Daftar isi
Kanker tiroid folikuler merupakan jenis kanker tiroid yang di mana tumor tumbuh pada sel folikel tiroid yang dilapisi oleh sel epitel kuboid [1,2,9,10]
Kanker tiroid folikuler sendiri pun merupakan jenis kanker tiroid paling umum dengan kasus yang dijumpai sebanyak 10-15% dari seluruh kasus kanker tiroid [1].
Orang dewasa yang jauh lebih tua (lansia) adalah yang paling berpotensi mengalami jenis kanker tiroid satu ini.
Tinjauan Kanker tiroid folikuler adalah tumbuhnya tumor di folikel tiroid yang lebih umum terjadi pada wanita lansia.
Kanker tiroid folikuler dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti :
Yodium menjadi salah satu faktor yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko kanker tiroid, termasuk kanker tiroid folikuler [1,2,3].
Sempat terdapat kontroversi mengenai penyebab kanker tiroid yang sesungguhnya, kelebihan atau kekurangan yodium.
Menurut hasil beberapa studi oleh tim Knobel tahun 2007, asupan yodium mampu menjadi salah satu faktor yang justru mendukung perkembangan kanker tiroid [1].
Namun pada hasil studi lain oleh tim Fortner J.G, kekurangan yodium menjadi pemicu utama karsinoma sel epitel tiroid.
Paparan radiasi menjadi salah satu penyebab kanker tiroid folikuler terbukti dari lama [1,2,4].
Kasus kanker tiroid folikuler adalah salah satu dari banyak jenis kanker yang terjadi usai ledakan Chernobyl tahun 1986 [1].
Melalui pengamatan yang dilakukan kala itu, diketahui bahwa radiasi mampu meningkatkan risiko kanker tiroid, terutama pada orang-orang yang usianya masih muda.
Paparan radiasi yang berasal dari terapi radiasi atau tindakan medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko kanker tiroid, termasuk jenis kanker tiroid folikuler.
Kedua faktor ini saling berhubungan dalam memicu kanker tiroid, termasuk kanker tiroid folikuler.
Obesitas dan juga penyakit diabetes umumnya mampu meningkatkan risiko kanker tiroid pada orang dewasa, terutama kanker tiroid folikuler dan kanker tiroid papiler [1,5].
Penyakit Hashimoto adalah sebuah kondisi di mana kelenjar tiroid mengalami peradangan sebagai akibat dari sistem imun yang menyerang sel serta jaringan tiroid [1,6].
Hipotiroidisme merupakan suatu kondisi yang juga seringkali disebabkan oleh penyakit Hashimoto ini.
Hormon tubuh yang mengatur fungsi-fungsi tubuh diproduksi oleh kelenjar tiroid sehingga ketika penyakit Hashimoto timbul, kadar hormon tiroid akan mengalami penurunan.
Diet tertentu juga dapat meningkatkan risiko kanker tiroid, terutama jika mengasup makanan-makanan seperti daging ayam, brokoli, kubis, daging babi, daging ayam, dan daging unggas [1].
Sementara itu, konsumsi buah jeruk dan kesemek tidak akan menimbulkan peningkatan risiko kanker tiroid folikuler.
Diet dengan mengonsumsi multivitamin juga tidak terlalu baik, khususnya jika berkandungan yodium tinggi [1,7].
Hati-hati terhadap penggunaan multivitamin ini karena risiko kanker tiroid dapat meningkat, termasuk asupan makanan bernitrit dan bernitrat tinggi.
Seseorang dengan pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida dan hal-hal serupa dapat meningkatkan risiko kanker tiroid [1,4].
Begitu pula dengan risiko bekerja di bidang tekstil, paparan bahan-bahan kimianya mampu memperbesar peluang pekerja terkena kanker tiroid tanpa banyak disadari.
Hormon estrogen eksogen dapat meningkatkan risiko kanker tiroid folikuler, terutama pada terapi hormon [1,8].
