Penyakit & Kelainan

Batuk Kronis: Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Batuk Kronis?

Batuk kronis adalah kondisi batuk yang terjadi terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang, yaitu umumnya bisa sampai lebih dari 8 minggu [1,3,4,5,6,7,9,10].

Batuk memang kerap kali dianggap sebagai penyakit ringan dan bahkan bukan menjadi tanda gangguan kesehatan serius.

Namun pada kasus batuk kronis, hal ini akan terjadi terus-menerus sehingga mengganggu kegiatan harian penderitanya.

Tak hanya membuat tak nyaman karena harus batuk berkali-kali saat harus bicara atau melakukan aktivitas apapun, gangguan tidur, tubuh berkeringat, suara serak, otot pegal, hingga sakit kepala dapat terjadi.

Tinjauan
Batuk kronis adalah batuk yang dapat terjadi selama berminggu-minggu di mana gejala terus-menerus dialami penderita selama 8 minggu atau lebih hingga mengalami sulit tidur, sakit kepala, dan terhambatnya kegiatan harian.

Perbedaan Antara Batuk Kronis dan Batuk Rejan

Batuk rejan atau yang dikenal dengan istilah pertusis merupakan kondisi ketika paru-paru dan sistem saluran nafas terserang infeksi bakteri Bordetella pertussis [8].

Gejala yang ditimbulkan oleh jenis batuk ini bertahap yang diawali dari kondisi batuk ringan, demam ringan, dan hidung berair pada minggu pertama hingga kedua.

Namun, gejala dapat berlanjut menjadi lebih serius setelah lewat minggu kedua dengan batuk yang lebih serius disertai bunyi “whoop” dengan nada tinggi.

Pada gejala lanjutan ini, batuk akan disertai pula dengan tubuh kelelahan setiap sehabis batuk serta muntah-muntah baik selama maupun sesudah batuk.

Sementara itu, batuk kronis dapat menjadi salah satu gejala dari batuk rejan.

Batuk kronis dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, termasuk penyakit infeksi saluran pernafasan dan batuk rejan tergolong penyakit infeksi pernafasan oleh bakteri [1,3,4,5,6,9,10].

Fakta Tentang Batuk Kronis

Persentase kasus batuk kronis pada perokok yang masih aktif lebih besar dengan jumlah 8% [2].

Sementara itu, kasus batuk kronis yang dialami mantan perokok adalah 4% dan pada non-perokok adalah 3%.

Prevelansi batuk kronis jauh lebih tinggi di Oceania dengan kasus mencapai 18,1%, sementara di Amerika 11% dan Eropa 12,7% [10].

Justru prevalensi batuk kronis di Afrika dan Asia cenderung rendah dengan angka 2,3% dan 4,4%.

Jenis Batuk Kronis Menurut Penyebabnya

Kondisi batuk kronis terdiri dari beberapa jenis berdasarkan kelompok usia penderita, seperti jenis batuk kronis pada anak dan jenis batuk kronis pada orang dewasa.

Jenis Batuk Kronis pada Anak-anak

Berikut ini adalah beberapa jenis batuk pada anak berdasarkan faktor penyebab yang berbeda-beda dan perlu diwaspadai [3,7].

  • Batuk Iritan

Batuk jenis ini dapat terjadi pada anak yang seringkali terpapar oleh asap rokok dan polutan (polusi udara, asap kendaraan, hingga asap dari pembakaran kayu maupun sampah).

Hal-hal inilah yang mampu memicu anak untuk batuk dalam jangka panjang bila paparannya pun dalam jangka lama.

Faktor-faktor tersebut pun dapat memperburuk kondisi batuk yang sudah ada dan memicu perburukan rhinitis atau asma.

  • Batuk Pasca Infeksi Virus

Batuk jenis ini adalah efek dari infeksi virus pada sistem pernafasan yang sempat dialami oleh anak.

Batuk ini bisa berlangsung lebih berminggu-minggu, namun biasanya tidak ada penanganan khusus karena batuk dapat hilang atau sembuh dengan sendirinya.

Walau obat supresan batuk biasanya digunakan untuk mengatasi batuk pasca infeksi pernafasan oleh virus, efektivitasnya terbilang rendah.

