Penyakit & Kelainan

Hipertensi – Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu terminologi atau istilah yang menjelaskan adanya peningkatan tekanan darah pada seseorang diatas batas normal. Secara umum, batas tekanan darah normal

Apa itu Hipertensi?

Hipertensi adalah istilah lain untuk tekanan darah tinggi, yaitu sebuah kondisi yang terjadi ketika tekanan pada pembuluh darah melebihi batas nilai normal.

Hipertensi adalah kondisi medis yang bersifat kronis atau menahun yang bila tidak diatasi dengan tepat akan meningkatkan risiko gangguan organ misalnya jantung, otak dan ginjal.

Penentuan tekanan darah tinggi atau rendah adalah berdasarkan pada jumlah darah yang jantung pompa.

Tekanan darah manusia dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah volume, viskositas darah, elastisitas pembuluh darah, dan resistensi pembuluh darah.

Ketika jantung memompa semakin banyak darah, maka sebagai efeknya arteri akan semakin sempit, yang artinya tekanan darah jadi semakin tinggi.

Sulit untuk mendeteksi dini tekanan darah tinggi karena seseorang bisa saja memiliki hipertensi tanpa menyadarinya selama bertahun-tahun karena ketiadaan gejala.

Fakta Tentang Hipertensi

  1. Hipertensi dikenal sebagai penyakit mematikan karena dmenjadi penyebab utama kematian di dunia per tahun.
  2. Hipertensi masih termasuk dalam golongan penyakit kardiovaskular dan paling sering diderita masyarakat.
  3. Hipertensi menjadi peningkat risiko penyakit mematikan lainnya seperti gagal ginjal, stroke, penyakit jantung serta diabetes.
  4. Di tahun 2015, 1 dari 3 orang di dunia didiagnosa menderita hipertensi menurut laporan WHO (World Health Organization).
  5. Hipertensi dengan komplikasi menjadi penyebab kematian yang berada di urutan ke-5 di Indonesia tahun 2014 dan hal ini terjadi pada segala usia.
  6. Biaya pelayanan hipertensi setiap tahunnya dilaporkan terus meningkat dari 2,8 Triliun rupiah pada tahun 2016 menjadi 3 Triliun rupiah pada tahun 2017-2018.
  7. Tekanan darah orang dewasa normal adalah 120 mmHG/80 mmHg.
  8. Seseorang terdiagnosa hipertensi apabila kadar tekanan darah berada di angka 140 mmHg/90 mmHg atau lebih tinggi dari itu.
  9. Walau hipertensi umumnya diderita oleh orang dewasa dengan usia 35 tahun ke atas, orang-orang dewasa muda pun memiliki risiko hipertensi yang sama tingginya.
  10. Di Amerika Serikat, 11 juta orang dewasa yang memiliki hipertensi tak menyadari bahwa mereka mengalaminya sehingga tidak memperoleh penanganan yang tepat.
  11. Hipertensi berkaitan dengan risiko pengembangan kondisi kehilangan fungsi kognitif yang disebut juga dengan demensia.

Jenis-jenis Hipertensi

Kondisi hipertensi terbagi menjadi beberapa jenis yang penting untuk dikenali, yaitu antara lain adalah :

Hipertensi Primer

Hipertensi jenis ini tak diketahui pasti apa yang menjadi penyebabnya. Namun, hipertensi primer dalam beberapa tahun dapat berkembang tanpa disadari oleh si penderita.

Pada kondisi hipertensi primer ini, artinya hipertensi tidak ada kaitannya dengan jenis kondisi medis lain, namun penyebab utamanya sendiri belum diketahui.

Jika seseorang terdiagnosa dengan hipertensi primer, dokter biasanya akan meresepkan obat bila perlu sekaligus menyarankan untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan seimbang.

Hipertensi Sekunder

Pada jenis hipertensi ini, ada kondisi medis lain yang menyebabkan tekanan darah menjadi naik dan di atas normal.

Biasanya, penderita gangguan jantung, gangguan arteri, masalah ginjal, dan masalah pada sistem endokrinlah yang mengalami hipertensi sekunder.

Beberapa kondisi seperti gangguan tidur sleep apnea, kadar hormon pengontrol tekanan darah yang tidak normal, hingga sumbatan pada arteri berkaitan erat dengan hipertensi.

Untuk mengatasi hipertensi sekunder, perlu diketahui lebih dulu faktor kondisi medis yang menjadi dasarnya sehingga dokter bisa menentukan penanganan terbaik.

Apabila ada obat tertentu yang menjadi penyebab hipertensi, maka dokter akan merekomendasikan obat lain sebagai alternatif tanpa hipertensi sebagai efek sampingnya.

