Penyakit & Kelainan

Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS): Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) merupakan salah satu penyebab infertilitas paling umum pada wanita. Kondisi ini mempengaruhi 6% hingga 12% (atau sekitar 5 juta) wanita usia reproduktif di Amerika[1].

Apa itu Sindrom Ovarium Polikistik?

Sindrom ovarium polikistik adalah suatu kondisi kompleks yang dicirikan dengan peningkatan kadar androgen, ketidakteraturan menstruasi, dan/atau kista kecil pada salah satu atau kedua ovarium[2].

Sumber gambar: Mayoclinic

Kondisi ini mempengaruhi ovarium, yang merupakan organ reproduktif wanita yang menghasilkan estrogen dan progesterone (hormon yang mengatur siklus menstruasi). Ovarium juga menghasilkan hormon androgen (hormon kelamin pria) dalam jumlah kecil[3].

Wanita dengan sindrom ovarium polikistik memproduksi hormon kelamin pria dengan kadar melebihi normal. Ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan periode menstruasi tidak teratur dan mengakibatkan pasien lebih sulit untuk hamil[3, 4].

Menurut National Institute of Health Office of Disease Prevention, sindrom ovarium polikistik mempengaruhi sekitar lima juta wanita pada usia subur (15-44 tahun) di Amerika. Antara 2,3 dan 26,7% wanita pada kelompok usia ini mengalami sindrom ovarium polikistik[2, 3].

Banyak wanita yang mengalami sindrom ovarium polikistik tapi tidak menyadarinya. Pada sebuah studi, hingga 70% dari wanita dengan sindrom ovarium polikistik tidak terdiagnosis[3].

Penyebab Sindrom Ovarium Polikistik

Penyebab pasti dari sindrom ovarium polikistik belum diketahui[1, 3, 4].

Sindrom ovarium polikistrik dapat disebut sebagai kelainan oligogenik yang mana interaksi dari sejumlah faktor genetik dan lingkungan menentukan fenotip heterogen, klinis, dan biokimiawi[2].

Beberapa faktor risiko yang berperan dalam munculnya sindrom ovairum polikistik antara lain[1, 3, 4]:

  • Faktor genetik

Penelitian menunjukkan bahwa sindrom ovarium polikistik dapat diturunkan, dan beberapa gen diduga berhubungan dengan penyakit ini.

  • Resistensi insulin

Hingga 70% dari wanita dengan sindrom ovarium polikistik mengalami resistensi insulin, yaitu kondisi di mana sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara normal.

Insulin ialah hormon yang dihasilkan oleh pankreas yang memungkinkan sel menggunakan gula sebagai sumber energi. Jika sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin, maka kadar gula darah dapat meningkat dan tubuh menghasilkan lebih banyak insulin.

Insulin berlebih memicu produksi hormon androgen meningkat, menyebabkan kesulitan untuk ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium).

Obesitas merupakan penyebab utama resistensi insulin. Obesitas dan resistensi insulin dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Resistensi insulin dapat diturunkan dalam keluarga. Menurunkan berat badan sering kali dapat membantu meredakan gejala resistensi insulin, apa pun penyebabnya.

  • Inflamasi atau peradangan

Studi menunjukkan bahwa wanita dengan sindrom ovarium polikistik mengalami inflamasi kelas ringan yang menstimulasi ovarium polikistik untuk menghasilkan androgen, yang mana dapat mengarah pada masalah jantung dan pembuluh darah.

Gejala Sindrom Ovarium Polikistik

Tanda dan gejala dari sindrom ovarium polikistik sering berkembang sekitar waktu periode menstruasi pertama selama pubertas.

Terkadang gejala berkembang di kemudian hari setelah pasien mengalami banyak peningkatan berat badan atau mengalami kesulitan untuk hamil[3, 4].

Berikut beberapa gejala umum sindrom ovarium polikistik[3, 4, 5]:

  • Periode mestruasi tidak teratur

Terganggunya proses ovulasi mencegah dinding dalam uterus untuk meluruh setiap bulan.

