Daftar isi
Hirsutisme merupakan sebuah kondisi tumbuhnya rambut pada wanita yang biasanya terjadi pada pria, khususnya pada area dada, punggung, hingga wajah [1,2,3,8,9,12,13].
Rambut yang tumbuh pada kasus hirsutisme ini pun cenderung lebat dan mampu membuat seorang wanita stres dan malu.
Hirsutisme jangka panjang dapat menekan rasa percaya diri seorang wanita walaupun kini terdapat banyak jenis metode pengobatan untuk mengatasinya.
Tinjauan Hirsutisme adalah pertumbuhan rambut wanita yang tidak wajar di mana hal ini terjadi secara berlebihan. Tumbuhnya rambut lebat ini justru terjadi di bagian-bagian tubuh yang biasanya ada pada pria.
Hormon androgen di dalam tubuh wanita yang berkadar tinggi mampu menjadi penyebab utama hirsutisme [1,2].
Hirsutisme juga dapat terjadi karena tubuh wanita yang memiliki tingkat sensitivitas lebih tinggi terhadap hormon androgen daripada wanita umumnya.
Hormon testosteron termasuk dalam hormon androgen yang yang jika terlampau tinggi kadarnya maka karakteristik fisik hingga suara dapat menyerupai pria.
Selain kadar tinggi hormon androgen, terdapat sejumlah faktor lain yang diketahui menjadi penyebab utama hirsutisme, yaitu antara lain :
Kondisi sindrom ovarium polikistik atau PCOS merupakan sebuah gangguan kesehatan yang umumnya dialami perempuan di masa pubertas [1,2,3].
PCOS dapat menjadi penyebab hormon seks mengalami ketidakseimbangan dan berdampak pada salah satunya pertumbuhan rambut yang lebat pada wanita.
Akibat tersebut juga kerap disertai dengan kondisi lain, seperti obesitas, ketidakteraturan menstruasi, kista lebih dari satu di ovarium dan infertilitas/ketidaksuburan.
Penyebab hirsutisme satu ini tergolong jarang, namun tumor yang tumbuh pada kelenjar adrenal perlu diwaspadai [1,2,4].
Selain kelenjar adrenal, indung telur atau ovarium juga dapat ditumbuhi tumor yang kemudian menjadi penyebab hirsutisme terjadi.
Penggunaan steroid yang digunakan dengan tujuan agar massa otot bertambah adalah salah satu faktor yang mampu menyebabkan hirsutisme.
Selain steroid, obat-obatan seperti fluoxetine untuk penanganan depresi serta danazol untuk penanganan endometriosis juga mampu berdampak pada timbulnya hirsutisme [5].
Sementara pada pengguna pil KB dan berhenti menggunakannya, hirsutisme dapat terjadi sebagai dampaknya [1].
Kelainan genetik ini mampu menyebabkan produksi hormon androgen dan kortisol menjadi berlebihan [6].
Kelenjar adrenal adalah penghasil hormon kortisol yang berfungsi utama sebagai pengatur tekanan darah dan pengatur suasana hati.
Bila kinerja hormon kortisol dan androgen terganggu, otomatis beberapa masalah psikologis dan fisik akan timbul sebagai dampaknya.
Sindrom Cushing merupakan sebuah kondisi gangguan hormonal di mana kadar hormon kortisol dalam tubuh tergolong tinggi [7].
Pada kondisi ini, lemak menumpuk pada area leher dan wajah.
Sindrom Cushing sendiri dapat terjadi karena konsumsi jangka panjang obat prednisone yang kemudian pada wanita mampu berdampak pada tumbuhnya rambut lebat.
Selain faktor-faktor penyebab yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa faktor pemicu yang juga perlu diketahui dan diwaspadai.
Tinjauan Penyebab hirsutisme utamanya adalah hormon androgen yang mengalami peningkatan sehingga kadarnya lebih dari normal. Selain itu, faktor keturunan, riwayat kesehatan keluarga dan obesitas serta penyakit tertentu dapat menjadi peningkat risiko kelainan pertumbuhan rambut ini.
