Bayam atau Spinacia oleracea L. merupakan jenis sayuran hijau yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Sayuran ini berasal dari Asia Tengah dan Persia, terutama Iran [1]. Bayam memiliki kandungan gizi yang berlimpah, seperti kalsium, vitamin K, vitamin A, manganese, magnesium, asam folat, zat besi, vitamin C, vitamin B2, dan potasium. Tak hanya itu, bayam juga mengandung banyak zat yang berguna untuk pemeliharaan, peningkatan, dan pengaturan jaringan tubuh manusia, seperti serat, vitamin B6, vitamin E, dan asam lemak omega-3 [2].
Seperti kebanyakan sayuran hijau lainnya, bayam memiliki senyawa fitokimia dan bioaktif yang mampu meningkatkan nutrisi kesehatan. Senyawa ini memiliki tiga fungsi utama, yakni mencegah bahaya oksidatif, mengatur aktivitas plasma darah dalam metabolisme dan pertahanan inflamasi, serta membatasi asupan makanan dengan menginduksi sekresi satiety hormones [3].
Bayam memang aman dikonsumsi setiap hari, namun hanya dengan porsi kecil. Apabila bayam dikonsumsi secara berlebihan, maka dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan dan bahkan memicu timbulnya penyakit kronis. Berikut adalah sejumlah efek samping yang disebabkan oleh kebanyakan makan bayam:
Daftar isi
Bayam memiliki kandungan serat yang tinggi, yakni sekitar 2.2 gram dalam setiap 100 gramnya. Sebagai konsekuensinya, mengonsumsi terlalu banyak bayam dapat menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh, seperti bertambahnya gas, perut kembung, dan kram perut. Hal ini dikarenakan proses pencernaan makanan menjadi lebih lambat. Pelambatan tersebut diakibatkan oleh gut microbiota atau gut bacteria yang mencoba untuk memproses keseluruhan serat baru yang masuk ke dalam tubuh [4, 5].
Bayam memang mengandung zat besi yang tinggi, namun zat besi tersebut kadang tidak dapat diserap dengan baik akibat terlalu banyak serat yang ada. Tingginya kandungan serat dalam tubuh bahkan menyebabkan terjadinya diare dan demam.
Histamin banyak ditemukan di dalam sayuran hijau, termasuk bayam yang mengandung histamin sebesar 2 mg dalam 100 gramnya [6]. Inilah yang menjadi pemicu terjadinya efek atau reaksi alergi pada sejumlah orang. Meskipun kandungan histamin di dalam bayam termasuk cukup rendah, tetapi dapat menimbulkan alergi yang cukup serius apabila dikonsumsi secara berlebihan. Apabila gejala alergi mulai muncul, seseorang dianjurkan untuk melakukan diet rendah histamin untuk mengurangi kadar histamin dalam tubuh [7].
Reaksi alergi juga dapat terjadi pada seseorang yang sensitif terhadap salicylates yang terdapat dalam bayam. Sejumlah gejala alergi terhadap salicylates meliputi masalah pernapasan, gatal-gatal, iritasi kulit, keringat berlebih pada tangan dan kaki, serta gangguan perut.
Bayam merupakan salah satu sayuran yang memiliki kandungan vitamin K tinggi [8]. Kandungan vitamin K bahkan mencapai 145 mikrogram dalam satu cangkir bayam. Vitamin ini memiliki beragam manfaat bagi kesehatan tubuh, terutama untuk membantu proses pembekuan darah. Akan tetapi, konsumsi vitamin K yang berlebihan dapat mengganggu proses pengobatan antikoagulan atau pengenceran darah yang tengah dijalankan oleh seseorang [9].
Salah satu obat antikoagulan yang biasanya digunakan ialah warfarin. Obat ini utamanya digunakan oleh penderita serangan jantung dan stroke istemik. Oleh karena itu, orang yang tengah menjalani pengobatan antikoagulan sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi bayam secara berlebihan. Hal ini dikarenakan vitamin K yang terkandung dalam bayam dapat bereaksi dengan obat antikoagulan dan menghambat proses pengenceran darah yang sedang terjadi [10].
