Azotemia merupakan suatu kondisi medis yang umum terjadi pada orang tua dan orang-orang yang berada di rumah sakit. Sekitar 8% hingga 16% pasien rawat inap di rumah sakit disebabkan oleh Azotemia [2,7].
Azotemia dapat terjadi karena adanya gangguan pada sistem ginjal yang berperan dalam fungsi eksresi, sehingga zat-zat biokimia di dalam tubuh tidak seimbang.
Daftar isi
Azotemia merupakan suatu kelainan biokimia yang ditandai dengan peningkatan nitrogen urea darah dan kadar kreatinin serum [1,6].
Nilai rujukan nitrogen urea darah adalah 7-21 mg/dL. Sedangkan nilai rujukan kreatinin serum dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Pada perempuan dewasa, nilai normal kreatinin serum adalah 0,5-1,1 mg/dL, sedangkan pada pria dewasa, nilai normal kreatinin serum adalah 0,6-1,2 mg/dL [1,6].
Ginjal manusia tersusun atas sekitar 1 juta unit fungsional yang disebut nefron dan berperan dalam proses pembentukan urin. Pembentukan urin berfungsi agar tubuh mengeluarkan produk akhir hasil metabolisme dan kelebihan cairan untuk mempertahankan homeostatis tubuh.
Pembentukan urin oleh setiap nefron melibatkan 3 proses utama, yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
Jika sistem ginjal mengalami gangguan dalam salah satu proses pembentukan urin, hal tersebut akan merusak fungsi eksresi ginjal dan mengakibatkan azotemia [6].
Azotemia prarenal merupakan jenis azotemia yang paling umum terjadi dan umumnya dapat disembuhkan. Azotemia prarenal terjadi ketika hanya sedikit cairan yang mengalir melalui ginjal. Rendahnya aliran cairan tersebut menyebabkan konsentrasi serum kreatinin dan nitrogen urea darah meningkat [2,3,7].
Beberapa kondisi dan penyakit yang dapat menyebabkan aliran darah ke ginjal semakin lambat di antaranya adalah [2,4,5,7] :
Azotemia prerenal merupakan penyakit fungsional karena tidak ada kelainan struktural ginjal yang mendasari penyakit akut ini.
Azotemia intrinsik biasanya terjadi karena adanya kerusakan pada struktur ginjal. Penyebab yang paling umum adalah tubular nekrosis akut. Kerusakan pada sel tubulus ginjal paling sering disebabkan oleh iskemia atau nefrotoksin [4].
Jika azotemia prarenal dan aliran cairan ke ginjal semakin buruk tanpa pengobatan yang tepat, sel-sel tubulus ginjal akan mati. Kondisi tersebut yang dinamakan tubular nekrosis akut.
Azotemia pascarenal dapat terjadi ketika adanya sumbatan pada ureter. Beberapa kondisi dan penyakit yang dapat menyebabkan sumbatan pada ureter, yaitu [1,2] :
Azotemia pascarenal dapat terjadi bersamaan dengan azotemia prerenal [3].
Pada fase awal, banyak orang yang tidak merasakan tanda atau gejala azotemia. Gejala azotemia biasanya muncul pada fase yang sudah cukup parah, yaitu ketika gagal ginjal mulai terjadi.
Gejala dan tanda azotemia di antaranya adalah [2,3] :
Segeralah memeriksakan diri ke dokter jika sudah mulai merasakan gejala dan tanda yang telah disebutkan agar segera mendapat penanganan yang tepat.
Penyebab utama Azotemia adalah hilangnya fungsi ginjal. Namun, perbedaan jenis Azotemia memiliki penyebab yang berbeda.
Pengobatan kanker juga menjadi salah satu penyebab azotemia. Obat-obat untuk kemoterapi memiliki efek yang sangat kuat dan dapat merusak ginjal [3].
Tingginya kadar nitrogen dalam darah dapat memicu terjadinya uremia, yaitu meningkatnya kadar urea dalam darah. Uremia dapat menyebabkan [2] :
Azotemia yang tidak mendapat penanganan dengan baik dapat menyebabkan gagal ginjal akut atau kematian jaringan (tubular nekrosis akut). Gagal ginjal akut dapat menyebabkan [2] :
Pada masa kehamilan, prerenal azotemia dapat menyebabkan cedera ginjal akut dan membahayakan kesehatan ibu dan bayi [3].
