Daftar isi
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) merupakan jenis kanker yang menyerang organ hati atau liver, namun metastase atau penyebarannya bisa sampai ke organ dan jaringan tubuh lainnya [1,3,4,7,8].
Metastase terjadi hanya saat terdapat mutasi sel-sel dalam hati lalu membentuk tumor.
Hati sendiri merupakan organ penting dalam tubuh yang berfungsi utama salah satunya sebagai pembersih darah dari zat-zat beracun [14].
Hati juga memiliki peran sebagai penghasil empedu yang selalu mendukung proses pencernaan nutrisi, seperti halnya lemak [14].
Selain itu, organ hati jugalah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah [15].
Tinjauan Kanker hati atau hepatocellular carcinoma merupakan jenis kanker yang menyerang organ hati di mana kanker ini berpotensi menyebar ke organ lainnya.
Kanker hati disebabkan oleh adanya mutasi sel dalam DNA di mana DNA sendiri adalah penyedia instruksi untuk setiap proses kimia dalam tubuh manusia [1,3].
Maka jika mutasi terjadi pada DNA, sebagai akibatnya instruksi tersebut akan berubah.
Ketika sel-sel ini tumbuh tak terkendali, tumor pun terbentuk karena mutasi tersebut.
Meski demikian, beberapa kasus kanker hati disebabkan oleh infeksi hepatitis kronik [1,4].
Namun sebagian kasus kanker hati lainnya diketahui idiopatik atau tanpa penyebab yang jelas.
Beberapa kondisi yang mampu menjadi faktor peningkat risiko kanker hati primer antara lain adalah :
Sirosis hati menjadi salah satu kondisi progresif yang mampu menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada hati [1,3,4].
Hal ini kemudian dapat meningkatkan risiko berkembangnya tumor atau kanker di organ hati.
Risiko penderita diabetes untuk mengalami kanker hati jauh lebih tinggi daripada non-penderita diabetes [4].
Konsumsi alkohol secara berlebihan dan jangka panjang tak hanya berbahaya bagi kondisi saraf serta otak.
Ketergantungan terhadap alkohol juga memicu kerusakan organ hati serta meningkatkan risiko kanker hati [1,3,4].
Paparan terhadap aflatoksin yang dihasilkan oleh hama yang ada pada hasil pertanian seperti kacang-kacangan dan gandum karena disimpan dengan cara yang buruk [1,3,4].
Hasil pertanian ini kemudian terkontaminasi oleh aflatoksin [5].
Bila hasil pertanian yang sudah terkontaminasi ini kemudian tetap digunakan dan diolah menjadi makanan, maka produk-produknya dapat membahayakan si pengonsumsi [5].
Salah satu dampak bahayanya bagi kesehatan adalah meningkatkan risiko kanker hati.
Jika di dalam organ hati terdapat akumulasi lemak dan akumulasi ini tak segera ditangani maka dapat berbahaya [4].
Kondisi lemak yang menumpuk dan dibiarkan dapat meningkatkan risiko kanker hati.
Infeksi hepatitis B virus (HBV) dan hepatiis C virus (HCV) kronik yang tak ditangani dengan cepat mampu menyebabkan kanker hati [1,3,4].
Risiko kanker hati semakin meningkat apabila gejala infeksi memburuk.
Penyakit Wilson dan hemokromatosis merupakan dua jenis penyakit hati yang meningkatkan risiko kanker hati [6].
Tinjauan Mutasi DNA menjadi penyebab utama kanker hati, namun beberapa faktor seperti sirosis, diabetes, paparan aflatoksin, infeksi HBV dan HCV, penggunaan alkohol berlebih, perlemakan hati, hemokromatosis dan penyakit Wilson dapat meningkatkan risiko kanker hati.
Pada kebanyakan kasus kanker hati biasanya penderita tidak memiliki gejala, khususnya di tahap yang sangat awal pada kondisi kanker hati primer.
