Bagi beberapa orang, masalah tidur bukanlah sesuatu yang baru. Kesulitan tidur di malam hari ini dikenal dengan istilah insomnia.
Kemudian, bersama dengan terjadinya pandemi COVID-19, semakin banyak orang yang mengalami stress, duka karena kehilangan, dan kecemasan. Hal ini tentu mempengaruhi kehidupan sehari-hari, dan salah satu akibatnya adalah masalah tidur, baik itu yang baru mulai dialami maupun kondisi yang memburuk dari gangguan tidur yang telah ada sebelumnya.
Inilah yang disebut sebagai coronasomnia, singkatan dari coronavirus dan insomnia.
Daftar isi
Sebagian besar informasi yang diketahui mengenai coronasomnia masih sedikit, namun dilaporkan dalam jumlah yang banyak. Sebuah laporan dari National Institutes of Health menggarisbawahi sebuah studi yang dilakukan di awal pandemi mengenai meningkatnya kejadian insomnia klinis secara signifikan, bersamaan dengan semakin akutnya stress, kecemasan dan depresi. [4]
Hal ini bukanlah penemuan yang mengejutkan, karena pandemi memang telah mengubah cara hidup manusia secara global serta menimbulkan stress akibat hilangnya rutinitas, pembatasan pergerakan, serta rasa khawatir yang belum pasti ujungnya dimana.
Insomnia sudah menjadi gangguan tidur yang umum bahkan sebelum COVID-19 ada, namun setelah pandemi terjadi, kondisi ini semakin memburuk pada beberapa orang dan mulai dialami oleh mereka yang sebelumnya bahkan tidak memiliki insomnia.
Coronasomnia berbeda dari insomnia biasa, karena penyebab-penyebabnya khas berkaitan dengan hidup di masa pandemi.
Pandemi COVID-19 telah mengubah hampir semua aspek kehidupan sehari-hari kita. Para orang tua dan anak-anak harus menyesuaikan diri dengan sekolah daring sementara jutaan pekerja harus bekerja dari rumah, atau bahkan kehilangan pekerjaan.
Banyak orang sudah kehilangan orang-orang terdekat juga mengalami penyakit yang mewabah ini.
Keadaan yang tidak menentu ini juga membuat orang berada dalam ketidakpastian tentang pekerjaan, kesehatan, dan kapan pandemi ini akan berakhir.
Dengan semua perubahan yang terjadi sekaligus ini, sangat mungkin orang mengalami gangguan tidur.
Berbagai kejadian besar, mulai dari bencana alam hingga berita teror, bisa mengganggu kesehatan psokologis seseorang kemudian menyebabkan masalah tidur yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan setelahnya. Pandemi global termasuk dalam salah satu kejadian besar penyebab stres.
Situasi semacam pandemi bisa mempengaruhi kualitas tidur karena bisa membuat orang mengalami penurunan tidur gelombang-lambat, meningkatnya rapid eye movement (REM), serta meningkatnya kemungkinan untuk terbangun di malam hari.
Stres bisa menaikkan kadar kortisol, suatu hormon yang kerjanya berlawanan dengan melatonin, yaitu hormon tidur. Kortisol meningkat di pagi hari untuk memberi energi bagi tubuh untuk memulai hari, kemudian kadarnya akan turun di malam hari ketika produksi melatonin mulai mempersiapkan tubuh untuk beristirahat.
Saat kadar kortisol terus tinggi, produksi melatonin akan terganggu, demikian juga dengan kualitas tidur.
Pandemi telah menyebabkan banyak tekanan dalam hidup kita, tapi harus terus berada di rumah adalah salah satu yang paling utama. Stres ini akan semakin buruk bila ditambah dengan beban pekerjaan yang banyak sementara harus menjalankan kewajiban sebagai orang tua, dan semua terasa terus berulang setiap hari.
Berada di rumah sepanjang hari juga bisa mengurangi keinginan tubuh untuk tidur karena kurang terpapar sinar matahari yang adalah salah satu faktor pengatur siklus bangun dan tidurnya tubuh.
Akibat pembatasan pergerakan di luar rumah dan social distancing, banyak bagian “normal” dari kehidupan sehari-hari, mulai dari hobi hingga acara-acara sosial, hilang dalam sekejap mata.
Hilangnya berbagai aktivitas ini membuat sebagian besar orang merasa terisolasi dan kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan mental secara negatif.
Aktivitas normal juga memiliki fungsi penting yang berkaitan dengan tidur. Perjalanan, kuliner, kelas olahraga, dan acara sosial adalah penanda waktu yang bisa melancarkan ritme sirkadian atau siklus bangun dan tidurnya tubuh kita.
Setelah COVID-19 menjadi pandemi, rutinitas-rutinitas tersebut tiba-tiba berubah atau berhenti samasekali.
Bagi beberapa orang, perubahan ini berkontribusi terhadap insomnia yang tertunda. Mereka mulai tidur lebih larut dan bangun lebih siang. Mereka juga melaporkan kualitas tidur yang menurun, meskipun lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur.
Gejala-gejala ini lebih jelas terjadi pada orang-orang dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang lebih tinggi.
Menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, salah satunya, membuat orang semakin sering menghabiskan waktu untuk mengonsumsi media, baik itu berita maupun media sosial.
Berbagai berita mengenai COVID-19, baik itu yang valid maupun yang berupa berita bohong atau hasutan, bisa membuat sebagain besar orang semakin stres, cemas, dan ketakutkan. Kondisi ini kembali ke faktor pertama yang berkaitan dengan stres.
Yang menjadi masalah lainnya adalah, sebagian besar orang seringkali menghabiskan waktu di depan layar mendekati waktu tidur. Akibatnya, paparan blue light dari peralatan elektronik ini membuat orak berhenti menghasilkan melatonin sehingga terjadilah kesulitan untuk tidur.
Seperti juga gangguan tidur lainnya, bila coronasomnia tidak segera diatasi maka selalu ada kemungkinan ia mengarah pada gangguan kesehatan lainnya. [1, 2, 5]
Mengendalikan pikiran adalah langkah pertama untuk mengatasi gangguan tidur akibat pandemi ini. ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas tidur yang sehat. [1, 2, 3]
Keadaan kita saat ini memang sedang tidak menentu dan sulit, tapi tidak akan selamanya. Vaksinasi juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan.
Jika masalah tidur ini masih terus berlanjut bahkan setelah melakukan tips diatas, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
1. Logan Foley, Dr. Abhinav Singh. Coronasomnia: Definition, Symptoms, and Solutions. Sleep Foundation; 2021.
2. Leah Campbell, Dana K. Cassell. Coronasomnia: How the Pandemic May Be Affecting Your Sleep. Healthline; 2021.
3. UC Davis Health Public Affairs. COVID-19 is wrecking our sleep with coronasomnia – tips to fight back. UC Davis Health Newsroom; 2020.
4. Charles M. Morin, Julie Carrier. The acute effects of the COVID-19 pandemic on insomnia and psychological symptoms. Sleep Medicine; 2021.
5. F. Diane Barth, L.C.S.W. What Is "Coronasomnia?" Psychology Today; 2021.