Daftar isi
Cedera lecutan dikenal juga dengan istilah whiplash, yaitu cedera pada bagian leher ketika leher dipaksa ditarik ke belakang terlalu jauh dan kemudian dimajukan secara cepat [1,2,3,4,5,6,7].
Pada kondisi tersebut, luka dapat terjadi pada sendi leher, otot, otot ikat atau ligamen, serta tulang.
Siapapun dapat mengalami cedera lecutan ini dan bahkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila terlampau parah tanpa penanganan yang tepat.
Cedera lecutan atau whiplash sendiri merupakan jenis cedera yang cukup umum, terlebih paling kerap dialami oleh wanita daripada pria.
Tinjauan Cedera lecutan atau yang juga disebut dengan whiplash adalah cedera pada leher akibat tarikan ke belakang dan ke depan secara cepat dan kuat sehingga luka dapat terjadi pada tulang, otot dan/atau sendi leher.
Cedera lecutan adalah kondisi yang dapat terjadi karena penarikan paksa bagian leher dan kepala ke arah belakang lalu kemudian secara cepat dan mendadak memajukannya.
Gerakan leher yang seperti ini dapat membahayakan tak hanya sendi dan otot, tapi juga bagian tulang leher hingga tulang belakang.
Beberapa faktor berikut ini dapat menjadi penyebab utama seseorang terserang cedera lecutan [1,2,5,6,7] :
Selain beberapa kondisi yang menyebabkan cedera lecutan di atas, ada keadaan-keadaan lain yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami cedera lecutan.
Walau memiliki fisik yang sehat, tidak berolahraga berat, dan usia berada di bawah 65 tahun dengan sendi terdapat di antara tulang leher, tidak menutup kemungkinan cedera lecutan dapat terjadi.
Siapapun tetap dapat mengalami cedera jenis ini, maka bila gejala mulai dirasakan, jangan ragu untuk memeriksakan ke dokter.
Saraf dan jaringan di sekitar leher dapat mengalami kondisi yang buruk apabila gejala cedera lecutan tidak segera terdeteksi dan tertangani dengan benar.
Tinjauan Pukulan, guncangan besar, kecelakaan lalu lintas, olahraga tertentu, dan terjatuh adalah faktor-faktor yang umumnya menyebabkan cedera lecutan. Namun jika sebelumnya seseorang pernah mengalami cedera leher/lecutan dan usia di atas 65 tahun, risiko cedera lecutan semakin besar untuk terjadi.
Cedera lecutan dapat menimbulkan sejumlah gejala yang kemungkinan berbeda-beda antara satu penderita dengan penderita lainnya.
Berikut ini merupakan keluhan tanda cedera lecutan yang perlu dikenali dan diwaspadai [1,2,3,5,6,7] :
Namun selain dari gejala-gejala yang telah disebutkan, pada beberapa orang akan timbul juga sejumlah keluhan yang lebih serius seperti :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila baru saja mengalami kecelakaan atau cedera dalam bentuk apapun, lalu leher terasa sakit dan tidak nyaman, maka sebaiknya segera ke dokter.
Terlebih ketika beberapa gejala selain nyeri dan kaku pada leher seperti yang telah disebutkan mulai terjadi.
Penting untuk segera mendapatkan diagnosa yang tepat dan kemudian memperoleh penanganan yang sesuai.
Dikhawatirkan semakin lama menunggu untuk ke dokter, maka kerusakan pada saraf, otot, sendi, maupun tulang berpotensi lebih buruk.
Gejala-gejala yang lebih parah dapat dialami dan berisiko menghambat aktivitas harian.
Tinjauan Leher kaku, leher nyeri, pusing, gerakan leher terbatas, nyeri dan kesemutan pada area lengan, bahu sakit, dan sakit kepala (di dasar tengkorak) adalah gejala-gejala umum dari cedera lecutan.
Ketika terjadi gejala-gejala yang membuat leher, kepala hingga bagian pundak serta lengan tidak nyaman, segera ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.
Beberapa pemeriksaan berikut ini adalah yang umumnya pasien tempuh agar dokter mampu mendiagnosa [1,3,6].
Pada pemeriksaan fisik, dokter biasanya akan memmeriksa bagian kepala dan leher lebih dulu, begitu juga bagian lengan dengan menyentuh serta menggerakkannya.
Hal ini biasanya akan dilanjutkan dengan dokter meminta pasien menggerakkan bahu dan leher.
Dokter perlu tahu seberapa jauh gerakan bahu dan leher pasien.
Tak hanya itu, pemeriksaan fisik membantu dokter dalam mendeteksi kekuatan, sensasi, serta kemampuan refleks anggota tubuh pasien.
Dokter pun akan mengetahui tingkat gerakan tubuh pasien sampai akhirnya rasa nyeri timbul.