Pemberian resep obat untuk mengurangi tekanan darah serta saran mengubah gaya hidup juga dilakukan oleh dokter untuk kondisi hipertensi sekunder.

Penyebab Hipertensi

Menurut jenisnya, hipertensi primer adalah kondisi tekanan darah yang naik tapi tak diketahui penyebab utamanya.

Hipertensi primer lebih rentan terjadi pada orang-orang dewasa dan berkembang secara bertahap selama beberapa tahun.

Pada hipertensi sekunder, sejumlah faktor yang mampu menyebabkannya kebanyakan adalah kondisi medis tertentu seperti :

  • Penyakit bawaan lahir.
  • Gangguan tiroid.
  • Tumor kelenjar adrenal
  • Gangguan ginjal.
  • Sleep apnea obstruktif
  • Penggunaan narkoba.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti dekongestan, pil kontrasepsi, obat resep maupun obat pereda nyeri tanpa resep.

Selain adanya kondisi medis penyebab hipertensi sekunder, ada pula sejumlah faktor lain yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.

  • Riwayat Kesehatan Keluarga : Tekanan darah tinggi pada dasarnya dapat diturunkan atau diwariskan, maka jika memiliki orangtua penderita hipertensi perlu mewaspadai dengan rutin mengecek kadar tekanan darah.
  • Faktor Usia : Usia memasuki 35 akhir dan 40 awal biasanya adalah waktunya mulai mengalami serangkaian gejala terkait hipertensi, apalagi jika sudah berumur 60 tahun ke atas. Hanya saja, tak menutup kemungkinan anak muda pun dapat mengalaminya.
  • Faktor Jenis Kelamin : Pria lebih rentan mengalami hipertensi pada usia sebelum 65 tahun, sedangkan wanita lebih berpotensi mengembangkan hipertensi di atas usia 65 tahun.
  • Kurang Gerak : Orang-orang yang tubuhnya jarang digerakkan atau jarang dipakai berolahraga biasanya memiliki risiko tinggi obesitas yang juga memperbesar potensi hipertensi.
  • Konsumsi Alkohol Berlebihan : Mengonsumsi minuman keras terlalu berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada jantung. Tak hanya itu, risiko tekanan darah tinggi pun jadi besar karena meminumnya berlebihan.
  • Kelebihan Sodium : Asupan makanan yang kaya sodium atau garam dapat menjadi salah satu faktor peningkat risiko terkena hipertensi.
  • Merokok atau Menghirup Asap Rokok : Bahaya perokok pasif maupun aktif tak hanya meningkatkan risiko kanker paru-paru, tapi juga dapat mempersempit arteri dan merusak lapisan dinding arteri karena kandungan racun dalam tembakau.
  • Kondisi Medis Tertentu : Beberapa penyakit kronis seperti penyakit ginjal dan diabetes pun mampu memicu lonjakan tekanan darah.
  • Kekurangan Kalium : Kalium adalah jenis mineral yang akan menyeimbangkan jumlah sodium pada sel-sel tubuh sehingga bila tubuh kekurangan kalium, sodium akan terakumulasi dan menumpuk dalam darah.
  • Kehamilan : Faktor kehamilan pun dapat meningkatkan risiko tekanan darah untuk naik. Namun, kehamilan sangat jarang menjadi penyebab hipertensi.
  • Gangguan Jantung atau Ginjal : Faktor ini biasanya dapat terjadi sebagai penyebab hipertensi pada anak.
  • Kurang olahraga, gaya hidup buruk, dan juga obesitas biasanya merupakan faktor penyebab hipertensi tak hanya pada orang dewasa, tapi juga pada anak-anak.

Gejala Hipertensi

Hipertensi kerap dianggap sebagai kondisi tanpa gejala namun dapat membahayakan penderitanya.

Awalnya mungkin biasa saja dan seperti tidak ada keluhan, namun sebenarnya diam-diam dalam beberapa tahun hipertensi berkembang di dalam tubuh.

Ketika sudah mencapai tingkat yang cukup serius, barulah gejala-gejala mulai muncul dan lebih dapat dirasakan.

Berikut ini adalah beberapa gejala hipertensi yang paling umum terjadi dan perlu diwaspadai :

Pada beberapa gejala seperti buang air kecil berdarah, kecemasan, gangguan tidur, dan berkeringat berlebih biasanya terjadi bila hipertensi sudah tergolong serius.

Bila gejala sudah mulai mengkhawatirkan, penderita perlu segera ke dokter untuk memeriksakan diri sekaligus memastikan penyebab gejala-gejala tersebut.