Diagnosis azotemia dapat dilakukan dengan melakukan proses wawancara oleh dokter kepada pasien terkait keluhan pasien, pemeriksaan fisik, dan melakukan pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang azotemia berbeda pada setiap jenis azotemia, yaitu sebagai berikut :
Azotemia prerenal ditandai dengan ditemukannya sepsis/syok, luka bakar, perdarahan, tanda-tanda dehidrasi, tekanan darah rendah, dan detak jantung yang cepat.
Azotemia intrinsik ditandai dengan ditemukannya riwayat pengobatan nefrotoksik, penyakit hipertensi atau diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik, ruam, pembengkakan atau nyeri sendi, dan ginjal yang teraba saat palpasi.
Azotemia pascarenal ditandai dengan ditemukannya kandung kemih yang teraba saat palpasi, nyeri punggung, nyeri kolik, anuria, dan prostat yang teraba lebih lunak [1,6].
Pada azotemia prerenal ditemukan adanya peningkatan kadar hematokrit, protein/albumin, kalsium, bikarbonat, dan asam urat. Pada pemeriksaan urin ditemukan [1,6]:
Pada azotemia intrinsik ditemukan hasil sebagai berikut :
Pada azotemia pascarenal ditemukan hasil sebagai berikut :
Tujuan dari pengobatan azotemia adalah untuk mengobati penyebab yang mendasarinya. Oleh karena itu, pengobatan azotemia berbeda-beda, tergantung pada jenis, penyebab, dan tingkat keparahan azotemia.
Namun, berikut adalah pengobatan yang umumnya diberikan kepada pasien dengan azotemia [6]:
Obat-obatan yang diberikan kepada pasien dengan azotemia di antaranya adalah obat diuretik, kortikosteroid, agen adrenergik, dan obat-obat lainnya yang digunakan untuk mengobati kondisi sistemik.
Obat diuretik, seperti furosemide, hidroklorotiazid, klorotiazid, dan metolazone, digunakan untuk mengeluarkan cairan yang berlebih di dalam tubuh, serta dapat mengobati edema dan hipertensi.
Obat kortikosteroid, seperti prednison, prednisolon, dan metilprednisolon, berfungsi untuk meredakan peradangan.
Agen adrenergik, seperti dopamin, berfungsi untuk pelebaran pembuluh darah ginjal sehingga dapat meningkatkan aliran cairan ke ginjal.
Pemberian infus dilakukan secara intravena (IV) untuk meningkatan cairan dan volume darah di dalam tubuh [1,2].
Dialisis dilakukan ketika azotemia sudah parah dan tidak dapat diobati dengan pengobatan konvensional. Dialisis dilakukan untuk membuang racun dalam darah [2,3,5].
Pada azotemia pascarenal dengan anuria dapat dilakukan pemasangan kateter untuk mengatasi sumbatan pada kandung kemih [1,6].
Konsumsi makanan tinggi kalori dapat membantu proses pemecahan protein ketika terjadi hiperkalemia. Asupan protein harus seimbang untuk meminimalkan produksi limbah nitrogen yang berlebih [4].
Pencegahan azotemia dapat dilakukan dengan cara [1,4]:
1. Alka Tyagi & Narothama R. Aeddula. Azotemia. StatPearls Publishing; 2021.
2. Anonim. What Is Azotemia?. WebMD; 2021.
3. Diana Wells & Daniel Murell, M.D. Azotemia. Healthline; 2018.
4. Eddie Needham, M. D. Management of Acute Renal Failure. Volume 72, Number 9. American Family Physician; 2005.
5. J. Larry Jameson, MD, PhD, Anthony S. Fauci, MD, Dennis L. Kasper, MD, Stephen L. Hauser, MD, Dan L. Longo, MD, & Joseph Loscalzo, MD, PhD. Harrison's Principles of Internal Medicine. 20th Edition. McGraw Hill Education; 2018.
6. Moro O Salifu, MD, MPH, FACP & Onyekachi Ifudu, MD, MBBS. Azotemia: Background, Pathophysiology, Etiology. Medscape; 2021.
7. Walead Latif, MD, VeriMed Healthcare Network, David Zieve, MD, MHA, Brenda Conaway, & A.D.A.M. Prerenal Azotemia. MedlinePlus; 2020.