Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Ankylosing spondylitis adalah suatu kondisi peradangan yang seiring berjalannya waktu akan menyebabkan tulang belakang menyatu, menjadi kaku dan kurang fleksibel, sehingga posisi pasien akan terlihat membungkuk.
Daftar isi
Ankylosing spondylitis merupakan sebuah kondisi arthritis atau radang sendi yang terjadi pada bagian punggung sehingga penderita akan mengalami kekakuan dan rasa nyeri di punggung [1,2,3,4,5,6,7].
Radang pada sendi kronis ini menyebabkan peleburan tulang-tulang kecil di tulang belakang sehingga tulang punggung terasa kaku, nyeri dan hilang fleksibilitasnya.
Jika tidak segera ditangani, peradangan sendi ini akan membuat gerakan punggung terbatas dan membuat penderitanya bungkuk.
Tinjauan Ankylosing spondylitis adalah sejenis peradangan sendi namun terjadi pada bagian punggung (umumnya dari leher ke punggung) yang ditandai dengan rasa kaku dan sakit di area tersebut.
Penyebab pasti ankylosing spondylitis belum diketahui hingga kini, namun kelainan gen HLA-B27 diduga berkaitan erat dengan timbulnya ankylosing spondylitis [3].
Menurut hasil penelitian, 9 dari 10 penderita ankylosing spondylitis memiliki gen dalam tubuhnya yang bernama HLA-B27 atau human leukocyte antigen B27.
Namun, orang-orang dengan kelainan gen tersebut bukanlah jaminan mereka pasti akan menderita ankylosing spondylitis.
Kemungkinan seseorang dengan gen HLA-B27 untuk mengalami ankylosing spondylitis pun sangat kecil sehingga diperlukan pemeriksaan genetik.
Selain dugaan kelainan gen HLA-B27, seperti halnya pada gangguan kesehatan secara umum, ada beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai seperti [2] :
Tinjauan Kelainan gen HLA-B27 menjadi salah satu dugaan penyebab ankylosing spondylitis, namun beberapa faktor seperti faktor keturunan, faktor jenis kelamin, hingga faktor usia turut menjadi peningkat risiko ankylosing spondylitis.
Ada beberapa gejala awal yang umumnya timbul saat seseorang mengalami ankylosing spondylitis [1,2,3,5,6] :
Keluhan-keluhan yang dirasakan umumnya hanya dianggap sebagai sakit punggung biasa sehingga tidak segera ditangani dengan tepat.
Sakit punggung biasa dengan ankylosing spondylitis itu berbeda, karena sakit pada punggung biasa umumnya hanya terasa sakit sebenar, namun rasa sakit akibat ankylosing spondylitis dapat bertahan lebih lama.
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejala lain yang dapat timbul dan perlu diwaspadai [2] :
Tinjauan Punggung bawah yang terasa sakit adalah gejala utama ankylosing spondylitis, namun hal ini juga dapat diikuti dengan rasa sakit di bagian tubuh lainnya. Nyeri pada dada, tumit, jari kaki, hingga masalah pencernaan dan kecemasan dapat menjadi gejala lain dari ankylosing spondylitis.
Ketika gejala ankylosing spondylitis mulai timbul dan cukup menjadi penghambat bagi aktivitas sehari-hari, segera periksakan ke dokter.
Berikut ini adalah beberapa metode diagnosa yang dokter terapkan bagi penderita ankylosing spondylitis.
Dokter akan lebih dulu mengecek kesehatan fisik maupun gejala fisik yang terjadi pada penderita, termasuk mengetahui di mana letak rasa nyeri yang dirasakan, sejak kapan nyeri itu timbul, apa saja gejala yang dialami selain nyeri pada punggung bawah, serta sudah berapa lama gejala ini dialami [2,3,4].
Dokter perlu tahu berapa lama gejala nyeri dirasakan oleh pasien untuk dapat membedakannya dari kondisi sakit punggung biasa.
Karena pada kondisi sakit punggung biasa, istirahat cukup dapat meredakan rasa nyeri dan memulihkan kembali kondisi tubuh.
Bila dokter mencurigai adanya kondisi ankylosing spondylitis setelah pemeriksaan fisik dan riwayat medis pasien, maka untuk memastikannya tes darah perlu ditempuh oleh pasien [2,3,4].
Tujuan penempuhan tes darah adalah untuk mengetahui adanya tanda-tanda peradangan di dalam tubh, khususnya pada tulang belakang dan sendi.
Bila dari hasil pemeriksaan darah dokter menyatakan bahwa pasien benar-benar mengalami peradangan, biasanya dokter akan merujukkan pasien ke dokter ahli reumatologi.