Kandungan nitrat di dalam tubuh biasanya dibawa oleh sayuran hijau, seperti bayam [11]. Kandungan ini biasanya tidak selalu menyebabkan permasalahan serius terhadap pencernaan manusia. Akan tetapi, nitrat dapat bersifat membahayakan dalam beberapa kondisi, terutama bagi bayi.
Konsumsi nitrat yang terlalu berlebihan dapat mendatangkan efek kesehatan yang cukup serius [12]. Masalah ini perlu digarisbawahi karena masih banyak orang yang menganggap bahwa konsumsi bayam mampu menjaga kesehatan bayi mereka.
Bayam biasanya dicampurkan dengan bubur atau makanan kemasan yang diperuntukkan khusus bagi bayi. Padahal, konsumsi bayam secara berlebihan dapat menyebabkan methemoglobinemia, yakni kondisi yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah methemoglobin. Kondisi ini dicirikan oleh perubahan warna kulit bayi menjadi kebiruan, terutama di sekitar jari tangan dan bibir.
Pembentukan batu ginjal sangat dipengaruhi oleh kandungan asam oksalat yang tinggi di dalam tubuh. Asam oksalat biasanya berasal dari sayuran hijau, termasuk bayam yang mengandung asam oksalat sebesar lebih dari 40% [13]. Oleh karena itu, penderita batu ginjal sangat dianjurkan untuk menghindari makanan dengan tingkat oksalat yang tinggi.
Selain itu, kandungan kalsium dalam bayam juga terbilang tinggi. Kalsium yang terkandung dalam satu cangkir kecil daun bayam yang sudah matang bahkan mencapai 25% kebutuhan kalsium harian. Seperti halnya dengan asam oksalat, kalsium juga menjadi komponen utama bagi penyebab timbulnya batu ginjal, yakni sekitar 85%.
Tips untuk mengonsumsi bayam secara aman:
1) S.C. Pandley & G. Kalloo. sciencedirect.com. Spinach. 1993.
2) Anonim. sciencedirect.com. Spinach. 2010.
3) Joseph LB & Regis M. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Functional properties of spinach (Spinacia oleracea L.) phytochemicals and bioactives. 2016.
4) Kassem M, Edward CD, Jens W, & Fredrik B. sciencedirect.com. The Impact of Dietary Fiber on Gut Microbiota in Host Health and Disease. 2018.
5) Anonim. health.harvard.edu. How to get more fiber in your diet. 2021.
6) Sabrina M, Dana S, Tiziana P, & Lanfranco SC. sciencedirect.com. A survey on free biogenic amine content of fresh and preserved vegetables. 2005.
7) Sonia SP, Oriol CB, Judit RG, Teresa VN, Luz LM, & Carmen VC. ncbi.nlm.nih.gov. Biogenic Amines in Plant-Origin Foods: Are they Frequetly Underestimated in Low-Histamine Diets? 2018.
8) Charles C & Joel DK. sciencedirect. Vitamin Metabolism and Requirements in Renal Diseae and Renal Failure. 2013.
9) David JC, Anthony H, Henry GW, Dianne PK, & Dominic JH. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Portion-controlled spinach for imporved vitamin K antagonist anticoagulant control. 2020.
10) Jennifer M & Andrew S. sciencedirect.com. Issues of Pharmacogenomics in Monitoring Warfarin Therapy. 2016.
11) Linsha M, Liang H, Xiaoyu F, & Songlin W. ncbi.nlm.nih.gov. Nitrate and Nitrite in Health and Disease. 2018.
12) Marco I, Aurelia DT, & Marianna C. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Monitoring of nitrites and nitrates levels in leafy vegetables (spinach and lettuse): a contribution to risk assessment. 2014.
13) Eric NT & Gary CC. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Oxalate intake and the risk for nephrolithiasis. 2007.
14) Antonio A. who.int. Measuring intake of fruit and vegetables. 2005.
15) Anonim. health.harvard.edu. Chopped, uncooked spinach offers more antioxidants. 2019.