Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak Infeksi oportunistik adalah infeksi yang lebih mudah terjadi dan lebih berat pada orang yang mengalami perlemahan sistem imun, seperti pada kasus orang dengan HIV/AIDS. Contoh infeksi oportunistik adalah
Infeksi memiliki beragam jenis dan bentuk serta pemicunya. Salah satunya disebut dengan infeksi oportunistik. Apakah anda familiar dengan istilah tersebut?
Infeksi oportunistik memang jarang sekali kita dengar dalam istilah sehari-hari. Namun infeksi ini dapat bersifat mematikan dan berbahaya terutama bagi mereka yang memiliki sistem imun rendah atau mengidap HIV [1].
Infeksi ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit (serangga) yang dapat memicu timbulnya infeksi [2]. Kuman tersebut tersebar ke berbagai tempat termasuk udara, keringat, atau terkontaminasi dalam makanan dan minuman [1].
Ada beberapa jenis infeksi oportunistik yang dapat terjadi, diantaranya adalah sebagai berikut [1]:
Infeksi herpes simplex virus 1 (HSV-1), merupakan infeksi virus yang dapat menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada area bibir dan mulut.
Infeksi salmonella merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan dapat berpengaruh terhadap usus.
Candidasis (sariawan) merupakan infeksi jamur yang terjadi di area mulut, cabang tenggorokan, trakea, paru-paru, esofagus, atau vagina.
Toxoplasmosis, merupakan infeksi parasit yang dapat berpengaruh terhadap otak.
Tuberculosis yang merupakan penyakit kronis dan menular juga merupakan bentuk infeksi oportunistik (pulmonary TB dan extra pulmonary TB).
Cryptosporidiosis, merupakan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang hidung di usus manusia. Sangat menular dan dapat ditularkan melalui air, makanan, hewan ke manusia maupun kontak fisik manusia ke manusia.
Herpes Zoster, merupakan ruam seperti melepuh yang muncul di area wajah, telapak tangan, leher, dada, punggung, perut atau anggota badan lainnya. Infeksi ini disebabkan oleh virus yang biasanya diawali dengan infeksi cacar air.
Selain beberapa penyakit di atas, infeksi oportunistik memiliki beberapa jenis lainnya seperti cryptococcal meningitis, toxoplasmosis, pneumonia, pneumocytis carinii pneumonia, cryptococcosis, cytomegalovirus (CMV), histoplasmosis, mycobacterium avium complex (MAC)[2, 6].
Gejala Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik seperti yang telah dijelaskan memiliki beragam jenis dan cakupannya cukup luas. Oleh karena itu wajar jika gejala yang menyertai juga beragam, diantara beberapa gejala tersebut adalah sebagai berikut [2]:
Timbulnya rasa sakit pada tubuh terutama sakit pada kepala
Keringat dingin atau menggigil
Sendi-sendi yang terasa ngilu dan sakit
Kehilangan nafsu makan dan adanya penurunan berat badan signifikan tanpa ada alasan yang jelas
Membangkaknya kelenjar getah bening
Bengkak pada satu atau beberapa area tubuh
Pada penderita HIV yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, infeksi oportunistik ini akan sangat berbahaya. Efek terhadap tubuh sendiri juga dapat lebih bervariasi dan memiliki dampak kesehatan yang lebih besar [3].
Penyebab Infeksi Oportunistik
Untuk penyebab dari infeksi oportunistik sendiri diantaranya adalah kuman termasuk diantaranya virus, bakteri, jamur, dan parasit yang tersebar diberbagai tempat. Kuman tersebut yang kemudian menyebabkan masalah kesehatan terutama ketika seseorang memiliki masalah kekebalan tubuh contohnya yang disebabkan oleh HIV [1].
Sedangkan sumber dari kuman dan bakteri dapat berasal dari beberapa hal berikut ini [2]:
Air dan tanah yang belum diolah dengan baik sehingga mengandung patogen
Makanan yang belum dicuci, telur dan daging yang tidak dimasak sampai matang.
Produk susu dan jus yang tidak dipasteurisasi dan juga makanan mentah serta produk biji-bijian yang bertunas juga bisa mengandung patogen.
Kontak langsung dengan cairan tubuh dan juga orang yang terinfeksi patogen tersebut juga dapat menjadi sumber pemicu.
Kontak langsun dengan kotoran binatang juga dapat menjadi sumber patogen.
Faktor Risiko Infeksi Oportunistik
Faktor risiko terbesar pada penderita infeksi oportunistik adalah jika dia juga memiliki HIV [1]. Risiko juga akan meningkat pada beberapa penderita penyakit berikut [2, 6]:
Memiliki riwayat penyakit kanker
Individu yang mengkonsumsi agen imunosupresif atau sedang menjalani terapi kortikosteroid dalam kurun waktu lama.
