Daftar isi
Abses anus merupakan sebuah kondisi ketika nanah menumpuk dalam bentuk benjolan pada bagian anus [1,2,3,4,5,6].
Penderitanya akan merasakan nyeri tak hanya di saat buang air besar, tapi juga di saat duduk sehingga akan sangat tidak nyaman.
Benjolan yang ada pada saluran anus berwarna kemerahan dan berukuran kecil, namun di dalamnya berisi pus atau nanah.
Tak hanya pada saluran anus, terbentuknya abses dapat pula dijumpai pada rektum.
Rektum sendiri merupakan bagian ujung bawah usus besar yang menyambung dengan anus.
Tinjauan Abses anus adalah timbulnya benjolan pada bagian anus yang di dalamnya berisikan nanah yang menumpuk. Selain anus, rektum menjadi lokasi penumpukan nanah terutama bila area tersebut terserang infeksi yang tak segera ditangani.
Infeksi bakteri adalah penyebab utama pembentukan abses, maka jika kelenjar di area anus terinfeksi oleh bakteri tertentu, benjolan berisi nanah pun muncul [1,2,3,5,6].
Namun, ada beberapa faktor yang wajib dikenali sebagai pemicu abses di bagian anus, yaitu antara lain :
Selain itu, beberapa orang dengan sejumlah kondisi medis atau penggunaan obat tertentu juga berisiko tinggi mengalami abses anus.
Nanah baru dapat terlihat jelas ketika kelenjar atau benjolan pecah.
Tinjauan Berbagai faktor mampu menjadi penyebab abses anus, terutama infeksi bakteri, cedera pada anus, penyakit menular seksual, fisura ani, atau kelenjar di bagian anus yang mengalami penyumbatan. Namun, berbagai jenis penyakit serius seperti HIV/AIDS, radang panggul, radang usus dan diabetes dapat menjadi pemicunya; begitu pula dengan hubungan seks anal.
Rasa nyeri di bagian anus adalah gejala utama yang umumnya terjadi ketika abses anus terjadi.
Rasa sakitnya memberikan sensasi seperti menusuk sehingga beraktivitas tidak menjadi nyaman.
Nyeri ini bertahan cukup lama dan bahkan berpotensi menjadi lebih buruk ketika penderita buang air besar, duduk, dan/atau batuk.
Namun selain rasa sakit hebat di bagian anus atau rektum, sebenarnya ada gejala lain yang juga dapat dialami penderita, yaitu [1,2,5,6] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter? [1,2,3,5,6]
Abses anus dari rasa nyerinya mungkin dianggap sebagai wasir atau ambeien karena ketidaknyamanan yang dirasakan saat BAB maupun di saat duduk.
Hanya saja, jika selain rasa nyeri di bagian anus juga terjadi beberapa gejala lain yang telah disebutkan, pastikan untuk segera ke dokter dan memeriksakannya.
Dikhawatirkan abses anus yang tak segera ditangani dapat menjadi lebih buruk dan menyebabkan terbentuknya saluran abnormal pada dubur.
Fistula ani adalah istilah untuk kondisi mengerikan tersebut, sebab jika saluran abnormal timbul maka pasien harus menjalani operasi sebagai solusinya.
Belum lagi, fistula ani adalah kondisi yang membutuhkan waktu lama untuk bisa sembuh.
Bila mengalami demam tinggi, diikuti dengan tubuh menggigil, sembelit, muntah-muntah hingga nyeri hebat sampai aktivitas terhambat, maka sudah saatnya untuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Penting untuk segera ke IGD karena keluhan tersebut berpotensi sebagai indikator penyebaran infeksi lewat aliran darah di mana sepsis hingga kematian adalah akibat terburuknya.
Tinjauan Gejala utama abses anus adalah rasa nyeri menusuk di area anus saat duduk, BAB atau batuk. Pada area anus akan terdapat kemerahan dan pembengkakan. Penderita juga berpotensi mengalami demam, sembelit, tubuh menggigil, hingga keluarnya nanah karena benjolan pecah.
Ketika memutuskan memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode pemeriksaan berikut adalah yang akan dokter lakukan.
Di awal, dokter akan selalu memeriksa fisik pasien lebih dulu, khususnya di area dubur [2,3,5,6].
Selain itu, dokter akan menanyakan sejumlah pertanyaan seputar gejala yang selama ini terjadi serta riwayat kesehatan apa yang dimiliki pasien.
Dokter juga berpotensi menanyakan kebiasaa buang air besar dan apakah memiliki riwayat sembelit.
Bahkan dokter memerlukan informasi mengenai apakah pasien melakukan hubungan seks anal supaya mampu menghasilkan diagnosa lebih akurat.
Pemeriksaan fisik dapat memastikan apakah benjolan adalah wasir atau abses.
Prosedur pemeriksaan ini sangat berguna bagi dokter dalam mendeteksi adanya ketidaknormalan pada organ tubuh pasien [2].
