Penyakit & Kelainan

BAB Berdarah : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu BAB Berdarah?

Buang air besar (BAB) berdarah merupakan suatu kondisi ketika feses atau kotoran keluar disertai darah saat buang air besar [2,6,7,8,9,10].

Hal ini rata-rata menjadi tanda bahwa di dalam saluran pencernaan terdapat masalah seperti perdarahan.

Jika sesekali, hal ini biasanya tidak buruk, namun bila kondisi terjadi berulang, dikhawatirkan penderita mengalami kondisi medis yang berpotensi serius serta fatal.

Tinjauan
BAB berdarah adalah kondisi ketika darah ikut keluar bersama feses saat buang air besar yang bahkan dapat pula terus berlanjut usai BAB selesai. Biasanya, hal ini menandakan adanya gangguan di sistem pencernaan.

Fakta Tentang BAB Berdarah

  1. Terdapat 15 per 1.000 kasus BAB berdarah karena kanker kolorektal diketahui lebih banyak diderita oleh orang-orang berusia 34 tahun setiap tahunnya [1].
  2. Prevalensi kanker kolorektal terkait dengan perubahan kebiasaan buang air besar justru meningkat hingga mencapai angka 9,2% dan prevalensi penyakit ini tanpa gejala perianal adalah mencapai 11,1% [1].
  3. Meski demikian, BAB berdarah tidak selalu disebabkan oleh kanker kolorektal sebab terdapat lebih dari 96% pasien yang memeriksakan diri ke dokter namun tidak didiagnosa dengan kanker [1].
  4. BAB berdarah adalah gangguan kesehatan yang sangat umum dan hanya sekitar 30-50% saja penderitanya yang berkonsultasi ke dokter [1].
  5. Risiko BAB berdarah yang disebabkan oleh perdarahan saluran pencernaan bagian bawah lebih tinggi pada lansia dengan kurang lebih persentase kasus 20-30% [2].
  6. Prevalensi BAB berdarah di Indonesia sendiri belum jelas diketahui, namun menurut hasil penelitian tahun 1998-2005 di Jakarta, penderita konstipasi atau sembelit terdapat 9% dari 2.397 pemeriksaan kolonoskopi yang artinya memiliki risiko BAB berdarah [3].
  7. Prevalensi BAB berdarah di Indonesia karena kanker kolorektal belum diketahui jelas, namun menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 dan laporan data GLOBOCAN 2012, di Indonesia kasus kanker kolorektal mencapai 12,8 per 100.000 penduduk dewasa [4].

Penyebab BAB Berdarah

Penyebab feses disertai keluarnya darah pada saat buang air besar sangat beragam, mulai dari penyebab yang ringan hingga benar-benar serius.

Pada kasus yang lebih ringan, beberapa faktor yang menyebabkan BAB berdarah antara lain adalah [1,2,5,6,7,8,9,10] :

  • Polip, yaitu kondisi tumbuhnya jaringan kecil pada lapisan rektum atau usus besar yang memicu perdarahan setiap usai buang air besar.
  • Wasir atau ambeien, yaitu pembuluh vena yang terdapat di dubur atau anus mengalami iritasi sehingga saat buang air besar, darah akan menyertai feses yang keluar.
  • Konstipasi atau sembelit, yaitu kondisi susah buang air besar selama berhari-hari dan feses cenderung keras dan kering sehingga terkadang keluarnya feses dapat disertai darah.
  • Robekan kecil pada dinding anus mampu menyebabkan feses keluar bersama darah di kala buang air besar.

Ada pula beberapa kondisi yang lebih serius dan mampu menjadi penyebab BAB berdarah, yaitu antara lain :

  • Infeksi usus; bakteri seperti Salmonella dapat menjadi penyebab infeksi pada usus atau sistem pencernaan yang kemudian berdampak pada keluarnya darah bersama feses saat BAB.
  • Penyakit Crohn, yaitu peradangan pada usus bersifat kronis yang terjadi utamanya pada dinding sistem pencernaan.
  • Kolitis ulseratif, yaitu radang usus besar yang kerap ditandai dengan keluhan diare atau BAB bernanah juga.
  • Kanker anus
  • Kanker kolorektal atau kanker usus besar; kanker yang menyerang kolon atau rektum.
  • Reaksi alergi terhadap makanan tertentu (namun faktor penyebab satu ini sangat jarang).
  • Gangguan atau kelainan pembekuan darah (namun faktor penyebab ini sangat jarang).
Tinjauan
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab BAB berdarah, mulai dari faktor yang ringan (polip, sembelit, wasir, serta luka/robekan kecil di dinding anus) hingga faktor yang lebih berat dan serius (kanker kolorektal, kanker anus, kelainan pembekuan darah, alergi makanan, penyakit Crohn, kolitis ulseratif, dan infeksi usus).