Pemeriksaan Hipertensi

Umumnya, dokter akan melakukan metode-metode pemeriksaan berikut untuk memastikan apakah gejala mengarah pada hipertensi dan untuk mengetahui pemicunya.

  • Ultrasound : Dokter melakukan tes ini untuk mengecek apakah pasien memiliki riwayat medis terkait gangguan ginjal maupun jantung.
  • Elektrokardiogram : Dokter melakukan tes ini untuk mengecek aktivitas listrik jantung pasien.
  • Tes Urine : Pemeriksaan urine dapat diterapkan agar dokter mampu mendeteksi adanya gejala penyakit tertentu yang kemungkinan berkaitan dengan hipertensi, seperti diabetes dan penyakit ginjal.
  • Tes Darah : Dokter perlu mengetahui penyebab hipertensi, apakah itu terkait dengan akumulasi lemak dalam darah atau diet tidak sehat.

Untuk hipertensi sekunder, pemeriksaan-pemeriksaan tersebut sangat dibutuhkan agar dokter mengetahui apa saja kondisi dibalik lonjakan tekanan darah, lalu mengatasinya sesuai penyebab.

Hasil pengukuran tekanan darah ada dua, yakni angka pertama dan angka kedua, seperti pada kadar normal tekanan darah 120 mmHg/80 mmHg.

Berikut ini adalah cara membaca kedua angka pada hasil pemeriksaan tekanan darah :

  • Tekanan Sistolik : Angka pertama atau 120 mmHg disebut juga tekanan sistolik, yaitu indikator tekanan pada arteri saat jantung memompa darah dan saat jantung berdetak.
  • Tekanan Diastolik : Angka kedua atau 80 mmHg disebut juga tekanan diastolik, yaitu indikator tekanan pada arteri di antara detak jantung pasien. Tekanan diastolik merupakan tekanan darah tepat saat jantung sedang dalam kondisi istirahat atau rileks.

Untuk pasien hipertensi pada orang dewasa, berikut ini menurut American Heart Association (AHA) adalah 5 kategori hasil pengukuran tekanan darah :

  • Sehat/Normal : Tekanan darah pasien dianggap normal apabila angka berada pada 120/80 mmHg ke bawah.
  • Prehipertensi : Bila angka sistolik berada antara 120-129 mmHg dan angka diastolik tak lebih dari 80 mmHg, gejala hipertensi sudah mulai muncul dan masih sangat awal maka disebut dengan istilah prehipertensi.
  • Hipertensi Tahap 1 : Bila angka sistolik menunjukkan pada 130-139 mmHg dengan angka diastolik antara 80-89 mmHg, inilah tahap pertama hipertensi.
  • Hipertensi Tahap 2 : Bila angka sistolik menunjukkan pada 140 mmHg atau lebih dari itu dengan angka diastolik pada angka 90 mmHg atau lebih tinggi, ini disebut dengan tahap kedua hipertensi.
  • Krisis Hipertensi : Istilah lain untuk kategori ini adalah hipertensi urgensi di mana angka sistolik ada pada angka 180 mmHg atau lebih dengan angka diastolik di atas 120 mmHg. Gejala yang serius dan tak nyaman sudah mulai muncul pada tahap krisis hipertensi.

Pengobatan Hipertensi

Dalam menangani hipertensi, obat-obatan serta perubahan gaya hidup yang tadinya kurang sehat adalah kuncinya.

Melalui Obat-obatan

  • Diuretik : Obat ini berguna untuk menolong ginjal dalam membuang kelebihan sodium dalam tubuh penyebab cairan tubuh menjadi berlebihan dan berakibat pada pembengkakan.
  • Beta-blockers : Obat ini berfungsi melambatkan detak jantung yang terlalu cepat. Tekanan darah dapat turun dan normal lagi karena obat ini membuat jumlah darah yang jantung pompa berkurang.
  • Alpha-2 Agonist : Obat jenis ini berguna merilekskan pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat menurun.
  • Calcium Channel Blockers : Obat ini berguna sebagai penghalang agar kalsium tak masuk ke otot jantung.
  • Angiotensin II Receptor Blockers/ARB : Obat ini pun dapat berfungsi membuat pembuluh darah jauh lebih rileks dan tenang sehingga berdampak pada tekanan darah yang kembali baik.
  • Vasodilator : Obat ini berfungsi sebagai pencegah bagi otot dinding arteri untuk tidak menyempit.
  • Renin Inhibitors : Obat ini tidak untuk digunakan bersama ARB dan ACE Inhibitors di mana fungsinya melambatkan produksi enzim renin yang ginjal produksi. Enzim ini dapat menjadi pemicu kenaikan tekanan darah.
  • ACE Inhibitors : Obat ini biasanya digunakan juga untuk kasus aterosklerosis karena kemampuannya dalam menurunkan tekanan darah.

