Penyakit & Kelainan

7 Gejala Penyakit Crohn

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Penyakit Crohn atau Crohn’s disease merupakan suatu kondisi peradangan yang kronis pada saluran pencernaan. [1] Penyakit Crohn termasuk dalam kelompok penyakit radang usus atau inflammatory bowel diseases (IBD). [2] Perbedaan dengan penyakit kolitis ulseratif (termasuk dalam kelompok penyakit yang sama yaitu IBD) adalah penyakit Crohn dapat terjadi pada bagian apapun di saluran pencernaan (dari mulut sampai ke anus).

Sedangkan kolitis ulseratif hanya terjadi pada usus besar dan rektum saja. Pada penyakit Crohn, yang paling sering terpengaruh adalah ujung dari usus kecil (ileum) dan ujung awal dari usus besar. [2] Umumnya, orang-orang yang terdiagnosis penyakit ini rata-rata memiliki umur 20-30 tahun, walaupun penyakit ini bisa terjadi pada orang dengan umur berapapun. Namun, kasus pada anak-anak telah dilaporkan meningkat.

Kasus pada pria hampir sama dengan kasus yang terjadi pada wanita. Namun pada negara berkembang, wanita lebih banyak kasusnya dari  pada pria. Selain itu, penyakit Crohn berpengaruh pada latar bekalang etnik, yaitu yang paling sering terjadi adalah pada etnik kaukasian. [1,2]

Gejala-gejala yang mungkin terjadi pada penyakit ini berbeda-beda setiap orang. Beberapa gejalanya di antaranya adalah:

1. Diare

Ketika lapisan usus sedang dalam inflamasi dan ulserasi (luka), usus kecil kehilangan kemampuannya untuk menyerap nutrisi. Usus besar tidak bisa menyerap air secara efisien. Kedua faktor tersebut menyebabkan diare.[2]

2. Feses atau tinja yang berlendir dan berdarah

Lapisan usus yang rusak kemungkinan akan mulai memproduksi lender yang berlebihan di tinja. Selain itu, adanya ulserasi atau luka pada lapisan juga dapat menyebabkan perdarahan sehingga tinja menjadi berdarah. Karena banyaknya darah yang keluar, hal ini dapat menyebabkan anemia. [2]

3. Kram atau sakit pada bagian perut

Gejala ini bervariasi pada orang-orang penderita penyakit Crohn dari waktu ke waktu.[2] Kram dan sakit perut merupakan gejala yang sangat umum terjadi pada penyakin Crohn. Sebagian besar para pasien akan merasa sakit pada bagian bawah kanan atau pada sekitar pusar. Biasanya akan terasa sakit 1 sampai 2 jam setelah makan. Rasa sakit tersebut bisa dikaitkan dengan terjadinya inflamasi pada usus kecil, dan kram akan terjadi pada bagian manapun di saluran pencernaan. [4]

4. Hilangnya nafsu makan

Umumnya, hilangnya nafsu makan terjadi pada penderita penyakit ini, tetapi tidak semua mengalami. [1,2,3] 1 dari 5 orang yang terkena pemyakit Crohn mengalami hilang nafsu makan. Umumnya akan menghilang, seiring terjadinya remisi (gejala menghilang). [5]

5. Penurunan berat badan

Karena pada penyakit ini terdapat kemungkinan hilangnya nafsu makan, maka hal tersebut dapat menyebabkan penurunan berat badan. [1,2,3] Penurunan berat badan bisa mengakibatkan malnutrisi. Maka, Jika penyakit ini terjadi pada anak-anak maka akan ada kemungkinan anak tersebut tidak tumbuh dengan baik. [2]

6. Kelelahan

Kelelahan merupakan hal yang umum terjadi pada penyakit Crohn. Hal ini bisa terjadi karena akibat dari gejala-gejala yang lain seperti anemia, hilangnya nafsu makan dan lainnya. Untuk mengatasi kelelahan, para penderita penyakit Crohn dapat mengkonsumsi makanan yang bergizi secara cukup, minum cairan secara cukup, dan istirahat yang cukup. [1,2,3,6]

7. Gejala yang terjadi di luar saluran pencernaan

Selain memiliki gejala di saluran pencernaan, beberapa orang juga merasakan gejala yang terjadi pada bagian tubuh yang lain diantaranya adalah mata (sakit, kemerahan atau perubahan pada penglihatan), mulut (sakit), persendian (pembengkakan dan nyeri), kulit (luka, ruam, benjolan lunak), tulang (osteoporosis), ginjal (terdapat batu ginjal), hati (kolangitis sklerosis primer dan sirosis). [1,2]