Gejala BAB Berdarah

Gejala utama BAB berdarah adalah keluarnya darah bersama dengan feses saat buang air besar.

Warna darah dapat berbeda-beda pada tiap penderita. Selain itu, beberapa gejala umum yang turut menyertai dan perlu diwaspadai antara lain [8,9] :

  • Perut terasa nyeri
  • Perut terasa kram
  • Nyeri di bagian dubur
  • Pusing
  • Mengalami linglung
  • Mengalami kehilangan kesadaran

Penting untuk memerhatikan warna darah yang keluar bersama feses, begitu juga warna feses itu sendiri.

Warna darah dan feses mampu menjadi indikator apa yang tengah terjadi pada tubuh penderita.

Berikut ini adalah tanda-tanda paling penting yang dapat diperhatikan dari darah maupun feses [1,9].

  • Darah berwarna merah gelap dan cenderung seperti warna minuman anggur, yaitu tanda bahwa perdarahan sedang terjadi pada bagian awal usus besar atau perdarahan terjadi di usus kecil.
  • Darah berwarna merah terang, yaitu menandakan bahwa saluran pencernaan bagian bawah tengah mengalami perdarahan (bagian dubur atau usus besar).
  • Feses berwarna hitam dan kering, yaitu menjadi tanda bahwa bagian atas usus kecil atau bagian dalam perut tengah mengalami perdarahan.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Walau BAB berdarah biasanya tidaklah berbahaya, khususnya jika disebabkan oleh sembelit dan wasir, hanya saja ada kalanya kondisi ini adalah tanda adanya gangguan kesehatan serius di dalam tubuh penderita.

Segera ke dokter apabila beberapa keluhan gejala di bawah ini mulai dialami :

  • Mual hebat dan terus berulang sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
  • Nyeri hebat pada bagian dubur.
  • Kulit lembab dan dingin.
  • Mengalami kelinglungan atau kebingungan.
  • Perut kram dan mengalami nyeri hebat.
  • Perdarahan terus terjadi dari dubur.
  • Nafas berubah menjadi lebih cepat.
  • Kehilangan kesadaran atau pingsan.

Ketika darah masih terus keluar atau menetes menyebabkan flek bahkan usai buang air besar, hal ini perlu diperiksakan segera.

Perdarahan seringan apapun sebaiknya tidak disepelekan, sebab selalu ada potensi perdarahan menjadi lebih hebat dan kondisi tubuh penderita menjadi lebih buruk tanpa penanganan yang cepat.

Tinjauan
BAB berdarah umumnya adalah gejala dari suatu penyakit, namun ketika mengalami BAB berdarah, beberapa keluhan seperti nyeri perut dan dubur, kram perut, pusing, linglung hingga kehilangan kesadaran dapat terjadi. Darah yang keluar terlalu banyak ditambah rasa nyeri hebat tak tertahankan perlu segera diperiksakan.

Pemeriksaan BAB Berdarah

Umumnya, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien seputar gejala yang dialami.

Sudah berapa lama gejala timbul, apa saja yang dirasakan, serta apa warna darah dan feses yang keluar saat buang air besar.

Selain itu, beberapa metode pemeriksaan di bawah ini diterapkan dokter untuk mendeteksi penyebab BAB berdarah [2,8,9].

  • Tes Feses dan Colok Dubur

Dokter perlu melihat langsung kondisi feses pasien untuk mengetahui karakteristik atau gejala yang diderita.

Colok dubur perlu dilakukan juga selain pemeriksaan suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernafasan pasien.

Pada metode rontgen kali ini, dokter akan lebih dulu memberikan cairan kontras (cairan pewarna yang terbuat dari barium) untuk pasien minum.

Baru setelah itu, dokter akan melakukan rontgen di mana cairan barium akan memperjelas kondisi saluran pencernaan pasien.

  • Endoskopi

Endoskop (selang elastis dengan kamera di ujung) akan dimasukkan oleh dokter ke dalam tubuh pasien untuk mengambil gambar kondisi saluran pencernaan pasien.

Pengambilan sampel jaringan juga dokter lakukan yang juga dapat melalui endoskopi.

Sampel jaringan kemudian dibawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut.