Mengalami penurunan atau defisiensi imun primer atau gangguan imun gabungan yang cukup parah.
Pengobatan Infeksi Oportunistik
Pengobatan infeksi oportunistik pada dasarnya bergantung dari tipe atau pemicu dari infeksi itu sendiri. Namun secara garis besar pengobatan infeksi oportunistik meliputi [2]:
Dengan menggunakan antiretroviral therapy terutama pada penderita AIDS yang dapat digunakan untuk menekan infeksi lain yang mungkin muncul.
Penggunaan antibiotik prophylaxis.
Pada penderita candidiasis menggosok lidah dan gusi secara lembut dan membersihkan area mulut dengan larutan garam atau obat kumur atau air lemon dapat membantu.
Penderita candidiasis juga dapat merawat luka infeksi dengan mengkonsumsi makanan atau minuman dingin dan makanan yang lunak.
Pada penderita AIDS dimana CD4 mereka di bawah 200, mereka harus mengkonsumsi antibiotik secara harian (trimethoprim-sulfamethoxazole, atau disebut juga dengan bactrim atau septra) atau pengobatan sejenis untuk menghindari pneumocystis pneumonia (PCP) [4].
Seseorang yang sudah mendapatkan pengobatan untuk infeksi oportunistik biasanya akan tetap mendapatkan pengobatan sejenis atau pengobatan tambahan beberapa waktu setelah infeksi sembuh. Hal ini bertujuan untuk mencegah agar infeksi oportunistik tidak kembali [1].
Pencegahan Infeksi Oportunistik
Bagi penderita HIV-AIDS sangat penting sekali untuk melakukan berbagai langkah berikut guna mencegah infeksi oportunistik datang. Karena risiko kesehatan yang disebabkan sangat tinggi. Berikut langkah pencegahan infeksi oportunistik:
Penderita HIV harus mendapatkan dan mengkonsumsi pengobatan secara harian sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter [1].
Bagi penderita HIV juga sangat penting untuk mendapatkan pengobatan serta tes lab secara berkala untuk memantau kesehatan dan mencegah berkembangkan infeksi [1].
Hindari paparan atau konsumsi makanan serta minuman yang sudah terkontaminasi [1].
Lakukan vaksinasi terutama terhadap sebagian besar infeksi yang sudah memiliki vaksin [1].
Selalu terapkan kebersihan terutama pada area tangan sebelum makan dan minum [2].
Lakukan kunjungan medis secara berkala untuk mendapatkan diagnosis dengan tepat [2].
Menjaga keseimbangan nutrisi dan gizi tubuh dengan konsumsi makanan yang sehat juga dapat meningkatkan sistem imun dan mencegah infeksi [2].
Lakukan teknik untuk mengurangi stres, karena stres dapat memicu lemahnya sistem imun tubuh [2].
Lakukan olahraga secara rutin karena hal tersebut baik untuk kesehatan dan memperkuat sistem imun tubuh [2].
Kurangi paparan terutama interaksi secara langsung dengan orang yang sedang sakit [2].
Hindari interaksi langsung dengan feses hewan [2].
Masak makanan hingga matang sempurna, cuci buah atau sayuran sebelum dikonsumsi dan hindari produk susu dan jus yang tidak higienis atau belum dipasteurisasi [2].
Sebagai tambahan bagi penderita HIV juga sangat penting untuk mendapatkan screening awal atau tes ginekolog untuk mengidentifikasi adanya infeksi, dislapsia dan juga kanker [4].
Jika harus melakukan perjalanan jauh sebaiknya penderita HIV harus memperhatikan makanan dan minuman yang akan mereka konsumsi termasuk kebersihan tempat tinggal selama bepergian [5].
Istirahat yang cukup dan tidak merokok atau minum-minuman beralkohol dapat mencegah infeksi oportunistik [6].
1. Anonim. Can Opportunistic Infections Be Treated? HIV Gov; 2019.
2. Brian Wu PhD. MD Candidate. What Are Opportunistic Infections. Dermnet NZ; 2015.
3. Tom Wingfield and Ed Wilkins. Opportunistic infections in HIV disease. HIV Opportunistic Infections; 2010.
4. Anonim. What Are Opportunistic Infections? The Well Project; 2020.
5. Anonim. HIV and Opportunistic Infections, Coinfections, and Conditions. HIV Info; 2020.
6. Anonim. Opportunistic Infections and their Management. National AIDS Control Organisation; 2021.