Tes pemindaian adalah tes lanjutan yang biasanya dilakukan untuk dokter bisa menghasilkan diagnosa yang lebih akurat.
MRI scan adalah pemeriksaan dengan memanfaatkan gelombang radio untuk menghasilkan gambar dari dalam tubuh pasien.
Jenis pemeriksaan ini akan dapat mendeteksi adanya cedera pada tulang ataupun jaringan lunak, termasuk ligamen, piringan sendi, dan saraf tulang belakang.
Tes pemindaian seperti CT scan kemungkinan juga akan direkomendasikan oleh dokter melalui penggunaan sinar-X.
Dokter menggunakan metode pemeriksaan ini untuk mendapatkan gambar kondisi tulang sehingga adanya kerusakan pada tulang dapat terdeteksi.
Rontgen atau sinar-X juga seringkali diterapkan dokter untuk mengidentifikasi adanya kondisi arthritis, dislokasi, atau patah tulang di bagian leher, bahu hingga lengan.
Pengambilan gambar melalui rontgen dilakukan dari berbagai sudut supaya lebih akurat.
PET (positron emision tomography) scan adalah metode pemeriksaan yang sangat membantu, khususnya jika dicurigai bahwa pasien mengalami cedera otak.
Untuk memastikan cedera otak dan mengetahui tingkat keparahannya, maka dokter perlu melakukan PET scan.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan MRI scan, CT scan, PET scan dan sinar-X atau rontgen adalah metode-metode diagnosa yang digunakan dokter dalam mendeteksi serta mengonfirmasi gejala benar-benar mengarah pada cedera lecutan.
Pada kasus cedera lecutan dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang biasanya dapat ditangani secara mandiri, bahkan cukup dengan obat pereda nyeri, kompres dingin dan obat tradisional.
Namun bila kasus cedera lecutan sudah parah dan beberapa keluhan berikut menyertai, maka pertolongan medis sangat dibutuhkan.
Penanganan mandiri, terapi, hingga obat resep dokter menjadi bentuk penanganan pada cedera lecutan secara umum [1,2,3,4,5,6,7].
Tujuan perawatan dengan metode-metode tersebut adalah agar nyeri dapat lebih terkontrol, pasien pulih dan mampu beraktivitas normal lagi, serta rentang gerak leher pasien kembali baik.
1. Kompres Panas/Dingin
Kompres dingin atau panas dapat diterapkan pada area leher yang mengalami kekakuan dan nyeri.
Lakukan setiap 3 jam 15 menit lamanya setiap mengompres sehingga rasa nyeri dan kaku dapat mereda.
2. Istirahat
Mengistirahatkan fisik 1-2 hari setelah mengalami cedera dan gejala mulai timbul setidaknya akan memberi rasa nyaman pada area tubuh yang sakit.
Hanya saja, istirahat terlalu lama (dengan banyak berbaring) dan tidak melakukan apapun juga dapat menghambat proses pemulihan tubuh.
3. Suntikan Lidocaine
Obat ini biasanya diberikan melalui injeksi ke dalam otot pasien yang terasa sakit untuk menghilangkan rasa nyerinya sementara.
Tujuan penyuntikan obat adalah agar pasien dapat melakukan terapi fisik secara lebih mudah dan nyaman tanpa rasa sakit.
4. Relaksan Otot
Otot yang nyeri juga biasanya dapat ditangani menggunakan relaksan otot di mana fungsinya juga merilekskan ketegangan pada otot.
Namun, obat jenis ini akan memicu rasa kantuk sehingga otomatis mampu membantu mengatasi gangguan tidur yang dialami pasien.
5. Obat Pereda Nyeri
Untuk obat pereda rasa sakit tanpa resep dokter, ibuprofen dan acetaminophen adalah jenis obat yang mampu mengatasi rasa nyeri sementara waktu.
Untuk kasus cedera lecutan ringan hingga sedang, gejala nyeri umumnya cukup diatasi dengan kedua jenis obat ini.
6. Antidepresan
Dokter berkemungkinan meresepkan obat jenis antidepresan apabila rasa nyeri yang timbul terasa hebat.
Antidepresan adalah jenis obat yang diketahui pula mampu meredakan rasa nyeri dan membuat penderitanya jauh lebih rileks.
7. Terapi Fisik
Terapi fisik adalah bentuk penanganan yang dibutuhkan oleh pasien dengan keterbatasan gerakan tubuh (khususnya pada area leher).
Terapis profesional akan membantu pasien dalam mencegah perburukan gejala sekaligus membantu agar pasien merasa lebih baik.
Terapi fisik meliputi serangkaian olahraga yang berguna sebagai penguat otot.
Terapi fisik juga sangat bermanfaat dalam mengembalikan pergerakan normal tubuh pasien sekaligus meningkatkan postur.
