Daftar isi
Sianosis merupakan sebuah kondisi membirunya bibir, kuku, serta jari tangan yang disebabkan oleh tubuh yang kekurangan oksigen [1,3,4,5].
Suhu tubuh yang menurun karena suhu yang terlalu dingin dapat menjadi salah satu alasan kurangnya oksigen dalam darah dan menyebabkan sianosis.
Namun selain paparan suhu dingin, beberapa penyakit tertentu juga mampu berakibat pada sianosis di mana siapa saja dapat mengalami kondisi ini, terutama bayi baru lahir.
Tinjauan Sianosis adalah kondisi ketika tubuh kekurangan oksigen dan hal ini kemudian menyebabkan kulit di beberapa bagian tubuh membiru.
Terdapat 4 jenis kondisi sianosis yang umumnya dialami justru oleh bayi, khususnya bayi yang baru lahir, yaitu sebagai berikut.
Peripheral cyanosis atau sianosis perifer merupakan sebuah kondisi perubahan warna kulit menjadi biru atau keunguan [1,3,5].
Hal ini terjadi karena sirkulasi darah dan ekstraksi oksigen pada jaringan perifer yang mengalami penurunan ekstrem.
Kondisi ini ditandai dengan jari tangan dan kaki yang berubah kebiruan atau keunguan di mana umumnya disebabkan oleh suhu yang terlalu rendah atau dingin.
Perubahan warna kebiruan yang terjadi pada jenis sianosis ini terjadi khususnya di bagian bibir dan lidah [1,3,5].
Jenis sianosis ini merupakan kondisi kurangnya oksigen dalam darah yang berkaitan dengan jenis penyakit pernapasan seperti pneumonia dan asma.
Penderita sianosis sentral biasanya juga akan mengalami sianosis perifer di mana timbul kebiruan, keunguan atau justru keabuan pada area jari kaki maupun tangan.
Tidak selalu terjadi karena dua penyakit pernapasan tersebut, sebab sianosis sentral juga dapat terjadi sebagai efek dari penggunaan obat tertentu.
Terdapat obat tertentu yang menyebabkan pigmen abnormal dalam darah sehingga menimbulkan kebiruan pada kulit.
Sianosis sentral umumnya disebabkan oleh sejumlah kondisi di bawah ini [1] :
Sianosis jenis ini adalah kondisi timbulnya perubahan warna menjadi kebiruan pada area mulut bayi, kaki, kepala, atau telapak tangan [3].
Jenis kondisi ini menandakan bahwa bayi tidak memperoleh cukup oksigen di mana berpotensi terjadi pada bayi baru lahir dan balita.
Jika terdapat tanda kebiruan ini pada bayi atau balita, para orang tua wajib segera membawanya ke dokter agar dapat ditangani secara medis.
Jenis sianosis ini juga disebut dengan istilah mixed cyanosis, yaitu sebuah kondisi yang ditandai dengan timbulnya kebiruan pada beberapa area tubuh [3,6].
Tanda perubahan warna kebiruan dapat timbul hanya di tubuh bagian atas saja atau justru di bagian tubuh bawah saja.
Pada beberapa kasus, jenis sianosis ini terjadi pada bagian atas kiri tubuh saja.
Sedangkan sebagian kasus lainnya menunjukkan adanya tanda-tanda di kedua bagian tubuh bawah.
Tinjauan Terdapat 4 jenis sianosis, yakni meliputi sianosis perifer, sianosis sentral, sianosis pada bayi dan balita, serta differential cyanosis.
Ketika kadar oksigen menurun di dalam darah, perubahan warna darah pun akan terjadi, yakni dari merah terang menjadi gelap.
Sebagai dampaknya, bibir dan kulit dapat mengalami perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan.
Berikut ini adalah sejumlah kondisi yang umumnya mampu menyebabkan sianosis dan perlu dikenali serta diwaspadai.
Pada beberapa kasus, sianosis dapat disebabkan oleh gangguan pernapasan, dan beberapa kondisi gangguan pernapasan yang mampu menyebabkan sianosis antara lain adalah [1,2,3,5,7] :
Ketika terjadi gangguan kardiovaskular, kondisi ini dapat menjadi penyebab sianosis terjadi.
Gangguan-gangguan kardiovaskular yang dimaksud antara lain [3,5] :
Selain dari masalah jantung dan paru-paru, sianosis dapat terjadi karena beberapa faktor seperti di bawah ini [2,5,8,9,10] :
Pada sejumlah kasus, sianosis disebabkan oleh sejumlah kondisi yang jauh lebih serius dan cenderung mengancam jiwa, yaitu [1,2,3,5,7,11] :
Tinjauan Penyebab sianosis dapat berhubungan dengan penyakit paru, penyakit jantung, bahkan kondisi yang mengancam jiwa seperti insiden tenggelam, overdosis obat, dan henti kardiopulmonar.