Wanita dengan kondisi hirsutisme memiliki gejala utama berupa pertumbuhan rambut lebih banyak daripada wanita umumnya, terutama pada bagian tubuh yang biasanya hanya terjadi pada pria.
Bokong, punggung bagian bawah, paha, dada, perut, leher hingga wajah (berupa jenggot atau kumis) adalah bagian-bagian tubuh wanita yang ditumbuhi rambut sebagai tanda bahwa ia mengalami hirsutisme.
Pertumbuhan rambut ini terjadi secara tak wajar dan biasanya beberapa gejala lain turut menyertai, seperti [1,2,9] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila tumbuhnya rambut terlalu berlebihan dan lebat pada area-area tubuh wanita yang seharusnya tumbuh pada area-area tubuh pada pria, segera ke dokter.
Periksakan diri secepatnya apabila mengalami ketidaknyamanan karena tanda-tanda hirsutisme tersebut.
Untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat, penderita gejala hirsutisme perlu mengunjungi dokter spesialis kulit atau dokter spesialis gangguan hormon.
Bila penderita gejala hirsutisme memeriksakan diri ke dokter, maka beberapa metode diagnosa yang dokter terapkan antara lain adalah :
Dokter akan lebih dulu memeriksa fisik pasien untuk mengecek bagian tubuh mana saja yang ditumbuhi rambut lebat [1,2].
Pemeriksaan fisik di sini umumnya akan meliputi pemeriksaan panggul dan perut untuk mendeteksi adanya tanda-tanda pertumbuhan tumor.
Tak hanya itu, dokter juga mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien terkait riwayat gejala dan riwayat medis yang dialami.
Pasien sebaiknya menginformasikan segala hal terkait kondisi diri sendiri, termasuk obat yang tengah digunakan serta terapi atau tindakan medis yang sedang ditempuh.
Bila berkaitan dengan hirsutisme, dokter perlu mengetahui kadar hormon di dalam tubuh pasien [7].
Oleh sebab itu, dokter akan menyarankan kepada pasien untuk melakukan tes darah agar kadar hormon androgen diketahui.
Setelah pemeriksaan darah dan dari hasilnya diketahui bahwa kadar hormon lebih dari normalnya, pasien akan dianjurkan menempuh CT scan dan USG [2,8].
Kedua tes pemindaian ini dapat membantu dokter dalam mengidentifikasi keberadaan tumor atau kista pada kelenjar adrenal dan indung telur.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan menyeluruh, tes darah, dan tes pemindaian (USG serta CT scan) adalah metode diagnosa yang digunakan oleh dokter dalam mendeteksi dan mengidentifikasi hirsutisme.
Hirsutisme adalah kondisi yang umumnya ditangani dengan pemberian obat-obatan yang berguna mengendalikan hormon sekaligus beberapa tindakan medis lain.
Pada beberapa kasus, perawatan mandiri juga perlu dilakukan oleh pasien hirsutisme.
Dokter akan meresepkan obat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pasien yang hasilnya tidak segera dapat dirasakan.
Untuk menekan hormon yang terlalu tinggi, maka dokter kemungkinan besar akan meresepkan pil KB kepada pasien [11].
Melalui obat ini, diharapkan pertumbuhan rambut dapat berkurang karena produksi hormon androgen pun telah dihambat.
Spironolactone adalah salah satu jenis obat antiandrogen yang bermanfaat utama menjadi pencegah androgen melekat pada reseptor di dalam tubuh pasien [1,2,8,10].
Penggunaan obat harus dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter secara rinci karena penggunaannya mampu meningkatkan risiko cacat lahir pada bayi.
Eflornithine adalah krim topikal atau obat oles yang juga kemungkinan besar diresepkan oleh dokter kepada pasien untuk menghilangkan rambut yang tumbuh secara berlebih [1,2].
Krim ini dapat digunakan dengan penerapan langsung ke area tubuh yang ditumbuhi rambut secara rutin, yaitu sehari dua kali sesuai anjuran dokter.