Meski pada wanita estrogen eksogen diketahui efektif dalam mengurangi keluhan vasomotor, meningkatnya risiko kanker tiroid, termasuk kanker tiroid folikuler juga terjadi.
Tinjauan Beberapa faktor diketahui menjadi penyebab dan pemicu terbentuknya kanker tiroid folikuler, yaitu yodium, diet tertentu, terapi hormon estrogen eksogen, penyakit Hashimoto tiroiditis, paparan radiasi, paparan bahan kimia, obesitas, dan diabetes.
Kanker tiroid folikuler umumnya tidak menimbulkan gejala di awal atau bersifat asimtomatik.
Namun ketika sel kanker semakin tumbuh besar, gejala utama yang akan dirasakan dan nampak adalah benjolan pada depan leher.
Gejala-gejala lain dari kanker tiroid adalah sebagai berikut [9] :
Selain mengenali gejala-gejala kanker tiroid folikuler, beberapa karakteristik kanker tiroid folikuler ini juga perlu diketahui [1,2,10].
Tinjauan Timbul benjolan dapat menjadi gejala paling nampak pada kondisi kanker tiroid folikuler yang tidak sakit, tidak mudah bergerak, dan akan membesar. ketika disentuh tidak bergerak. Sulit menelan, sesak napas, sakit tenggorokan, suara serak dan pembesaran kelenjar getah bening dapat menjadi tanda lainnya yang perlu diwaspadai.
Pemeriksaan tetap dapat dilakukan pada penderita kanker tiroid folikuler tanpa gejala (asimptomatik).
Umumnya, kanker tiroid folikuler justru terdiagnosa saat seseorang memeriksakan diri untuk kondisi lain.
Terdiagnosanya kanker tiroid folikuler biasanya terjadi secara tidak sengaja, khususnya saat wanita memeriksakan kesehatan rutin ke dokter.
Dalam mendiagnosa kanker tiroid folikuler, dokter umumnya menerapkan beberapa metode sebagai berikut :
Pemeriksaan fisik adalah langkah pemeriksaan utama pada hampir setiap proses diagnosa penyakit, termasuk kanker tiroid folikuler [1,10].
Dokter perlu mengecek gejala fisik yang terjadi pada pasien lebih dulu secara detail.
Kemudian, pemeriksaan riwayat kesehatan juga dilakukan oleh dokter melalui sejumlah pertanyaan yang diajurkan kepada pasien.
Dokter perlu tahu riwayat gejala kanker tiroid folikuler yang dialami pasien selama ini.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan juga keluarga pasien di mana informasi ini akan menguatkan diagnosa yang dibuat oleh dokter.
USG, MRI scan, PET scan, dan CT scan adalah bentuk tes pemindaian yang pasien perlu tempuh untuk mengetahui letak tumor sekaligus mengetahui tahap perkembangannya [1,2,9,10].
Sinar-X atau USG perlu dilakukan pada area leher pasien untuk mengetahui kondisi suplai darah menuju otak sekaligus arteri karotis (pembuluh nadi kepala).
Selain pemeriksaan fisik dan tes pemindaian, dokter biasanya merekomendasikan tes darah untuk mengecek kadar hormon tiroid dalam tubuh pasien [2].
Melalui pemeriksaan darah, hasilnya juga akan membantu dokter dalam menentukan pengobatan yang tepat untuk pasien, termasuk apakah pasien memerlukan terapi hormon.
Pengambilan sampel jaringan melalui jarum aspirasi perlu dilakukan untuk dianalisa di laboratorium di bawah mikroskop [1,2,9,10].
Dokter dapat mengonfirmasi kanker tiroid folikuler melalui biopsi, namun perlu diketahui bahwa nodul tiroid hanya dapat diambil melalui pengangkatan total massa tiroid.
Pada prosedur diagnosa, dokter juga akan mencari tahu tahapan kanker tiroid folikuler, yaitu sudah seberapa luas kanker menyebar di dalam tubuh pasien.
