghambat pompa proton jangan lupa untuk pantau kadar Mg juga setelah pengobatan pantau secara berkala untuk pengobatan jangka panjang atau dengan risiko hipomagnesemia[3].
Penggunaan penghambat pompa proton dapat membuat kadar kromogranin A (CgA) serum meningkat yang akan menyebabkan hasil positif palsu pada tes diagnostik untuk tumor neuroendokrin[3].
Penghambat pompa proton dapat membuat konsentrasi serum menurun bila digunakan bersama dengan rilpivirine, bahkan akan berakibat fatal[3].
Beritahu doketr jika sedang hamil atau menyusui. Karena penghambat pompa proton dapat membahayakan janin atau bayi yang belum lahir[4].
1) Anonim. WebMD.com. What Is Acid Reflux Disease?. 2021
2) Anonim. Drugs.com. Proton pump inhibitors. 2018
3) Anonim. Mims.com. Dexlansoprazole. 2020
4) Cerner Multum. Drugs.com. Dexlansoprazole. 2021
5) Barbara Skrzydło-Radomańskacorresponding and Piotr Radwan. ncbi.nlm.nih.gov. Dexlansoprazole – a new-generation proton pump inhibitor. 2015
6) Michelle A. Bernshteyn; Umair Masood. ncbi.nlm.nih.gov. Pantoprazole. 2021
7) H D Langtry, A Markham. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Rabeprazole: a review of its use in acid-related gastrointestinal disorders. 1999