Perubahan warna kulit dan bibir serta pada beberapa bagian tubuh lainnya menjadi kebiruan atau keunguan menjadi gejala utama dari sianosis.
Namun, ada pula sejumlah gejala lain yang dapat menyertai tergantung dari kondisi dan penyakit yang mendasarinya.
Untuk kasus sianosis yang disebabkan oleh gangguan jantung dan paru, maka beberapa keluhan di bawah ini sangat mungkin terjadi [2,3,5]:
Pada beberapa kasus, sianosis disebabkan oleh kondisi-kondisi serius dan mengancam jiwa di mana hal ini mampu menyebabkan sejumlah keluhan seperti berikut [1,2,3,5] :
Selain bagian-bagian tubuh yang berubah warna menjadi biru, sianosis dapat menimbulkan sejumlah gejala lain seperti [3,5,6] :
Tinjauan Gejala utama sianosis adalah membirunya bibir dan kulit, namun terdapat gejala lain tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Terdapat berbagai kondisi yang memungkinkan terjadinya sianosis.
Maka untuk mengonfirmasi kondisi sianosis pada pasien serta mendeteksi penyebabnya, pasien perlu segera ke dokter saat gejala sianosis timbul.
Beberapa metode diagnosa yang umumnya diterapkan oleh dokter untuk memeriksa pasien gejala sianosis adalah :
Dokter perlu tahu apa saja riwayat medis yang dimiliki oleh pasien [1].
Tak hanya riwayat medis milik pasien, dokter juga akan menanyakan riwayat medis keluarga pasien.
Hal ini untuk memperjelas apakah pasien memiliki kondisi penyakit keturunan.
Setelah pemeriksaan riwayat medis, dokter perlu memeriksa fisik pasien [1,3,4,5].
Dokter akan mengecek suhu tubuh pasien dan melihat keberadaan perubahan warna kulit pada tubuh pasien.
Di bagian tubuh mana saja warna kebiruan muncul juga akan diidentifikasi oleh dokter.
Sinar-X (rontgen), MRI scan, USG dada dan CT scan adalah jenis tes pemindaian yang akan menjadi tes penunjang dalam memeriksa kondisi pasien [1,2,3,4,5].
Tes pemindaian berguna untuk mendeteksi adanya kondisi penyakit paru yang menyebabkan gejala sianosis.
Emboli paru, efusi pleura, dan pneumonia adalah jenis-jenis penyakit paru yang dapat terdiagnosa melalui serangkaian tes pemindaian tersebut.
Selain itu, tes pemindaian seperti MRI dan CT scan pada jantung dapat membantu dokter dalam mendeteksi adanya gangguan pada jantung pasien.
Jika dokter memiliki kecurigaan bahwa pasien mengalami gejala sianosis karena keberadaan penyakit jantung bawaan, maka dokter akan menerapkan metode ekokardiografi [1,2,3].
Dokter biasanya memeriksa sistem kardiovaskular pasien serta mengevaluasinya melalui ekokardiografi.
Pada prosedur pemeriksaan ini, dokter juga kemungkinan akan menggunakan Doppler, yakni sebuah alat dengan gelombang suara frekuensi tinggi.
Doppler dapat membantu dokter dalam melakukan pemantauan kondisi aliran darah.
Prosedur pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter supaya kondisi kesehatan jantung pasien dapat diketahui [1,2,3].
Melalui prosedur ini, berbagai penyakit jantung dapat terdeteksi sehingga dokter bisa lebih mudah menentukan pengobatan yang sesuai bagi pasien.
Analisa gas darah merupakan prosedur pemeriksaan darah yang bertujuan untuk mengukur kadar asam basa, karbon dioksida serta oksigen dalam darah pasien [1,3].
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tubuh pasien melalui pembuluh darah arteri.
Oksimetri nadi adalah sebuah prosedur pemeriksaan di mana dokter memerlukannya untuk mengetahui kadar oksigen di dalam darah pasien [1,3,5].
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang disebut dengan oksimeter (oksimetri pulsasi).
Tinjauan Metode diagnosa yang biasanya digunakan dokter dalam memeriksa pasien adalah pemeriksaan riwayat medis, pemeriksaan fisik, tes pemindaian, ekokardiografi, kateterisasi jantung, oksimetri nadi, dan/atau analisa gas darah.