  • Batuk Asma

Rata-rata anak-anak penderita penyakit asma akan memiliki saluran pernafasan yang bengkak atau radang sehingga mengalami batuk kronis.

Jenis batuk ini akan sangat mengganggu istirahat anak pada waktu tidur di malam hari.

Anak dengan kondisi ini akan lebih mudah batuk saat terpapar udara dingin atau saat sedang berolahraga.

  • Batuk Sinus

Batuk kronis dapat terjadi pada anak yang mengalami infeksi sinus (sinusitis) atau rhinitis di mana gangguan kesehatan ini terjadi pada hidung.

Walau disertai pula dengan beberapa gejala lain, umumnya batuk secara konstan adalah gejala yang paling menonjol sehingga penting untuk segera memeriksakan diri dan mengonfirmasinya.

  • Batuk Infeksi Bakteri di Saluran Nafas Bawah

Selain infeksi virus, infeksi bakteri yang menyerang saluran pernafasan bawah dapat pula dialami oleh anak-anak yang ditandai dengan batuk kronis.

Batuk kronis ini disertai dengan iritasi sehingga para orangtua perlu segera membawa anak ke dokter jika batuk anak tidak kunjung sembuh.

  • Batuk Akibat Menghirup Benda Asing

Anak-anak usia balita, khususnya pada usia 2-4 tahun dapat secara tidak sengaja menghirup makanan atau mainan yang berukuran kecil yang menyebabkan batuk yang tak kunjung membaik.

Batuk kronis pada balita ini bisa terjadi hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan sampai akhirnya diketahui penyebab batuk sebenarnya.

  • Batuk Asam Lambung

Pada beberapa kasus, anak-anak dapat mengalami batuk kronis ketika asam lambung naik hingga mencapai tenggorokan di mana kondisi seperti ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa.

Bahkan kondisi batuk karena asam lambung naik pada anak ini berpotensi terjadi tanpa gejala heartburn (rasa nyeri dan terbakar pada perut bagian atas).

Namun para orangtua perlu curiga apabila anak tidak hanya mengalami batuk berkepanjangan, tapi juga mengalami suara serak atau seringnya tercekat di tenggorokan.

Untuk menentukan penyebab gejala tersebut, orangtua perlu membawa anak mereka ke dokter untuk memeriksa apakah terjadi kenaikan asam pada lambung.

Jenis Batuk pada Orang Dewasa

Pada orang dewasa, jenis batuk menurut penyebabnya hampir sama dengan jenis batuk yang dialami oleh anak-anak, yaitu antara lain sebagai berikut [1,4,5,6,7,9,10].

  • Batuk Kanker Paru

Batuk kronis pada orang dewasa dapat disebabkan oleh kanker paru-paru di mana kasus ini tergolong jarang dan hanya berpotensi besar terjadi pada perokok aktif.

Bila seorang perokok aktif mengalami batuk berkepanjangan hingga berminggu-minggu dan batuk ini mengalami perubahan dengan disertai darah, maka perlu untuk memeriksakan kondisi paru-paru segera.

Bahkan ketika batuk terus berlanjut sampai 1 bulan lebih setelah berhenti merokok, pastikan untuk menemui dokter secepatnya.

  • Batuk Efek Obat Tertentu

Penggunaan obat tertentu, khususnya ACE (angiotensin converting enzyme) inhibitors dapat menyebabkan kondisi batuk kronis.

Kurang lebih 20% penderita hipertensi yang menggunakan obat tersebut akan mengalami batuk kronis yang kering.

  • Batuk Infeksi Saluran Nafas

Infeksi pada saluran pernafasan dapat menyebabkan batuk kronis pada penderitanya selama 8 minggu atau lebih.

Pada kasus infeksi saluran pernafasan atas oleh virus, terkadang kondisi sinusitis bakteri atau trakeobronkitis bakteri dapat berkembang di waktu yang sama sehingga penderitanya mengalami gejala berupa batuk berdahak.

Dahak pada penderita umumnya berwarna kecoklatan, kuning terang atau bahkan hijau gelap.

Penggunaan antibiotik dianjurkan untuk menangani infeksi ini bila gejala tak membaik dalam waktu 10-14 hari.