Dokter spesialis reumatologi lebih dapat membantu khususnya bila pasien mengalami gangguan pada tulang, otot, sendi serta jaringan lunak.
Setelah dirujuk ke dokter ahli reumatologi, umumnya dokter akan memeriksa panggul dan tulang belakang pasien melalui rangkaian tes seperti ultrasound, MRI dan CT scan [1,2,3,4].
Setelahnya, dokter kemungkinan masih akan meminta pasien untuk menempuh tes darah lebih lanjut.
Pemeriksaan genetik diperlukan apabila dokter ingin mendeteksi adanya kelainan gen HLA-B27 di dalam tubuh pasien [3,4].
Namun, tes genetik ini bukanlah metode diagnosa wajib dan sepenuhnya dapat diandalkan.
Ini karena tak semua penderita ankylosing spondylitis memiliki kelainan gen dan tak semua pemilik kelainan gen pasti menderita ankylosing spondylitis.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat medis, tes darah, dan tes pemindaian adalah yang paling diperlukan dalam mendiagnosa ankylosing spondylitis. Namun bila dirasa perlu dan terdapat kecurigaan bahwa ankylosing spondylitis disebabkan oleh kelainan gen, maka tes genetik perlu ditempuh.
Ankylosing spondylitis dapat ditangani dengan sejumlah metode, seperti terapi menggunakan obat-obatan maupun fisioterapi serta olahraga.
Namun bila kondisi sudah terlampau serius sehingga tak dapat ditangani dengan metode non-operasi, operasi menjadi opsi terakhir.
1. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat yang dapat menangani gejala ankylosing spondylitis, yaitu antara lain [1,2,3,4] :
2. Fisioterapi
Terapi fisik atau fisioterapi sangat diperlukan oleh rata-rata penderita ankylosing spondylitis di mana selama menjalani prosedur ini pasien akan dibantu oleh terapis terpercaya untuk memulihkan gerakan sendi dan tulang [1,2,3,4,5].
Program latihan fisik ini pun sangat berguna dalam meningkatkan kekuatan otot pasien, termasuk bagian leher dan punggung.
3. Operasi
Kebanyakan penderita ankylosing spondylitis tidak sampai harus menjalani prosedur operasi [2,3,4,5,7].
Namun langkah ini direkomendasikan oleh dokter apabila pasien memang memerlukan penggantian lutut atau pinggul.
Jika kondisi persendian sudah sangat parah dan tak lagi dapat ditangani dengan obat serta fisioterapi, prosedur operasi adalah yang terbaik.
Tinjauan Obat-obatan, fisioterapi hingga operasi adalah metode penanganan untuk para penderita ankylosing spondylitis. Namun, operasi ditempuh hanya ketika terjadi kerusakan sendi lutut atau pinggul untuk menggantinya.
Ankylosing spondylitis dapat memengaruhi fungsi organ tubuh lain, apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.
Beberapa risiko komplikasi inilah yang dapat mengganggu aktivitas harian [1,3].
Tinjauan Ankylosing spondylitis yang semula terjadi pada bagian punggung dapat berkomplikasi lebih serius. Sejumlah risiko komplikasi kesehatan seperti gangguan tulang, gangguan mata, kerusakan sendi, dan gangguan kardiovaskular dapat terjadi.
Karena penyebab pasti dari ankylosing spondylitis belum diketahui, maka tidak ada cara pencegahan khusus agar kondisi ini tidak terjadi sama sekali [4].
Hanya saja, menjaga pola hidup tetap sehat dengan rajin berolahraga mampu meminimalisir gangguan kesehatan sendi serta tulang [1].
Pola makan sehat, menghindari aktivitas merokok, serta beristirahat dengan cukup setiap hari adalah cara menjaga kesehatan sendi dan cara supaya risiko ankylosing spondylitis dapat berkurang.
Tinjauan Penyebab ankylosing spondylitis tidaklah diketahui, maka tidak terdapat cara untuk mencegahnya. Namun dengan pola hidup yang sehat, kesehatan sendi dan tulang baru akan dapat terjaga dengan baik.
1) Kyle J. Wenker & Jessilin M. Quint. 2019. National Center for Biotechnology Information. Ankylosing Spondylitis.
2) Anonim. Versus Arthritis. Ankylosing spondylitis (AS).
3) Anonim. 2019. National Health Service. Overview-Ankylosing spondylitis.
4) Cleveland Clinic medical professional. 2017. Cleveland Clinic. Ankylosing Spondylitis (AS).
5) Anonim. Spondylitis Association of America. Overview of Ankylosing Spondylitis.
5) Anonim. 2016. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Ankylosing Spondylitis.
7) Kamiah A. Walker. 2020. Spine Universe. Facts and Tips about Ankylosing Spondylitis.