Melalui Perubahan Gaya Hidup

  • Lebih banyak bergerak aktif dengan berolahraga rutin setidaknya seminggu 150 menit.
  • Turunkan berat badan apabila memiliki masalah obesitas.
  • Hindari makanan mengandung lemak trans dan lemak jenuh.
  • Makan makanan yang kaya akan mineral kalium sehingga tekanan darah dapat dikontrol.
  • Terapkan diet jantung sehat yang meliputi makanan-makanan bernutrisi tinggi seperti produk olahan susu rendah lemak, ikan, daging unggas, buah, sayur dan juga gandum utuh.
  • Kurangi makan makanan bersodium atau bergaram tinggi.
  • Hindari aktivitas merokok.
  • Batasi asupan alkohol.
  • Kelola stres dengan tepat, dengan cara yang positif seperti meditasi, melakukan pernafasan dalam-dalam, dan relaksasi otot.
  • Selama kehamilan, kontrol secara rutin tekanan darah.
  • Atasi penyakit-penyakit yang dapat memicu tekanan darah tinggi.

Komplikasi Hipertensi

Darah tinggi walau tergolong penyakit serius, ada banyak penderitanya yang tak menyadari dan cenderung mengabaikannya begitu saja.

Bila hipertensi tidak ditangani, tekanan yang berlebihan pada dinding arteri akhirnya malah memicu kerusakan pembuluh darah.

Dari kerusakan pembuluh darah, hal ini akan memicu kerusakan pada organ-organ penting tubuh lainnya yang dikenal dengan sebutan bahaya komplikasi seperti :

  • Aneurisma : Pembuluh darah dapat melemah dan membentuk benjolan saat tekanan darah terus naik tak terkontrol, hal ini bisa memicu perdarahan yang mengancam nyawa penderitanya.
  • Stroke atau Penyakit Jantung : Aterosklerosis atau menebalnya arteri disebabkan oleh hipertensi yang jika tak ditangani dengan cepat maka bisa memicu stroke dan penyakit jantung serius, tak terkecuali gagal jantung.
  • Demensia : Arteri yang menyempit akan membuat aliran darah menuju otak terhambat sehingga dapat meningkatkan risiko demensia vaskular.
  • Gangguan pada Ingatan : Kemampuan berpikir dan mengingat akan ikut terkena dampaknya saat tidak mengontrol kadar tekanan darah.
  • Kolesterol dan Trigliserida Tinggi : Jenis kondisi yang disebut dengan sindrom metabolik ini bisa terjadi saat tekanan darah melonjak secara tidak terkendali lalu berkembang menjadi stroke, sakit jantung dan diabetes.
  • Preeklampsia : Pada wanita hamil dengan hipertensi, hati-hati terhadap komplikasi berupa preeklampsia atau kondisi saat kadar protein dalam urine meningkat serta tungkai alami pembengkakan atau edema.

Pencegahan Hipertensi

Hipertensi adalah jenis gangguan kesehatan yang sebenarnya dapat dicegah, khususnya bila seseorang telah mengetahui bahwa dirinya memiliki risiko tinggi mengembangkan penyakit ini.

  • Perbanyak makan buah segar dan sayuran hijau setiap hari.
  • Batasi asupan daging agar tidak berlebihan. Alangkah baiknya jika mengimbanginya dengan asupan sayuran seperti salad.
  • Jaga berat badan tetap ideal dan segera turunkan bobot jika sudah mulai naik cukup banyak.
  • Batasi asupan makanan yang asin-asin atau makanan bersodium tinggi. Cukup konsumsi 9-12 gram garam saja per hari.
  • Hentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman alkohol.
  • Batasi asupan gula atau konsumsi makanan/minuman yang manis-manis.
  • Cek kadar tekanan darah secara rutin supaya dapat mengendalikannya.
  • Mulailah aktif berolahraga dengan latihan fisik yang ringan lebih dulu.

Agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi yang berujung mengancam jiwa, memperbaiki pola hidup menjadi lebih sehat dan seimbang adalah langkah terbaik.

Anonim. 2016. Centers for Disease Control and Prevention. 5 Surprising Facts About High Blood Pressure.
Anonim. 2018. Mayo Clinic. High blood pressure (hypertension).
Kimberly Holland & Judith Marcin, MD. 2018. Healthline. Everything You Need to Know About High Blood Pressure (Hypertension).
Anonim. 2017. American Heart Association. The Facts About High Blood Pressure.
Adam Felman & Brenda B. Spriggs, M.D., MPH, FACP. 2019. Medical News Today. Everything you need to know about hypertension.
Anonim. 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.

Share