Selain itu, infeksi bakteri Bordetella pertussis pada paru-paru dan saluran nafas yang disebut dengan batuk rejan pun mampu menyebabkan batuk jangka panjang.

  • Batuk Asam Lambung

Orang dewasa penderita GERD (gastroesophageal reflux disease) dapat mengalami batuk kronis karena kenaikan asam lambung yang mencapai kerongkongan.

Tak hanya mengalami heartburn serta batuk, mulut pun akan terasa sangat pahit sebagai gejalanya.

Hanya saja pada beberapa kasus, batuk adalah satu-satunya gejala yang dialami oleh penderita GERD.

  • Batuk Asma

Batuk kronis karena asma adalah yang paling umum terjadi pada orang dewasa selain anak-anak.

Tak hanya batuk, gejala menyertai lainnya adalah sesak nafas diikuti mengi.

  • Batuk Post-nasal Drip

Post-nasal drip merupakan suatu kondisi ketika lendir atau cairan di tenggorokan serta belakang hidung menumpuk sehingga timbul sensasi tetesan lendir dari belakang hidung ke bawah.

Batuk kronis dapat disebabkan oleh kondisi ini di mana seringkali disertai dengan rasa sakit di tenggorokan.

Faktor Risiko Batuk Kronis

Ada sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko seseorang untuk lebih mudah menderita batuk kronis, yaitu [9] :

  • Perokok aktif yang tanpa disadari dapat merusak paru-paru
  • Pemilik imun tubuh yang lemah sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi
  • Wanita paruh baya
  • Penderita alergi atau sensitivitas tinggi terhadap alegen namun memiliki pekerjaan dengan lingkungan penuh alergen
  • Faktor keturunan (kelainan anatomi atau kondisi neurologis)
Tinjauan
Penyebab batuk kronis dapat berupa penyakit asma, infeksi saluran nafas oleh virus maupun bakteri, penyakit asam lambung, efek obat hingga kanker paru-paru. Namun beberapa faktor mampu meningkatkan risiko batuk kronis, khususnya para perokok dan mantan perokok, imun tubuh yang rendah, wanita usia paruh baya, faktor keturunan, dan penderita alergi.

Gejala Batuk Kronis

Selain dari batuk itu sendiri, kondisi batuk kronis ditandai dengan beberapa kondisi gejala lain, yaitu seperti berikut [3,4,5,6,9,10].

  • Heartburn
  • Sesak nafas
  • Hidung berair
  • Sakit tenggorokan
  • Sensasi adanya tetesan cairan/lendir di belakang hidung ke tenggorokan
  • Mengi
  • Hidung tersumbat
  • Suara serak
  • Sakit kepala
  • Kurang tidur
  • Nyeri pada dada atau tidak nyaman pada area dada
  • Pusing
  • Kecemasan
  • Kebocoran urine
  • Kehilangan kesadaran atau pingsan

Walaupun jarang terjadi, sejumlah gejala batuk kronis yang parah di bawah ini perlu diwaspadai dan menjadi tanda untuk segera ke dokter memeriksakan diri.

Tinjauan
Selain batuk terus-menerus yang tak kunjung reda dalam waktu lama, gejala batuk kronis lainnya adalah sesak nafas, hidung berair, pusing, heartburn, hingga dapat kehilangan kesadaran. Sementara pada gejala yang sudah serius, batuk akan disertai darah, nyeri timbul di dada, berat badan turun, dan demam tinggi. 

Pemeriksaan Batuk Kronis

Untuk memastikan kondisi gejala mengarah pada batuk kronis dan mendeteksi apa yang menjadi penyebabnya, beberapa metode pemeriksaan ini umum dilakukan [1,5,6,7,10] :