Wanita dengan sindrom ovarium polikistik dapat melewatkan beberapa periode atau memiliki lebih sedikit periode menstruasi (kurang dari 8 periode dalam setahun).

Atau periode mereka dapat terjadi setiap 21 hari atau lebih sering. Beberapa wanita dengan sindrom ovarium polikistik berhenti memiliki periode menstruasi.

  • Tumbuh terlalu banyak rambut

Pertumbuhan rambut berlebih pada bagian wajah, dagu, atau bagian tubuh yang mana pada pria biasanya memiliki rambut. Kondisi ini disebut hirsutisme. Hirsutisme mempengaruhi hingga 70% dari wanita dengan sindrom ovarium polikistik.

Hormon pria dapat mengakibatkan kulit lebih berminyak dari biasanya dan menyebabkan tumbuhnya jerawat pada bagian seperti wajah, dada, dan punggung bagian atas.

  • Peningkatan berat badan

Hingga 80% dari wanita dengan sindrom ovarium polikistik mengalami berat badan berlebih atau obesitas.

  • Pendarahan berat

Dinding dalam uterus menebal dalam waktu yang lebih lama, sehingga periode menstruasi yang dialami dapat lebih berat dari normal.

Rambut di kulit kepala menjadi lebih tipis dan rontok.

  • Warna kulit menjadi lebih gelap

Belang-belang gelap dapat terbentuk pada lipatan tubuh, seperti pada leher, selakangan, dan di bawah payudara

  • Ovarium polikistik

Ovarium dapat membesar dan mengandung folikel-folikel yang mengelilingi sel telur. Akibatnya, ovarium menjadi tidak dapat berfungsi secara teratur.

Komplikasi Sindrom Ovarium Polikistik

Pasien dengan sindrom ovarium polikistik dapat mengalami masalah kesehatan yang lebih serius, terutama jika memiliki berat badan berlebih[1, 5].

Berikut beberapa komplikasi sindrom ovarium polikistik[1, 3, 5]:

Lebih dari setengah dari pasien sindrom ovarium polikistik memiliki diabetes atau prediabetes (intoleransi glukosa) sebelum usia 40 tahun.

  • Diabetes gestational

Diabetes gestational atau diabetes kehamilan terjadi ketika kehamilan sehingga berisiko bagi kehamilan dan bayi yang dikandung. Diabetes gestational dapat menimbulkan diabetes tipe 2 di kemudian hari pada ibu atau anak.

Pasien sindrom ovarium polikistik memiliki risiko lebih besar mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan wanita tanpa sindrom ovarium polikistik pada usia yang sama. Tekanan darah tinggi merupakan faktor penyebab penyakit jantung dan stroke.

  • Kolesterol tidak sehat

Pasien sindrom ovarium polikistik sering kali memiliki kadar kolesterol jahat (LDL) lebih tinggi dan kadar kolesterol baik (HDL) yang lebih rendah. Kolesterol tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Kondisi ini ditandai dengan pernapasan berhenti sementara dan berulang-ulang yang mengganggu tidur. Sleep apnea lebih umum pada wanita yang memiliki berat badan berlebih, terutama jika bersama sindrom ovarium polikistik.

Risiko tidur apnea lebih besar 5-10 kali pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita kondisi tersebut. Tidur apnea meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.

Masalah dalam ovulasi, obesitas, resistensi insulin, dan diabetes (yang mana merupakan gejala umum sindrom ovarium polikistik) meningkatkan risiko berkembangnya kanker endometrium (dinding dalam uterus/rahim).

Perubahan hormonal dan gejala seperti tumbuhnya rambut yang tidak diharapkan, dapat mempengaruhi emosi pasien secara negatif. Banyak pasien dengan sindrom ovarium polikistik mengalami depresi dan kecemasan.