Setelah kondisi semakin berkembang, maka gejala akan mulai timbul dan dialami oleh penderita yang di antaranya adalah [1,4] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera ke dokter apabila gejala-gejala yang disebutkan mulai dialami dan diri sendiri memiliki kecurigaan terhadap kondisi tubuh yang tak beres.
Alangkah lebih baik apabila sebelumnya rutin memeriksakan kesehatan agar keberadaan tumor terdeteksi sejak dini.
Pemeriksaan dini sangat dianjurkan agar penanganan bisa segera didapat oleh penderita sehingga meningkatkan peluang untuk sembuh.
Tinjauan Di awal kondisi, gejala tidak nampak dan dirasakan oleh penderita. Namun seiring perkembangan gejala, keluhan-keluhan dapat berupa penurunan nafsu makan, berat badan turun, mual, muntah, bengkak di bagian perut, nyeri di perut atas, tubuh mudah lelah dan lemas, feses saat BAB berwarna putih, serta mengalami jaundice.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa perlu ditempuh oleh pasien antara lain adalah :
Dokter mengawali diagnosa dengan memeriksa fisik pasien lebih dulu untuk mengenali apa saja gejala fisik yang terjadi pada tubuh pasien [1,7].
Pembengkakan dan jaundice biasanya dapat terlihat dari pemeriksaan fisik.
Dokter juga biasanya akan bertanya kepada pasien terkait dengan riwayat medis dan riwayat pengobatan yang sempat atau bahkan sedang dijalani [1,7].
Riwayat kesehatan keluarga pasien juga menjadi salah satu informasi yang bisa saja dibutuhkan oleh dokter dalam menegakkan diagnosa.
Penderita sirosis hati, infeksi hepatitis B, atau infeksi hepatitis C penting untuk melakukan pemeriksaan skrining hati secara berkala [1,4,7].
Hal ini bertujuan agar perkembangan gejala penyakit tersebut terpantau karena gejala yang semakin memburuk dapat pula memicu kondisi kanker hati.
Namun untuk prosedur skrining ini sendiri, pastikan berkonsultasi lebih dulu dengan dokter mengenai apakah penting menjalani diagnosa.
Dokter juga akan meminta pasien untuk menjalani tes darah sebagai metode pemeriksaan lanjutan [1,5].
Tes darah dapat membantu dokter dalam mengetahui keabnormalan pada fungsi liver, sekaligus jenis infeksi yang terjadi bila ada.
MRI scan dan CT scan merupakan dua metode tes pemindaian yang diperlukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi spesifik pasien [1,7].
Untuk tes lainnya, biasanya dokter menggunakan USG juga untuk mengetahui adanya kelainan atau keabnormalan organ hati.
Pengambilan sampel jaringan hati juga menjadi salah satu metode diagnosa yang perlu ditempuh oleh pasien [1,4,7].
Pada prosedur biopsi hati, dokter akan memasukkan jarum kecil ke kulit pasien lalu mengambil sampel jaringa.
Sampel ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk proses analisa lebih lanjut di bawah mikroskop untuk mendeteksi adanya keberadaan sel-sel kanker.
Namun sebagai efek samping dari prosedur ini, pasien dapat mengalami infeksi, memar, atau bahkan perdarahan.
Seperti halnya kanker lainnya, terdapat stadium atau tahap kondisi kanker hati.
Klasifikasi berguna dalam memperjelas seberapa tingkat keparahan kondisi pasien.
Jika tahap atau stadium kanker hati semakin tinggi, maka artinya kondisi pasien semakin parah dan menunjukkan bahwa kanker sudah menyebar semakin luas [1,7].
Tinjauan - Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat medis, skrining hati, tes darah, tes pemindaian, dan biopsi hati merupakan metode diagnosa yang pasien perlu tempuh. - Terdapat empat tahap/stadium kondisi kanker hati, yakni stadium A (kondisi sangat awal), stadium B (kondisi tahap menengah/sedang), stadium C (kondisi tahap lanjut), dan stadium D (kondisi tahap akhir dan yang paling serius).