  • Pemeriksaan Fisik : Dokter seperti biasa akan lebih dulu memeriksa fisik pasien sekaligus menanyakan seputar gejala dan riwayat kesehatan pasien. Dari hasil pemeriksaan fisik, jika dirasa perlu maka dokter akan meminta pasien menempuh pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab sekaligus pengobatan yang sesuai.
  • Tes Asam Lambung : Tes ini bertujuan mengukur kadar asam lambung pasien yang sudah mencapai kerongkongan dan untuk mendeteksi penyakit asam lambung. Pada beberapa pasien biopsi esofagus atau kerongkongan kemungkinan akan dilakukan untuk memperjelas hasil diagnosa.
  • Tes Fungsi Paru : Bila dokter mencurigai adanya penyakit asma pada pasien, untuk mengonfirmasi lebih lanjut biasanya dokter meminta pasien menempuh tes fungsi paru. Tujuan tes ini adalah sebagai pengukur pola aliran udara yang keluar dan masuk paru-paru pasien.
  • Tes Pemindaian Paru : Pada pasien gejala batuk kronis yang merupakan seorang perokok aktif atau mantan perokok, biasanya dokter menyarankan untuk menempuh rontgen dada atau CT scan dada. Tes ini pun diperuntukkan bagi pasien yang memiliki kondisi medis lain terkait dengan gangguan paru.
  • Kultur Dahak : Pengambilan sampel dahak pada pasien yang mengalami gejala batuk berdahak bertujuan untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri maupun virus.

Penanganan Batuk Kronis

Batuk kronis umumnya ditangani sesuai dengan penyebabnya, berikut adalah beberapa metode pengobatan yang diberikan kepada pasien :

  • Dekongestan

Untuk kondisi postnasal drip yang menjadi salah satu faktor penyebab batuk kronis, jenis antihistamin baik untuk pernafasan maupun oral (obat minum) umumnya diberikan sebagai pengobatan [1,4,6,9].

Obat semprot untuk hidung yang mengandung ipratropium pun seringkali menjadi penanganan bagi batuk kronis karena postnasal drip.

Namun, dokter mempertimbangkan kembali gejala-gejala yang dialami oleh serta apa saja riwayat medis yang dimiliki pasien sebelum memberikan obat.

Obat batuk dengan kandungan dextromethorphan adalah jenis obat batuk tanpa resep yang umumnya digunakan sebagai penekan batuk yang refleks atau terjadi tiba-tiba tanpa dapat dikendalikan [1,4,6,9].

  • Benzonatate

Obat ini jenis obat batuk yang harus digunakan dengan resep dokter [1].

Namun bila dextromethorphan kurang efektif, obat inilah yang menjadi alternatif pengganti.

Obat jenis ini sangat umum yang penggunaannya bertujuan untuk meredakan nyeri kronis yang dirasakan pasien akibat batuk berkepanjangan [1,7,10].

Namun waspadai pula efek-efek sampingnya, yaitu seperti kelelahan dan mual untuk efek dari gabapenting, serta kebingungan, sulit fokus, dan sering pusing untuk efek dari pregabalin.

Hal ini yang menjadi alasan mengapa obat-obat ini tidak dianjurkan digunakan dengan dosis tinggi.

  • Glukokortikoid Inhalasi

Untuk batuk kronis karena bronkitis eosinofilik, obat seperti glukokortikoid inhalasi adalah jenis obat yang umumnya diberikan [1].

Glukokortikoid ini pun diperuntukkan bagi penderita peradangan saluran udara serta penderita asma.

Jenis obat narkotik ini perlu digunakan dengan resep dokter dan umumnya dikonsumsi dengan menambahkannya pada obat batuk sirup [1,4,6,9].

Hanya saja, pengobatan ini dilakukan bila metode perawatan lain kurang menunjukkan efektivitas.

Sebagai efek sampingnya, umumnya obat ini menimbulkan rasa kantuk sehingga usai mengonsumsinya, diharapkan pasien tidak mengemudi maupun bekerja.

Tips Penanganan Batuk Kronis karena Asam Lambung

Bagi penderita batuk kronis yang terjadi sebagai gejala dari penyakit asam lambung, beberapa perubahan pola hidup berikut ini perlu diterapkan.

  • Hindari makanan yang kandungan lemaknya tinggi.
  • Hindari jus buah, makanan atau minuman lain yang memiliki rasa asam.
  • Hindari asupan alkohol berlebihan
  • Hindari kafein, termasuk kopi dan coklat.
  • Berhenti dari aktivitas merokok.
  • Turunkan berat badan apabila memiliki masalah kelebihan berat badan/obesitas.
  • Hindari makan 2-3 jam sebelum berbaring atau tidur.
  • Saat berbaring, pastikan posisi atau letak kepala cukup tinggi (6-8 inci).
Tinjauan
Obat-obatan diberikan kepada pasien batuk kronis sesuai dengan penyebabnya, namun secara umum, obat dekongestan, dextromethorphan, benzonatate, hidrokodon dan kodein, pregabalin dan gabapenting, maupun glukokortikoid adalah yang diberikan. Bagi penderita batuk kronis asam lambung, diharapkan untuk dapat mengubah pola makan dan pola tidur menjadi lebih baik.