Jenis terapi ini jumlah sesinya berbeda-beda pada pasien cedera lecutan tergantung kondisi menyeluruh tubuh pasien dan seberapa buruk gejala yang dialami.
Namun, pengobatan dengan metode ini dapat diatur oleh terapis agar pasien bisa melakukannya di rumah.
8. Olahraga
Beberapa jenis olahraga ringan pun akan direkomendasikan oleh dokter kepada pasien, seperti gerakan peregangan yang bisa dilakukan di rumah.
Beberapa contoh gerakan olahraga atau latihan fisik yang dapat dipraktekkan adalah :
Jenis latihan fisik tersebut bertujuan utama mengembalikan rentang gerak leher, bahu dan kepala lebih luas sehingga lebih nyaman ketika beraktivitas normal.
Sebelum melakukannya, dianjurkan untuk mandi air hangat lebih dulu.
9. Penyangga Leher
Apabila memang cukup terbilang serius, maka cedera lecutan pada leher perlu ditangani dengan pasien mengenakan penyangga leher yang terbuat dari busa lembut (foam collars).
Alat ini membantu menjaga leher tetap berada di tempatnya untuk menghindari gerakan yang tak diharapkan dan memicu rasa nyeri yang lebih buruk.
Hanya saja, terlalu lama penggunaan penyangga leher dapat berefek samping pada otot leher yang semakin melemah karena jarang digerakkan.
Meski lama penggunaan bervariasi antar pasien cedera lecutan, rekomendasi utama dari para ahli adalah penggunaan tidak lebih dari 72 jam.
Konsultasikan dengan detil mengenai pemakaiannya; bagaimana penggunaan yang tepat serta untuk berapa lama.
Selain beberapa metode penanganan yang telah disebutkan, pengobatan alternatif berikut juga umum ditempuh pasien cedera lecutan :
Tinjauan Mengistirahatkan diri, kompres dingin/panas, obat pereda nyeri, olahraga, dan pengobatan alternatif adalah penanganan yang umumnya bisa ditempuh pasien untuk kasus cedera lecutan ringan hingga sedang. Namun pada kondisi yang lebih parah, obat resep dokter, penggunaan penyangga leher, dan terapi fisik sangat diperlukan.
Pada beberapa pasien cedera lecutan ringan, dalam beberapa minggu saja tanpa perawatan apapun akan sembuh dengan sendirinya.
Namun, sebagian penderita lainnya dapat mengalami rasa nyeri berkepanjangan dan bisa sampai berbulan-bulan dari sejak cedera terjadi.
Tanda bahwa penderita cedera lecutan menjadi lebih buruk dan cenderung mengarah pada komplikasi ketika beberapa kondisi ini terjadi [1,6] :
Penderita cedera lecutan yang telah berusia lanjut, memiliki riwayat nyeri leher dan punggung, serta pernah mengalami cedera lecutan sebelumnya berisiko lebih besar menderita komplikasi.
Cedera lecutan dapat dicegah dengan menjaga diri serta meminimalisir kemungkinan cedera/kecelakaan [8].
Karena cedera lecutan rata-rata terjadi karena kecelakaan mobil, maka penting untuk memiliki mobil yang mampu menahan kepala agar tidak mengalami guncangan besar.
Tersedianya pengaturan seperti ini akan memberikan keamanan bagi area kepala dan leher pengemudi maupun penumpang.
Tinjauan Memiliki pengaturan keamanan bagi area kepala yang benar dan baik dapat menjadi pencegah cedera lecutan karena cedera ini rata-rata terjadi pada kecelakaan saat berkendara.
1) Kara J. Bragg & Matthew Varacallo. 2019. National Center for Biotechnology Information. Cervical (Whiplash) Sprain.
2) Nobuhiro Tanaka, Kivanc Atesok, Kazuyoshi Nakanishi, Naosuke Kamei, Toshio Nakamae, Shinji Kotaka, & Nobuo Adachi. 2018. Advances in Orthopedics. Pathology and Treatment of Traumatic Cervical Spine Syndrome: Whiplash Injury.
3) Sanjay Yadla, John K. Ratliff, & James S. Harrop. 2007. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Whiplash: diagnosis, treatment, and associated injuries.
4) O. Leonard Huddleston. 1958. Western Journal of Medicine. Whiplash Injuries—Diagnosis and Treatment.
5) Anonim. 2019. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Whiplash Information Page.
6) Daniel K. Park, MD & Stuart J. Fischer, MD. OrthoInfo by the American Academy of Orthopaedic Surgeons. Neck Sprain.
7) Anonim. Spine Center and Orthopedic Rehabilitation of Englewood. What is Whiplash injury?
8) Anonim. Whiplash Prevention Campaign. How Can I Prevent Whiplash?