  • Infertilitas

Infertilitas ialah penurunan kesuburan atau tingkat keberhasilan kehamilan pasien. Untuk dapat hamil, wanita harus mengalami ovulasi.

Wanita yang tidak mengalami ovulasi secara teratur tidak melepaskan sel telur yang cukup banyak untuk difertilisasi (dibuahi oleh sperma). Sekitar 70-80% dari wanita dengan sindrom ovarium polikistik mengalami masalah fertilitas.

Selain komplikasi tersebut, sindrom ovarium polikistik dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti[3, 5]:

Diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik

Saat ini tidak terdapat tes khusus untuk diagnosis sindrom ovarium polikistik. Untuk membantu diagnosis, dokter dapat memeriksa riwayat kesehatan pasien dan melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan tes kesehatan[5].

Diagnosis sindrom ovarium polikistik dapat meliputi[3, 5]:

  • Pemeriksaan fisik

Dokter melakukan pengukuran tekanan darah, body mass index (BMI), dan ukuran pinggang.

Dokter dapat memeriksa kulit pasien untuk mengecek ada tidaknya rambut berlebih pada wajah, dada atau punggung, jerawat, atau diskolorasi kulit. Dokter juga dapat memeriksa tanda kerontokan rambut atau tanda masalah kesehatan lainnya.

  • Pemeriksaan pelvis

Pemeriksaan pelvis bertujuan untuk mengecek masalah pada ovarium atau bagian lain dari saluran reproduksi pasien.

Selama tes ini, dokter akan memasukkan jari bersarung tangan (gloved) ke dalam vagina dan memeriksa adanya pertumbuhan di dalam ovarium atau uterus.

  • Ultrasound pelvis (sonogram)

Tes ini menggunakan gelombang suara untuk memeriksa ada tidaknya kista dalam ovarium dan memeriksa endometrium.

  • Tes darah

Tes darah ditujukan untuk memeriksa kadar hormon androgen, atau disebut hormon pria. Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa kadar kolesterol, insulin, dan trigliserida pasien.

Pasien didiagnosis sindrom ovarium polikistik jika memiliki setidaknya dua dari gejala berikut[5]:

  • Periode menstruasi yang tidak teratur, termasuk periode yang terlalu sering, tidak cukup sering, atau tidak sama sekali
  • Tanda-tanda tubuh memiliki kadar androgen tinggi, seperti hirsutisme, jerawat, dan penipisan rambut
  • Kadar androgen dalam darah lebih tinggi dari normal
  • Terdapat beberapa kista di dalam salah satu atau kedua ovarium

Pengobatan Sindrom Ovarium Polikistik

Karena penyebab dari penyakit ini tidak diketahui pasti, pengobatan sindrom ovarium polikistik diarahkan untuk mengatasi gejala.

Pengobatan Medis

Pil kontrol kehamilan dan beberapa obat lain dapat membantu mengatur siklus menstruasi dan mengatasi sindrom ovarium polikistik seperti pertumbuhan rambut dan jerawat[2, 3].

Berikut beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi sindrom ovarium polikistik[3, 5]:

  • Obat pengontrol kehamilan

Mengkonsumsi estrogen dan progestin setiap hari dapat memulihkan keseimbangan hormon normal, mengatur ovulasi, meringankan gejala seperti rambut berlebih, dan melindungi melawan kanker endometrium. Hormon-hormon ini dapat berbentuk pil, patch, atau ring vagina.

Metformin adalah obat yang sering digunakan untuk mengatasi diabetes tipe 2. Obat ini juga dapat mengatasi sindrom ovarium polikistik dengan meningkatkan kadar insulin.

Metformin meningkatkan kemampuan insulin untuk menurunkan gula darah serta dapat menurunkan kadar insulin dan androgen.

Setelah beberapa bulan penggunaan, metformin dapat membantu ovulasi, tapi biasanya hanya berpengaruh sedikit terhadap jerawat dan rambut berlebih pada wajah dan tubuh.