Komplikasi Batuk Kronis

Batuk kronis dapat pula mengembangkan berbagai kondisi komplikasi jika tidak ditangani dengan benar atau diabaikan.

Beberapa diantaranya adalah kondisi yang melelahkan pasien dan membuat pasien tidak nyaman saat sedang beraktivitas maupun beristirahat, seperti [4,10] :

  • Keringat berlebihan
  • Pusing
  • Gangguan tidur seperti insomnia karena batuk terus-menerus saat istirahat maupun berkegiatan
  • Inkontinensia urine
  • Muntah-muntah
  • Patah tulang rusuk (khususnya dapat terjadi pada batuk keras atau batuk hebat)
  • Hernia
  • Otot pegal berlebihan
  • Tubuh kelelahan ekstrem
  • Aritmia
  • Pingsan
Tinjauan
Batuk kronis yang tidak memperoleh penanganan dapat menyebabkan berbagai kondisi tidak mengenakkan serta berpotensi menghambat kegiatan sehari-hari karena kelelahan, kurang tidur, serta pusing yang dirasakan.

Pencegahan Batuk Kronis

Batuk kronis dapat dicegah melalui berbagai cara seperti berikut :

  • Tidak merokok.
  • Menghindari paparan asap dan polusi.
  • Makan makanan bergizi setiap hari.
  • Menghindari alergen bila memiliki kondisi alergi atau gangguan pernafasan.
  • Menghindarkan anak dari benda-benda kecil yang mudah terhirup serta mengawasi mereka saat sedang beraktivitas di rumah.
  • Bila batuk lebih dari 2 minggu tidak ada tanda membaik, segera ke dokter
  • Segera ke dokter bila terjadi infeksi bakteri ataupun virus pada saluran nafas.
Tinjauan
Batuk kronis dapat dicegah dengan memiliki pola hidup dan kebiasaan yang sehat, salah satunya adalah dengan tidak merokok. Segera ke dokter bila batuk (baik pada anak maupun orang dewasa) tidak mereda setelah lebih dari 2 minggu mengalaminya.

1) Ronald C Silvestri, MD, Steven E Weinberger, MD, Peter J Barnes, DM, DSc, FRCP, FRS, Talmadge E King, Jr, MD, & Helen Hollingsworth, MD. 2018. UpToDate. Patient education: Chronic cough in adults (Beyond the Basics).
2) Yunus Çolak, MD, PhD, Børge G. Nordestgaard, MD, DMSc, Lars C. Laursen, MD, DMSc, Shoaib Afzal, MD, PhD, Peter Lange, MD, DMSc, & Morten Dahl, MD, DMSc, PhD. 2017. CHEST Journal. Risk Factors for Chronic Cough Among 14,669 Individuals From the General Population.
3) Thanai Pongdee, MD. American Academy of Allergy Asthma & Immunology. Cough in Children.
4) Anonim. 2019. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School. That nagging cough.
5) Vijo Poulose, FCCP, ABIM, Pei Yee Tiew, MRCP, MMed, & Choon How How, MMed, FCFP. 2016. Singapore Medical Journal. Approaching chronic cough.
6) Ashok Mahashur. 2015. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Chronic dry cough: Diagnostic and management approaches.
7) Michaudet C & Malaty J. 2017. PubMed gov - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Chronic Cough: Evaluation and Management.
8) Anonim. 2017. Centers for Disease Control and Prevention. Pertussis (Whooping Cough).
9) A H Morice, L McGarvey, & I Pavord, 2006. British Medical Journal. Recommendations for the management of cough in adults.
10) Jeanne-Marie Perotin, Claire Launois, Maxime Dewolf, Antoine Dumazet, Sandra Dury, François Lebargy, Valérian Dormoy, & Gaëtan Deslee. 2018. PubMed Central - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Managing patients with chronic cough: challenges and solutions.

Share