  • Tes Radionuklir

Pemeriksaan radionuklir juga menjadi metode yang banyak digunakan para dokter dalam memeriksa kondisi pasien, khususnya kondisi aliran darah.

Cairan radioaktif terlebih dulu akan disuntikkan ke dalam pembuluh darah, lalu kamera khusus akan digunakan dokter dalam melihat peredaran darah tersebut.

Metode pemeriksaan ini juga kerap digunakan dokter, yakni dengan lebih dulu menyuntikkan cairan kontras ke pembuluh darah pasien.

Baru kemudian rontgen dilakukan oleh dokter di mana kondisi pembuluh darah pasien akan nampak lebih jelas.

Pemeriksaan ini sangat membantu dokter bila terdapat kecurigaan adanya perdarahan di dalam tubuh pasien.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, colok dubur, tes feses, endoskopi, rontgen, biopsi, angiografi, dan tes radionuklir adalah metode diagnosa yang dokter lakukan bagi pasien dengan gejala BAB berdarah untuk mengetahui penyebabnya.

Pengobatan BAB Berdarah

Penanganan BAB berdarah akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasari serta seberapa banyak keluarnya darah saat buang air besar.

Pada kasus BAB berdarah karena sembelit atau wasir, umumnya dapat sembuh hanya dalam beberapa hari dan tidak berbahaya.

Namun, kembali lagi tergantung pada penyebab BAB berdarah, berikut adalah beberapa tindakan penanganan yang paling umum [7,8,9,10] :

1. Cairan Infus

Pada penderita BAB berdarah yang sudah pada tingkat keparahan sedang hingga berat, cairan infus perlu diberikan.

Ini karena rata-rata penderita yang sudah cukup parah akan mengalami hematochezia sehingga timbul rasa pusing, mengalami tekanan darah rendah, bahkan terjadi syok.

2. Transfusi Darah

Pada penderita BAB berdarah yang sudah sangat serius hingga mengalami tekanan darah rendah, anemia, hingga syok, penting untuk segera dilakukan penambahan darah.

Transfusi darah adalah salah satu penanganan umum terbaik untuk mengatasi gejala-gejala tersebut.

3. Endoskopi

Endoskopi biasanya digunakan dalam metode pemeriksaan untuk mendeteksi dan mengonfirmasi penyebab dari suatu gejala penyakit.

Namun sebenarnya, endoskopi selain bisa menentukan lokasi perdarahan dan penyebabnya, dokter kerap memanfaatkannya sebagai bentuk penanganan dari perdarahan tersebut.

Beberapa metode endoskopi yang dokter dapat terapkan untuk menghentikan perdarahan pada pasien antara lain :

  • Band Ligation, yaitu sebuah tindakan medis yang dilakukan dokter dengan berfokus pada pembengkakan varises esofagus atau wasir lalu mengikatnya supaya perdarahan berhenti karena aliran darah telah dihambat.
  • Electrocauterization, yaitu sebuah tindakan medis di mana dokter memanfaatkan arus listrik. Perdarahan dapat terjadi dari jaringan atau pembuluh darah tertentu di dalam tubuh pasien, maka arus listrik tersebut akan membakarnya supaya perdarahan bisa dihentikan.
  • Endoscopic Intravariceal Cyanoacrylate Injection, yaitu prosedur medis dengan zat cyanoacrylate disuntikkan lebih dulu oleh dokter tepat di lokasi perdarahan. Zat ini yang akan membantu membuat perdarahan berhenti karena merupakan perekat sintetis yang aman.

4. Operasi

Pada beberapa kasus BAB berdarah, dokter harus memberi pilihan tindakan operasi supaya perdarahan dapat berhenti.

Embolisasi salah satunya, yakni sebuah metode pembedahan di mana material khusus akan dokter masukkan ke dalam pembuluh darah pasien.

Kateter biasanya diperlukan sebagai media memasukkan material tersebut supaya perdarahan dapat dihentikan.

Selain itu, kolostomi atau operasi pembuatan lubang pada perut supaya kotoran dapat dikeluarkan dapat menjadi salah satu tindakan yang mungkin pasien harus tempuh.

Kolostomi umumnya digunakan sebagai pengobatan kanker kolon/usus besar.

5. Radioterapi

Pada kasus, kanker lambung yang kemudian menyebabkan perdarahan sehingga BAB berdarah terjadi, maka tak hanya operasi yang dibutuhkan.

Radioterapi atau terapi radiasi adalah pengobatan yang tepat sekaligus menghentikan perdarahan tersebut.