Studi menemukan bahwa penggunaan metformin bersama dengan pengubahan pola makan dan olahraga membantu penurunan berat badan, menurunkan gula darah, dan memulihkan siklus menstruasi normal dengan lebih baik.

  • Obat anti androgen

Obat ini menghambat pengaruh androgen dan dapat membantu menurunkan kerontokan rambut kepala, pertumbuhan rambut pada wajah dan bagian tubuh, dan jerawat. Obat anti androgen dapat menyebabkan masalah selama kehamilan.

Clomiphene merupakan obat fertilitas yang dapat membantu wanita dengan sindrom ovarium polikistik untuk hamil. Meski demikian, obat ini meningkatkan risiko bayi kembar dan kelahiran banyak bayi.

  • Obat untuk menghilangkan rambut

Beberapa perawatan dapat membantu untuk menghilangkan rambut yang tidak diinginkan atau menghentikan pertumbuhannya, krim eflornithine merupakan obat resep yang memperlambat pertumbuhan rambut.

Prosedur bedah dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan fertilitas jika perawatan lain tidak bekerja.

Ovarian drilling merupakan prosedur yang dilakukan dengan membuat lubang-lubang kecil di dalam ovarium dengan laser atau jarum tipis yang dipanaskan untuk memulihkan ovulasi normal[3].

Laparoscopic ovarian drilling merupakan prosedur bedah yang mana beberapa perforasi dibuat pada permukaan ovarium dan stroma. Diduga bahwa intervensi ini merusak jaringan penghasil androgen, yang mana dapat mengarah pada penurunan kadar androgen[2].

Pengobatan Non Medis

Selain pengobatan secara medis, dapat dilakukan beberapa perawatan non medis untuk mengatasi sindrom ovarium polikistik. Beberapa kiat yang dapat dilakukan meliputi[3, 5]:

  • Menurunkan berat badan

Pola makan sehat dan aktivitas fisik rutin dapat membantu meringankan gejala yang berkaitan dengan sindrom ovarium polikistik.

Mengurangi berat badan dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan efektivitas penggunaan insulin oleh tubuh, dan membantu hormon mencapai kadar normal.

Penurunan berat badan sekitar 5-10% dapat membantu mengatur siklus menstruasi yang lebih teratur dan meningkatkan kemungkinan hamil.

Studi perbandingan diet untuk sindrom ovarium polikistik telah menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat efektif untuk membantu penurunan berat badan dan menurunkan kadar insulin.

Diet rendah indeks glikemik yang mendapatkan karbohidrat dari buah, sayur, dan biji-bijian membantu mengatur siklus menstruasi lebih baik dari pada diet biasa.

  • Menghilangkan rambut berlebih

Untuk menghilangkan rambut dapat digunakan krim wajah penghilang rambut, penghilangan rambut dengan laser, atau elektrolisis.

Belum ada cara pencegahan yang diketahui untuk sindrom ovarium polikistik. Meski demikian, banyak pasien sindrom ovarium polikistik dapat menghindari penyakit diabetes dan masalah kardiovaskuler dengan menjaga pola makan dan berat badan sehat[6].

1. Anonim. PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) and Diabetes. Centers for Disease Control and Prevention; 2020.
2. Uche Anadu Ndefo, PharmD, BCPS, Angie Eaton, PharmD, and Monica Robinson Green, PharmD, BCPS, BCACP. Polycystic Ovary Syndrome. Pharmacy & Therapeutics; 2013.
3. Stephanie Watson, reviewed by Debra Sullivan, Ph.D, MSN, R.N., CNE, COI. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Symptoms, Causes, and Treatment. Healthline; 2019.
4. Anonim. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Mayo Clinic; 2020.
5. Anonim. Polycystic Ovary Syndrome. Office on Women’s Health; 2019.
6. Anonim. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Prevention. Cleveland Clinic; 2020.

Share