Tujuan utama pemakaian krim adalah memperlambat pertumbuhan rambut baru tanpa menghilangkan rambut yang sudah tumbuh.
Beberapa tindakan terapi medis di bawah ini juga akan direkomendasikan oleh dokter apabila obat resep kurang efektif.
Terapi laser bertujuan untuk mencegah pertumbuhan rambut berlebihan serta merusak folikel rambut.
Fotoepilasi atau prosedur pencegahan pertumbuhan rambut berlebih dengan menghancurkan folikel rambut adalah tindakan medis yang diperlukan oleh pasien hirsutisme yang memiliki rambut berwarna coklat, hitam, dan coklat kemerahan [1,2,9].
Terdapat berbagai macam metode terapi laser yang dapat dikonsultasikan dan didiskusikan lebih jauh dengan dokter.
Efek samping apa saja yang dapat terjadi dari metode terapi laser juga perlu diwaspadai perlu diketahui oleh pasien.
Pada penanganan hirsutisme satu ini, dokter akan menggunakan jarum yang sangat kecil untuk dimasukkan ke setiap folikel rambut [1,2,9].
Jarum ini digunakan sebagai pemancar ars listrik untuk menghancurkan folikel-folikel rambut.
Bagi pemilik rambut berwarna putih atau pirang, elektrolisis lebih dianjurkan daripada terapi laser lainnya.
Hanya saja jenis terapi ini tidak dapat ditempuh hanya sekali oleh pasien dan walau sangat efektif, rasa sakitnya pun cukup hebat selama prosedur berlangsung.
Oleh sebab itu, dokter biasanya akan memberikan obat yang dioles ke kulit lebih dulu untuk membuatnya mati rasa.
Perawatan mandiri adalah jenis penanganan hirsutisme dengan efek sementara yang mungkin diperlukan oleh pasien.
Tujuan perawatan mandiri ini utamanya adalah untuk membuat rambut-rambut lebat tersebut tidak terlalu kelihatan atau menghilangkannya tanpa bersifat permanen.
Waxing dapat dilakukan, namun perlu diketahui bahwa metode ini secara umum digunakan untuk menghilangkan rambut dari area tubuh yang lebih luas [2,12].
Efek sakit pada prosedur ini pun hanya sebentar, namun waspadai pula kemerahan dan iritasi pada kulit yang terkadang bisa saja terjadi.
Mencukur adalah metode perawatan mandiri yang tak membutuhkan banyak biaya [1,2,8,12,13].
Metode ini pun memberikan efek hilangnya rambut lebih cepat, namun tentu saja secara sementara.
Penderita hirsutisme perlu melakukan shaving ini secara teratur karena rambut dapat tumbuh dengan cepat.
Mewarnai rambut dengan warna yang senada dengan warna kulit akan membuatnya tidak terlalu kelihatan, terutama pada orang-orang berkulit terang [13] .
Namun sebagai dampaknya, kulit dapat mengalami iritasi karena produk bleaching biasanya berkandungan hidrogen peroksida.
Penggunaan obat perontok kimiawi sebenarnya dapat membantu menghilangkan rambut-rambut yang tak diinginkan [1,12,13].
Cukup dengan mengoleskannya pada kulit yang mengalami hirsutisme, rambut berlebih dapat dihilangkan.
Namun sebagai akibatnya, efek samping berupa dermatitis perlu diwaspadai.
Jikapun cocok dengan metode ini, penderita hirsutisme perlu menerapkannya secara teratur seiring dengan tumbuhnya rambut kembali.
Tinjauan Penanganan hirsutisme dapat melalui pemberian obat-obatan (pil KB, antiandrogen, hingga krim topikal/oles), terapi laser (fotoepilasi dan elektrolisis), serta perawatan mandiri (shaving, waxing, bleaching dan depilasi).
Tumbuhnya rambut berlebih pada beberapa area tubuh, terutama bila terjadi secara lebat bukanlah hal yang baik untuk wanita.