Penyakit Crohn merupakan penyakit kronis, di mana pasien atau penderita penyakit ini akan mengalami penyakit yang sedang aktif dan menimbulkan gejala. Namun, ada waktu dimana para penderita penyakit ini tidak mengalami gejala sama sekali, kondisi seperti ini dikenal dengan “remisi”. Remisi dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tetapi gejalanya akan kembali lagi pada beberapa bagian. [2]

Penyebab

Penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui, kemungkinan besar adanya faktor genetik. Lebih dari 200 gen kini telah dikaitkan dengan penyakit ini, tetapi masih belum bisa diketahui dan sedang dalam investigasi. Kemungkinan adalah seseorang memiliki atau mewarisi satu atau lebih gen yang membuat dia lebih rentan terhadap penyakit ini. Gen-gen tersebut kemudian menyebabkan sistem imun yang tidak normal terhadap beberapa pemicu di lingkungan. [1,2,3]

Salah satu kemungkinan terbesar penyebab penyakit ini menurut ilmuwan adalah hilangnya bakteri baik yang ada di saluran pencernaan karena sistem imun yang tidak normal. [3]  Ada juga faktor-faktor di lingkungan sekitar yang menjadi penyebab penyakit ini yaitu di antaranya sedang melakukan diet, sedang stress, merokok, sedang ada infeksi virus tertentu[2].  

Pada orang-orang yang rentan secara genetik, apa pun pemincunya dapat membuat sistem kekebalan orang tersebut menjadi “hidup” dan mulai menyerang saluran pencernaan. [2] Sayangnya, sistem imun tidak bisa “mati”, maka peradangan atau inflamasinya masih lanjut terus dan merusak saluran pencernaan. Obat-obatan juga bisa jadi pemicu seperti kontrasepsi oral dan antiinflamsi nonsteroid (AINS). [1]

Komplikasi penyakit

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah fistula. Fistula adalah adanya saluran yang abnormal dari usus ke bagian usus yang lain atau menghubungkan ke kandung kemih, vagina dan lain-lain. Fistula yang paling sering terjadi di sekitar anus, atau biasa disebut fistula ani. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah adanya striktur (penyempitan usus dari jaringan parut) atau abses. Abses adalah adanya cairan di luar usus yang mengandung bakteri, cairan dan nanah. [2]

Diagnosis penyakit ini dimulai dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga yang lengkap. Pemeriksaan fisik juga dilakukan. Setelah itu, dokter mungkin akan menyuruh untuk melakukan beberapa tes untuk menegakkan diagnosis. Tes tersebut diantaranya adalah Tes feses/tinja, tes darah, kolonoskopi dan endoskopi, melihat usus (bisa mengunakan CT scan atau MRI). [1,2,3]

Pengobatan

Walaupun penyakit ini tidak bisa disembuhkan tetapi penyakit ini bisa diobati untuk mengkontrol gejala-gejala yang timbul diantaranya adalah aminosalicylates, kortikosteroid, immunosupresan (obat ini dapat menekan sistem imun, sehingga inflamasi atau peradangan berkurang), terapi biologis, dan antibiotik.[1]

Untuk menggunakan obat tersebut, pasien penderita penyakit Crohn harus konsultasi dulu pada dokter. Salah satu cara lagi adalah dengan melakukan operasi. Operasi dilakukan jika obat-obatan tersebut tidak berefek dan telah konsultasi dengan dokter. [2]

Jika memang sudah terkena penyakit ini, maka lebih baik dapat diatur pola makan yang lebih sehat. Setiap orang memiliki frekuensi dan gejala pada penyakit ini yang berbeda. Maka, cari makanan yang tidak menimbulkan gejala lebih berat dan dapat menggantikan nutrisi yang hilang dan dapat membuat badan lebih baik. Hal ini juga harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter gizi. [2]

1. THAD WILKINS, MD, et al. aafp.org. Diagnosis and Management of Crohn’s Disease. 2011
2. The Crohn’s & Colitis Foundation. crohnscolitisfoundation.org. Living with Crohns’s disease. 2018
3. Daniel C Baumgart, William J Sandborn. sciencedirect.com. Crohn’s disease. 2012.
4. Colon & Rectal Surgical Specialist of New York. crssny.com. Abdominal Pain and Crohn’s Disease: Understanding Symptoms. 2018
5. Sarah O'Brien and Emily Downward. inflammatoryboweldisease.net. Loss of Appetite and Weight Loss. 2018
6. The Crohn’s & Colitis Foundation. crohnscolitisfoundation.org. Crohn's disease symptom: Is fatigue common? 2021

Share