6. Pemberian Obat

Setelah operasi, pemberian obat-obatan kemungkinan besar dilakukan oleh dokteruntuk mencegah perdarahan tak lagi terjadi pada pasien.

Beberapa jenis obat yang dokter kemungkinan resepkan antara lain adalah :

  • Beta blockers
  • Obat imunosupresif
  • Obat untuk asam lambung (berfungsi sebagai penurun kadar asam lambung tinggi)
  • Antibiotik
  • Obat penghambat TNF / tumor necrosis factor
  • Obat kemoterapi

7. Diet

Untuk memulihkan kondisi tubuh pasien, dokter juga akan menyarankan diet yang sehat.

Pasien perlu lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah serta makanan berserat tinggi lainnya.

Pemberian suplemen berserat juga akan dokter lakukan apabila diperlukan supaya feses lebih lunak dan saluran pencernaan juga menjadi lebih lancar.

Tinjauan
Pengobatan BAB berdarah disesuaikan dengan penyebab dan seberapa parah perdarahan yang terjadi. Umumnya, pemberian cairan infus, penerapan transfusi darah, endoskopi, operasi, pemberian obat, hingga diet tinggi serat adalah penanganan bagi penderita BAB berdarah.

Komplikasi BAB Berdarah

BAB berdarah dengan kondisi perdarahan yang cukup banyak namun tidak segera ditangani dapat menyebabkan penderita kehilangan banyak darah.

Tak hanya anemia atau tekanan darah rendah, syok dan kehilangan nyawa dapat menjadi akibat paling berbahaya [2,7,8].

Pencegahan BAB Berdarah

Upaya pencegahan BAB agar tidak berdarah dapat dilakukan dengan memerhatikan beberapa hal berikut [7,8,10] :

  • Olahraga rutin.
  • Tidak merokok atau terpapar asap rokok berlebihan.
  • Menghindari aktivitas duduk yang terlalu lama, apalagi di permukaan yang keras.
  • Mengonsumsi banyak air putih.
  • Tidak mengejan keras-keras sewaktu buang air besar.
  • Merawat bagian dubur dengan membersihkannya menggunakan sabun lembut (berbahan ringan) dan dibilas air hangat.
  • Menghindari kelembaban di area dubur dan menjaga tetap kering.
  • Memeriksa kondisi kadar kolesterol dan tekanan darah.
  • Menghindari menahan buang air besar.
  • Mencegah obesitas.
  • Mengonsumsi serat cukup setiap hari dan mengasup nutrisi seimbang.
Tinjauan
Gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan serta asupan bergizi, berolahraga teratur, menghindari rokok, serta menghindari menahan buang air besar adalah cara-cara pencegahan terbaik agar BAB berdarah tak terjadi.

1) Brian G Ellis, BSc, MBA, PhD, MRCGP, FRCP, GP & Michael R Thompson, MD, FRCS. 2005. British Journal of General Practice. Factors identifying higher risk rectal bleeding in general practice.
2) Shilpa K. Amin & Catiele Antunes. 2019. National Center for Biotechnology Information. Lower Gastrointestinal Bleeding.
3) dr. Marcellus Simadibrata K, PhD, SpPD-KGEHdr. H. Dadang Makmun, SpPD-KGEHdr. H. Murdani Abdullah, SpPD-KGEHdr. H. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD-KGEH & dr. Achmad Fauzi, SpPD-KGEH (PGI / Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia). 2010. Scribd. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi di Indonesia.
4) Anonim. 2018. Yayasan Kanker Indonesia. Kenali Kanker Kolorektal Lebih Dekat.
5) Elizabeth Allen, MD, Christina Nicolaidis, MD, MPH, & Mark Helfand, MD, MPH. 2005. Journal of General Internal Medicine. The Evaluation of Rectal Bleeding in Adults - A Cost-effectiveness Analysis Comparing Four Diagnostic Strategies.
6) J V Metcalf, J Smith, R Jones, & C O Record. 1996. British Journal of General Practice. Incidence and causes of rectal bleeding in general practice as detected by colonoscopy.
7) Ciaran J Walsh, Simon Delaney, GP & Andrew Rowlands. 2018. British Journal of General Practice. Rectal bleeding in general practice: new guidance on commissioning.
8) Anonim. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Gastrointestinal (GI) Bleeding.
9) Anonim. 2018. University of Iowa Hospitals & Clinics. Stools with blood.
10) Anonim. American Society for Gastrointestinal Endoscopy. Understanding Minor Rectal Bleeding.

Share