Beberapa risiko komplikasi yang bisa saja terjadi pada wanita dengan kondisi ini adalah [1,8,14] :
Pada wanita yang menangani hirsutisme dengan mengonsumsi sejumlah jenis obat, penting untuk menunda rencana kehamilan [15].
Menghindari kehamilan adalah cara terbaik dalam meminimalisir risiko cacat lahir pada bayi.
Hirsutisme bukanlah jenis kondisi gangguan kesehatan yang dapat dicegah. Namun bila kondisi ini terjadi utamanya karena obesitas, penting untuk menurunkan berat badan [16].
Menghindari obesitas, terutama pada penderita sindrome ovarium polikistik atau PCOS sangat dianjurkan sebagai upaya pencegahan hirsutisme.
Tinjauan Tidak terdapat pencegahan untuk hirsutisme, namun bagi penderita PCOS dan obesitas, dianjurkan untuk segera menurunkan berat badan untuk meminimalisir risiko hirsutisme.
1. Wissem Hafsi & Talel Badri. Hirsutism. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Silonie Sachdeva. Hirsutism : Evaluation and Treatment. Indian Journal of Dermatology; 2010.
3. Poli Mara Spritzer, Carolina Rocha Barone, & Fabiana Bazanella de Oliveira. Hirsutism in Polycystic Ovary Syndrome: Pathophysiology and Management. Current Pharmaceutical Design; 2016.
4. O Lunde & O Djoseland. Hirsutism caused by an androgen-producing ovarian tumor. A case of arrhenoblastoma. Journal of Endocrinological Investigation; 1986.
5. Sanskriti Mishra; Harold Elliott; & Raman Marwaha. Premenstrual Dysphoric Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2020.
6. H J Baskin. Screening for late-onset congenital adrenal hyperplasia in hirsutism or amenorrhea. Archives of Internal Medicine; 1987.
7. Emily G. Lefkowitz, Jack P. Cossman, & John B. Fournier. A Case Report of Cushing's Disease Presenting as Hair Loss. Case Reports in Dermatology; 2017.
8. John Mihailidis, MD, Racha Dermesropian, MD, Pamela Taxel, MD, Pooja Luthra, MD, FACE, & Jane M. Grant-Kels, MD. Endocrine evaluation of hirsutism. International Journal of Women's Dermatology; 2017.
9. Sunny Chhabra, Ram Krishnan Gautam, Bindu Kulshreshtha, Akhilandeswari Prasad, & Neera Sharma. Hirsutism: A Clinico-investigative Study. International Journal of Trichology; 2012.
10. D C Cumming, J C Yang, R W Rebar, & S S Yen. Treatment of hirsutism with spironolactone. The Journal of the American Medical Association; 1982.
11. Radosław Słopień, Ewa Milewska, Piotr Rynio, & Błażej Męczekalski. Use of oral contraceptives for management of acne vulgaris and hirsutism in women of reproductive and late reproductive age. Przeglad Menopauzalny; 2018.
12. Eric Matheson & Jennifer Bain. Hirsutism in Women. American Family Physician; 2019.
13. N. K. Agrawal. Management of hirsutism. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism; 2013.
14. Mohammad Ehsan Rahiminejad, M.D.,Amirhossein Moaddab, M.D., Soghra Rabiee, M.D., Farzaneh Esna-Ashari, M.D., Shiva Borzouei, M.D., & Seyyed Mohammad Hosseini, M.D. The relationship between clinicobiochemical markers and depression in women with polycystic ovary syndrome. Iranian Journal of Reproductive Medicine; 2014.
15. L Falsetti, A Gambera, C Platto, & L Legrenzi. Management of hirsutism. American Journal of Clinical Dermatology; 2000.
16. Anuja Dokras, David B. Sarwer, Kelly C. Allison, Lauren Milman, Penny M. Kris-Etherton, Allen R. Kunselman, Christy M. Stetter, Nancy I. Williams, Carol L. Gnatuk, Stephanie J. Estes, Jennifer Fleming, Christos Coutifaris, & Richard S. Legro. Weight Loss and Lowering Androgens Predict Improvements in Health-Related Quality of Life in Women With PCOS. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism; 2016.