Penanganan kanker hati akan disesuaikan dengan kondisi pasien secara menyeluruh, stadium/tingkat penyebaran kanker, serta usia pasien.
Secara umum, berikut adalah beberapa metode yang direkomendasikan oleh dokter kepada pasien kanker hati.
Terdapat dua jenis tindakan operasi yang kemungkinan direkomendasikan oleh dokter sekaligus dipertimbangkan oleh pasien kanker hati.
Jika kondisi tumor atau kanker masih berpeluang untuk diangkat tanpa membahayakan seluruh kesehatan pasien, maka dokter akan merekomendasikannya [1,3,4,8].
Operasi hanya dapat berhasil dengan baik apabila tumor belum menyebar, berukuran kecil, dan kondisi hati pasien masih baik.
Pada kondisi kanker hati yang disebabkan oleh penyakit hati, maka organ hati perlu diangkat dan digantikan dengan hati yang sehat dari pendonor [1,3,4,8].
Operasi transplantasi hati ini adalah tindakan pengobatan satu-satunya untuk sebagian kecil penderita kanker hati stadium awal.
Imunoterapi merupakan metode pengobatan untuk pasien kanker hati lainnya dengan menggunakan sistem imun untuk melawan kanker [1,3].
Ketika terdapat kanker di dalam tubuh, sel-sel kanker akan menghasilkan protein yang akan menghambat sel-sel sistem imun sehingga mereka tak dapat melawan kanker.
Untuk itu, imunoterapi diberikan kepada pasien agar proses penghambatan kerja sel imun oleh protein dari sel kanker dapat dilawan.
Seperti pada kasus kanker lainnya, salah satu metode pengobatan utama adalah dengan menempuh kemoterapi [1,3,4,8].
Pada kemoterapi, dokter memberikan obat-obatan pembunuh sel kanker, baik itu secara oral atau injeksi.
Kemoterapi merupakan sebuah prosedur tindakan perawatan kanker yang juga dapat ditempuh oleh pasien kanker stadium lanjut.
Sama halnya dengan kemoterapi, terapi radiasi juga merupakan tindakan medis yang umum digunakan untuk menangani kanker, termasuk kanker hati [1].
Pada prosedur ini, dokter menghancurkan sel-sel kanker dan menyusutkan tumor dalam tubuh pasien menggunakan energi berkekuatan tinggi seperti sinar-X dan proton.
Bagi penderita kanker hati stadium lanjut atau akhir, terapi radiasi hanya dapat membuat gejala lebih terkendali dan tidak berkembang dengan cepat.
Beberapa metode pengobatan alternatif pun dapat coba dijalani oleh pasien kanker hati, seperti di antaranya [9,10] :
Beberapa penanganan alternatif mampu meredakan rasa sakit yang disebabkan oleh kanker, terutama pada kasus stadium lanjut.
Pengobatan-pengobatan tersebut juga dapat dijalani pasien untuk meredakan atau mencegah efek samping perawatan kanker.
Tinjauan Pengobatan kanker hati meliputi operasi (pengangkatan tumor dan transplantasi hati), imunoterapi, kemoterapi, radioterapi (terapi radiasi, dan pengobatan alternatif.
Terdapat sekitar 44% penderita kanker hati yang terdiagnosa pada kondisi stadium awal memiliki peluang sebesar 33% untuk bertahan selama 5 tahun [11].
Namun jika penderita mengalami kanker hati stadium lanjut di mana kanker telah menyebar hingga organ-organ yang dekat, peluang kelangsungan hidup 5 tahun hanya 11% [11].
Sementara itu, peluang kelangsungan hidup 5 tahun untuk penderita kanker yang telah menyebar ke organ-organ yang lebih jauh hanya 2% [11].
