Daftar isi
Buang air besar (BAB) berdarah merupakan suatu kondisi ketika feses atau kotoran keluar disertai darah saat buang air besar [2,6,7,8,9,10].
Hal ini rata-rata menjadi tanda bahwa di dalam saluran pencernaan terdapat masalah seperti perdarahan.
Jika sesekali, hal ini biasanya tidak buruk, namun bila kondisi terjadi berulang, dikhawatirkan penderita mengalami kondisi medis yang berpotensi serius serta fatal.
Tinjauan BAB berdarah adalah kondisi ketika darah ikut keluar bersama feses saat buang air besar yang bahkan dapat pula terus berlanjut usai BAB selesai. Biasanya, hal ini menandakan adanya gangguan di sistem pencernaan.
Penyebab feses disertai keluarnya darah pada saat buang air besar sangat beragam, mulai dari penyebab yang ringan hingga benar-benar serius.
Pada kasus yang lebih ringan, beberapa faktor yang menyebabkan BAB berdarah antara lain adalah [1,2,5,6,7,8,9,10] :
Ada pula beberapa kondisi yang lebih serius dan mampu menjadi penyebab BAB berdarah, yaitu antara lain :
Tinjauan Berbagai faktor dapat menjadi penyebab BAB berdarah, mulai dari faktor yang ringan (polip, sembelit, wasir, serta luka/robekan kecil di dinding anus) hingga faktor yang lebih berat dan serius (kanker kolorektal, kanker anus, kelainan pembekuan darah, alergi makanan, penyakit Crohn, kolitis ulseratif, dan infeksi usus).
Gejala utama BAB berdarah adalah keluarnya darah bersama dengan feses saat buang air besar.
Warna darah dapat berbeda-beda pada tiap penderita. Selain itu, beberapa gejala umum yang turut menyertai dan perlu diwaspadai antara lain [8,9] :
Penting untuk memerhatikan warna darah yang keluar bersama feses, begitu juga warna feses itu sendiri.
Warna darah dan feses mampu menjadi indikator apa yang tengah terjadi pada tubuh penderita.
Berikut ini adalah tanda-tanda paling penting yang dapat diperhatikan dari darah maupun feses [1,9].
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Walau BAB berdarah biasanya tidaklah berbahaya, khususnya jika disebabkan oleh sembelit dan wasir, hanya saja ada kalanya kondisi ini adalah tanda adanya gangguan kesehatan serius di dalam tubuh penderita.
Segera ke dokter apabila beberapa keluhan gejala di bawah ini mulai dialami :
Ketika darah masih terus keluar atau menetes menyebabkan flek bahkan usai buang air besar, hal ini perlu diperiksakan segera.
Perdarahan seringan apapun sebaiknya tidak disepelekan, sebab selalu ada potensi perdarahan menjadi lebih hebat dan kondisi tubuh penderita menjadi lebih buruk tanpa penanganan yang cepat.
Tinjauan BAB berdarah umumnya adalah gejala dari suatu penyakit, namun ketika mengalami BAB berdarah, beberapa keluhan seperti nyeri perut dan dubur, kram perut, pusing, linglung hingga kehilangan kesadaran dapat terjadi. Darah yang keluar terlalu banyak ditambah rasa nyeri hebat tak tertahankan perlu segera diperiksakan.
Umumnya, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien seputar gejala yang dialami.
Sudah berapa lama gejala timbul, apa saja yang dirasakan, serta apa warna darah dan feses yang keluar saat buang air besar.
Selain itu, beberapa metode pemeriksaan di bawah ini diterapkan dokter untuk mendeteksi penyebab BAB berdarah [2,8,9].
Dokter perlu melihat langsung kondisi feses pasien untuk mengetahui karakteristik atau gejala yang diderita.
Colok dubur perlu dilakukan juga selain pemeriksaan suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernafasan pasien.
Pada metode rontgen kali ini, dokter akan lebih dulu memberikan cairan kontras (cairan pewarna yang terbuat dari barium) untuk pasien minum.
Baru setelah itu, dokter akan melakukan rontgen di mana cairan barium akan memperjelas kondisi saluran pencernaan pasien.
Endoskop (selang elastis dengan kamera di ujung) akan dimasukkan oleh dokter ke dalam tubuh pasien untuk mengambil gambar kondisi saluran pencernaan pasien.
Pengambilan sampel jaringan juga dokter lakukan yang juga dapat melalui endoskopi.
Sampel jaringan kemudian dibawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut.
Pemeriksaan radionuklir juga menjadi metode yang banyak digunakan para dokter dalam memeriksa kondisi pasien, khususnya kondisi aliran darah.
Cairan radioaktif terlebih dulu akan disuntikkan ke dalam pembuluh darah, lalu kamera khusus akan digunakan dokter dalam melihat peredaran darah tersebut.
Metode pemeriksaan ini juga kerap digunakan dokter, yakni dengan lebih dulu menyuntikkan cairan kontras ke pembuluh darah pasien.
Baru kemudian rontgen dilakukan oleh dokter di mana kondisi pembuluh darah pasien akan nampak lebih jelas.
Pemeriksaan ini sangat membantu dokter bila terdapat kecurigaan adanya perdarahan di dalam tubuh pasien.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, colok dubur, tes feses, endoskopi, rontgen, biopsi, angiografi, dan tes radionuklir adalah metode diagnosa yang dokter lakukan bagi pasien dengan gejala BAB berdarah untuk mengetahui penyebabnya.
Penanganan BAB berdarah akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasari serta seberapa banyak keluarnya darah saat buang air besar.
Pada kasus BAB berdarah karena sembelit atau wasir, umumnya dapat sembuh hanya dalam beberapa hari dan tidak berbahaya.