Melalui alat yang disebut dengan endoskop, yaitu tabung berukuran kecil dan lentur dilengkapi kamera, dokter dapat melihat hasilnya secara lebih detil.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut dan lebih detil, dokter kemungkinan akan meminta pasien menempuh kolonoskopi.
Prosedur ini bertujuan mendeteksi kondisi usus besar dan rektum apakah di sana terdapat ketidaknormalan.
Tumor, iritasi, bengkak, polip atau bahkan luka pada jaringan usus dapat teridentifikasi melalui kolonoskopi.
Untuk memastikan apakah pasien menderita diabetes dengan mengetahui kadar gula darah [1,3].
Melalui pemeriksaan darah, dokter juga dapat mengidentifikasi apakah pasien merupakan penderita HIV/AIDS, radang usus, atau penyakit infeksi lainnya.
Tes pemindaian artinya pasien perlu menjalani MRI scan, CT scan, atau bahkan USG [1,2,3,5,6].
Serangkaian tes ini dilakukan dokter untuk mengetahui di mana posisi abses secara lebih akurat.
Tes ini sangat membantu dokter ketika pemeriksaan fisik tak mampu mendeteksi secara tepat lokasi abses.
Tinjauan Rangkaian pemeriksaan, seperti pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, tes pemindaian, tes darah, kolonoskopi, dan endoskopi perlu ditempuh pasien untuk mengonfirmasi abses anus, memastikan bukan wasir, dan mengetahui letak abses berada.
Penanganan abses anus pada umumnya adalah operasi, namun dokter juga akan memberikan obat-obatan setelahnya [1,2,3,5,6].
Operasi adalah pengobatan bagi penderita abses anus, namun jenis operasi dokter yang akan menyesuaikannya dengan lokasi abses.
Pada kasus abses yang letaknya mudah terlihat dan tidak terlalu dalam, pasien hanya perlu menempuh operasi kecil.
Bahkan usai menempuh operasi, masa pemulihannya tidak lama dan langsung diperbolehkan pulang jika sudah baik.
Hanya saja, rawat inap diperlukan oleh penderita abses anus dengan letak abses yang sulit dan lebih dalam.
Prosedur operasinya pun lebih besar karena dokter perlu mengeluarkan nanah dari dubur melalui sayatan yang dibuat di area abses.
Sebagai penanganan bagi penderita infeksi, antibiotik adalah obat yang juga akan diresepkan oleh dokter.
Pemberian antibiotik selalu dilakukan usai pasien menempuh operasi.
Paracetamol adalah jenis obat pereda nyeri yang umumna diresepkan dokter usai pasien menempuh operasi.
Sitz bath atau proses merendam anus di dalam air hangat adalah cara yang juga efektif dilakukan di rumah dalam meredakan gejala.
Aktivitas yang juga dikenal dengan istilah rendam bokong atau rendam duduk ini dapat menjadi solusi setiap rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada anus terasa.
Dalam masa pemulihan, pastikan untuk mengasup makanan yang mudah dicerna namun kaya akan serat agar tidak mengalami sembelit.
Hindari makanan bertekstur keras dan pilih makanan yang lunak namun kaya akan serat di dalamnya.
Cara Merawat Anus Selama Pemulihan
Selain dari pengobatan medis dan mandiri di atas, penting untuk memulihkan anus dengan benar.
Perawatan yang tepat akan membantu mempercepat kesembuhan anus.
Tinjauan Operasi adalah langkah penanganan abses anus yang umum dilakukan, tergantung dari posisi di mana abses berada. Pemberian obat antibiotik, pereda nyeri, anjuran konsumsi makanan lunak, dan melakukan sitz bath adalah pengobatan abses anus lainnya usai operasi.
Risiko komplikasi cukup besar untuk abses anus, khususnya jika mengabaikan kondisi gejala maupun tidak memeriksakan anus secara rutin pasca operasi.
Berikut ini adalah sederet komplikasi yang perlu diwaspadai dan dicegah agar tidak sampai terjadi [3,5,6] :
Upaya pencegahan abses anus yang paling dapat dilakukan adalah [1,5,6] :
Tinjauan Mencegah abses anus dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri, mengobati penyakit yang berpotensi memicu abses, dan melakukan hubungan seksual yang aman (tanpa melalui dubur).
1) Herand Abcarian, M.D. 2011. PubMed Central. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Anorectal Infection: Abscess–Fistula.
2) H.J. Mappes and E.H. Farthmann. National Center for Biotechnology Information. Anal abscess and fistula.
3) David F. Sigmon; Abdul Waheed; Bishoy Emmanuel; & Faiz Tuma. 2020. National Center for Biotechnology Information. Perianal Abscess.
4) Anonim. 2018. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School. Anal Disorders.
5) Anonim. Johns Hopkins Medicine. Anorectal Abscess.
6) Debra G. Wechter, MD, FACS., David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. 2018. MedlinePlus. Anorectal abscess.