Risiko komplikasi kanker hati yang perlu diwaspadai adalah metastase atau penyebaran kanker hingga ke organ-organ yang jauh dari lokasi organ hati.
Namun selain metastase serta potensi kanker kambuh usai menjalani pengobatan, beberapa risiko komplikasi lainnya adalah [12] :
Untuk meminimalisir risiko kanker hati, beberapa upaya berikut dapat dilakukan [13] :
Karena vaksin untuk hepatitis C belum tersedia, infeksi dapat diminimalisir melalui beberapa hal berikut :
Tinjauan Menjaga pola hidup sehat, memperoleh vaksin hepatitis B, menghindari infeksi hepatitis C dengan melakukan hubungan seksual yang aman serta tidak berbagi pemakaian jarum suntik merupakan upaya pencegahan untuk kanker hati.
1. Alejandro Recio-Boiles & Hani M. Babiker. Liver Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Anonim. Hari Kanker Sedunia 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
3. Zhao-Shan Niu, Xiao-Jun Niu, & Wen-Hong Wang. Genetic alterations in hepatocellular carcinoma: An update. World Journal of Gastroenterology; 2016.
4. Marc Ringehan, Jane A. McKeating, & Ulrike Protzer. Viral hepatitis and liver cancer. Philosophical Transactions B; 2017.
5. Julia R. Barrett. Liver Cancer and Aflatoxin: New Information from the Kenyan Outbreak. Environmental Health Perspectives; 2005.
6. J. Larry Jameson, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, Dan L. Longo, & Joseph Loscalzo. Chapter 179: Hemochromatosis, Porphyrias, and Wilson’s Disease. Harrison's Principles of Internal Medicine 19th Edition. McGraw Hill Professional; 2017.
7. Dimitrios Dimitroulis, Christos Damaskos, Serena Valsami, Spyridon Davakis, Nikolaos Garmpis, Eleftherios Spartalis, Antonios Athanasiou, Demetrios Moris, Stratigoula Sakellariou, Stylianos Kykalos, Gerasimos Tsourouflis, Anna Garmpi, Ioanna Delladetsima, Konstantinos Kontzoglou, & Gregory Kouraklis. From diagnosis to treatment of hepatocellular carcinoma: An epidemic problem for both developed and developing world. World Journal of Gastroenterology; 2017.
8. Aliaksandr Tarasik, Jerzy Jaroszewicz, & Marcin Januszkiewicz. Surgical treatment of liver tumors – own experience and literature review. Clinical and Experimental Hepatology; 2017.
9. S.M. Sagar, MD, T. Dryden, MEd RMT, & R.K. Wong, MD. Massage therapy for cancer patients: a reciprocal relationship between body and mind. Current Oncology; 2007.
10. Piyush Mehta, Vishwas Dhapte, Shivajirao Kadam, & Vividha Dhapte. Contemporary acupressure therapy: Adroit cure for painless recovery of therapeutic ailments. Journal of Traditional and Complementary Medicine; 2017.
11. Cancer.Net Editorial Board. Liver Cancer: Statistics. Cancer.Net; 2020.
12. Luca Cicalese, MD, FACS, Francisco Talavera, PharmD, PhD, John Geibel, MD, MSc, DSc, AGAF, Burt Cagir, MD, FACS, David A Axelrod, MD, MBA, & Dirk J van Leeuwen, MD, PhD. What are the possible complications of hepatocellular carcinoma (HCC)?. Medscape; 2020.
13. The American Cancer Society medical and editorial content team. Can Liver Cancer Be Prevented?. American Cancer Society; 2019.
14. Ifeanyichukwu Ogobuiro; Justin Gonzales; & Faiz Tuma. Physiology, Gastrointestinal. National Center for Biotechnology Information; 2020.
15. Brisas Flores, Hirsh D Trivedi, Simon C Robson, & Alan Bonder. Hemostasis, bleeding and thrombosis in liver disease. HHS Public Access; 2018.