Namun, kembali lagi tergantung pada penyebab BAB berdarah, berikut adalah beberapa tindakan penanganan yang paling umum [7,8,9,10] :
1. Cairan Infus
Pada penderita BAB berdarah yang sudah pada tingkat keparahan sedang hingga berat, cairan infus perlu diberikan.
Ini karena rata-rata penderita yang sudah cukup parah akan mengalami hematochezia sehingga timbul rasa pusing, mengalami tekanan darah rendah, bahkan terjadi syok.
Pada penderita BAB berdarah yang sudah sangat serius hingga mengalami tekanan darah rendah, anemia, hingga syok, penting untuk segera dilakukan penambahan darah.
Transfusi darah adalah salah satu penanganan umum terbaik untuk mengatasi gejala-gejala tersebut.
3. Endoskopi
Endoskopi biasanya digunakan dalam metode pemeriksaan untuk mendeteksi dan mengonfirmasi penyebab dari suatu gejala penyakit.
Namun sebenarnya, endoskopi selain bisa menentukan lokasi perdarahan dan penyebabnya, dokter kerap memanfaatkannya sebagai bentuk penanganan dari perdarahan tersebut.
Beberapa metode endoskopi yang dokter dapat terapkan untuk menghentikan perdarahan pada pasien antara lain :
4. Operasi
Pada beberapa kasus BAB berdarah, dokter harus memberi pilihan tindakan operasi supaya perdarahan dapat berhenti.
Embolisasi salah satunya, yakni sebuah metode pembedahan di mana material khusus akan dokter masukkan ke dalam pembuluh darah pasien.
Kateter biasanya diperlukan sebagai media memasukkan material tersebut supaya perdarahan dapat dihentikan.
Selain itu, kolostomi atau operasi pembuatan lubang pada perut supaya kotoran dapat dikeluarkan dapat menjadi salah satu tindakan yang mungkin pasien harus tempuh.
Kolostomi umumnya digunakan sebagai pengobatan kanker kolon/usus besar.
5. Radioterapi
Pada kasus, kanker lambung yang kemudian menyebabkan perdarahan sehingga BAB berdarah terjadi, maka tak hanya operasi yang dibutuhkan.
Radioterapi atau terapi radiasi adalah pengobatan yang tepat sekaligus menghentikan perdarahan tersebut.
6. Pemberian Obat
Setelah operasi, pemberian obat-obatan kemungkinan besar dilakukan oleh dokteruntuk mencegah perdarahan tak lagi terjadi pada pasien.
Beberapa jenis obat yang dokter kemungkinan resepkan antara lain adalah :
7. Diet
Untuk memulihkan kondisi tubuh pasien, dokter juga akan menyarankan diet yang sehat.
Pasien perlu lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah serta makanan berserat tinggi lainnya.
Pemberian suplemen berserat juga akan dokter lakukan apabila diperlukan supaya feses lebih lunak dan saluran pencernaan juga menjadi lebih lancar.
Tinjauan Pengobatan BAB berdarah disesuaikan dengan penyebab dan seberapa parah perdarahan yang terjadi. Umumnya, pemberian cairan infus, penerapan transfusi darah, endoskopi, operasi, pemberian obat, hingga diet tinggi serat adalah penanganan bagi penderita BAB berdarah.
BAB berdarah dengan kondisi perdarahan yang cukup banyak namun tidak segera ditangani dapat menyebabkan penderita kehilangan banyak darah.
Tak hanya anemia atau tekanan darah rendah, syok dan kehilangan nyawa dapat menjadi akibat paling berbahaya [2,7,8].
Upaya pencegahan BAB agar tidak berdarah dapat dilakukan dengan memerhatikan beberapa hal berikut [7,8,10] :
Tinjauan Gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan serta asupan bergizi, berolahraga teratur, menghindari rokok, serta menghindari menahan buang air besar adalah cara-cara pencegahan terbaik agar BAB berdarah tak terjadi.
1) Brian G Ellis, BSc, MBA, PhD, MRCGP, FRCP, GP & Michael R Thompson, MD, FRCS. 2005. British Journal of General Practice. Factors identifying higher risk rectal bleeding in general practice.
2) Shilpa K. Amin & Catiele Antunes. 2019. National Center for Biotechnology Information. Lower Gastrointestinal Bleeding.
3) dr. Marcellus Simadibrata K, PhD, SpPD-KGEHdr. H. Dadang Makmun, SpPD-KGEHdr. H. Murdani Abdullah, SpPD-KGEHdr. H. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD-KGEH & dr. Achmad Fauzi, SpPD-KGEH (PGI / Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia). 2010. Scribd. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi di Indonesia.
4) Anonim. 2018. Yayasan Kanker Indonesia. Kenali Kanker Kolorektal Lebih Dekat.
5) Elizabeth Allen, MD, Christina Nicolaidis, MD, MPH, & Mark Helfand, MD, MPH. 2005. Journal of General Internal Medicine. The Evaluation of Rectal Bleeding in Adults - A Cost-effectiveness Analysis Comparing Four Diagnostic Strategies.
6) J V Metcalf, J Smith, R Jones, & C O Record. 1996. British Journal of General Practice. Incidence and causes of rectal bleeding in general practice as detected by colonoscopy.
7) Ciaran J Walsh, Simon Delaney, GP & Andrew Rowlands. 2018. British Journal of General Practice. Rectal bleeding in general practice: new guidance on commissioning.
8) Anonim. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Gastrointestinal (GI) Bleeding.
9) Anonim. 2018. University of Iowa Hospitals & Clinics. Stools with blood.
10) Anonim. American Society for Gastrointestinal Endoscopy. Understanding Minor Rectal Bleeding.