Ketika dari hasil pemeriksaan telah terkonfirmasi bahwa pasien menderita siagnosis dan telah diketahui pula penyebab sianosis, maka dokter akan mulai menentukan pemberian penanganan yang sesuai.
Di bawah ini adalah sejumlah metode perawatan yang umumnya diberikan bagi penderita sianosis :
Karena kadar oksigen dalam tubuh pasien mengalami penurunan yang cukup banyak, maka terapi oksigen adalah langkah penanganan paling awal yang biasanya dokter lakukan [1,3,4,5].
Terapi oksigen bertujuan menambah kadar oksigen dalam tubuh pasien dan umumnya segera dilakukan ketika pasien berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Pemberian terapi oksigen adalah melalui masker oksigen atau selang oksigen.
Namun pada kasus pasien sianosis yang mengalami kesulitan bernapas sama sekali atau justru jatuh koma, alat bantu napas akan diberikan.
Petugas medis akan memasangkan ventilator atau membantu pasien bernapas lebih mudah melalui intubasi.
Untuk kasus sianosis yang disebabkan oleh kondisi medis seperti penyakit paru, dokter akan memberikan jenis obat yang sesuai dengan gangguan yang dialami pasien.
Sementara bagi pasien sianosis yang mengalami methemoglobinemia, pemberian methylene blue akan dilakukan oleh dokter.
Pada kasus sianosis dengan penyebab yang tak dapat diatasi dengan tambahan oksigen serta obat-obatan, maka jalur operasi pasti dokter rekomendasikan [1,4,5].
Prosedur operasi biasanya hanya dianjurkan bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung bawaan dan sumbatan di aliran pernapasan karena adanya benda asing yang menghambat.
Tinjauan Pengobatan sianosis umumnya terdiri dari 3 metode, yakni meliputi terapi oksigen, pemberian obat sesuai kondisi yang mendasari, dan operasi (direkomendasikan bagi pasien penyakit jantung bawaan dan sumbatan pada jalur napas).
Seperti diketahui, sianosis merupakan kondisi tubuh yang mengalami kekurangan kadar oksigen.
Bila tidak mendapat penanganan secepatnya, berbagai risiko komplikasi serius dapat dialami oleh penderita.
Beberapa kondisi komplikasi yang berpotensi terjadi pada penderita sianosis yang tak tertangani dnegan baik antara lain [12] :
Penanganan dini terhadap sejumlah kondisi yang mampu menyebabkan sianosis, seperti penyakit jantung dan paru adalah cara pencegahan agar sianosis tidak terjadi [3].
Menghindari paparan suhu dingin dan juga dataran tinggi merupakan upaya lain dalam meminimalisir risiko sianosis.
Jika gejala sudah telanjur timbul, untuk mencegah komplikasi berbahaya, segera ke dokter agar segera ditangani dengan tepat secara medis.
Tinjauan Pencegahan terbaik agar sianosis tidak terjadi adalah dengan menangani penyakit atau kondisi kesehatan tertentu yang menjadi penyebabnya.
1. Adebayo Adeyinka; Harideep Samanapally; & Noah P. Kondamudi. Cyanosis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Maria M. Ossa Galvis; Rupal T. Bhakta; Abdulla Tarmahomed; & Magda D. Mendez. Cyanotic Heart Disease. National Center for Biotechnology Information; 2020.
3. Anonim. Cyanosis (Blue colouration of lips, feet, body): Diagnosis and treatment. Narayana Health; 2020.
4. Walker HK, Hall WD, & Hurst JW. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations : Chapter 45 Cyanosis. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990.
5. Parul Pahal & Amandeep Goyal. Central and Peripheral Cyanosis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
6. Srivatsa Nadig, Aditya Kapoor, & Sudeep Kumar. Differential cyanosis and clubbing: signs of an Era gone by. Heart Asia; 2012.
7. You-Jin Chang, Haider Ali, Adrian Draper, & Felix Chua. An unusual cause of cyanosis in a patient with COPD. Britis Medical Journal Case Reports.
8. E. G. Alexander. III. A Case of Stasis Cyanosis following an Epileptic Seizure, Simulating Traumatic Asphyxia. Annals of Surgery; 1909.
9. Dawn Kennedy-Little & Tariq Sharman. Pulmonary Barotrauma. National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. Erica J. Armstrong, MD & Kevin L. Erskine. Investigation of Drowning Deaths: A Practical Review. Academic Forensic Pathology; 2018.
11. Amanda M. Guerra; Muhammad Waseem. Epiglottitis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
12. William C. Lloyd III, MD, FACS. Cyanosis. Health Grades; 2018.