Dengan mengetahui tahap kanker tiroid folikuler, dokter dapat memberikan pengobatan kepada pasien sesuai dengan tingkat keparahannya.
TNM adalah sistem tahap kondisi kanker tiroid folikuler yang juga digunakan untuk menglasifikasikan perbedaannya dari karsinoma tiroid [1,2].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes pemindaian, tes darah dan biopsi adalah serangkaian metode diagnosa yang digunakan untuk kondisi kanker tiroid folikuler.
Penanganan kanker tiroid folikuler pada dasarnya disesuaikan oleh dokter dengan tahap kanker atau tingkat keparahannya.
Namun pada umumnya, prosedur operasi adalah penanganan utama yang biasanya direkomendasikan oleh dokter.
Bila metastasis telah terjadi hingga ke bagian paru, maka lobektomi perlu ditempuh oleh pasien [1,2,11].
Pasien karsinoma tiroid folikuler dengan karakteristik invasif minimal lebih baik ditangani dengan prosedur lobektomi dan ismektomi.
Lobektomi sendiri adalah operasi pengangkatan satu bagian besar dari organ paru pasien (khusus bagi pasien dengan kasus metastasis kanker sudah sampai ke paru).
Tiroidektomi terbagi menjadi dua jenis prosedur, yaitu tiroidektomi subtotal atau sebagian dan tiroidektomi total [1,2,9].
Pada kasus kanker tiroid folikuler, jauh lebih dianjurkan untuk pasien menempuh tiroidektomi total, yaitu mengangkat kelenjar tiroid secara menyeluruh [1].
Hanya saja, prosedur ini lebih direkomendasikan oleh dokter bagi penderita karsinoma folikuler invasif.
Prosedur ini merupakan tindakan medis standar dalam menangani karsinoma tiroid [1].
Pasien kanker tiroid folikuler dan papiler jauh lebih membutuhkan penanganan ini [1,2,12].
Tujuan radioiodine ablasi adalah sebagai penghancur sisa jaringan tiroid, terutama bila pasien sudah menempuh tindakan operasi.
Usai menjalani prosedur bedah, pasien juga akan dianjurkan dokter untuk menggunakan obat penekan tirotropin [1,13].
Selain efektif mengatasi kanker tiroid, obat ini juga sering digunakan untuk menangani penyakit gondok serta hipotiroidisme.
Pada pasien dengan kondisi di mana kanker tiroid folikuler telah menyebar hingga jaringan lunak dan tulang, kemoterapi atau radioterapi sangat dibutuhkan sebagai penanganan utama [1,14].
Hanya saja keduanya jauh lebih direkomendasikan usai penempuhan prosedur tiroidektomi total [1].
Cabozantinib, vandetanib, lenvatinib, dan sorafenib adalah penghambat tirosin kinase yang juga tergolong sebagai terapi obat pada prosedur kemoterapi [1,2,14].
Kemoterapi usai proses bedah akan membantu mengendalikan perkembangan tumor, mencegah tumor kembali tumbuh, dan memperbesar peluang pasien bertahan hidup.
Tinjauan Pengobatan kanker tiroid folikuler umumnya meliputi lobektomi ismektomi, tiroidektomi total, radioiodine ablasi, penekan tirotropin, radioterapi dan kemoterapi.
Metastasis atau penyebaran yang semakin luas merupakan risiko komplikasi paling utama dan paling mungkin terjadi pada kasus kanker tiroid folikuler [1,2].
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa penyebaran kanker hingga paru, tulang dan kelenjar getah bening merupakan kondisi paling sering dijumpai.
Selain metastasis, komplikasi yang dapat terjadi berhubungan dengan tindakan operasi, seperti [1] :
Tinjauan Metastasis kanker, kerusakan saraf laring, suara parau, hematoma dan keloid, hingga hipotiroidisme adalah risiko komplikasi yang sebaiknya diwaspadai.
Kanker tiroid folikuler dapat diminimalisir risikonya melalui beberapa upaya sebagai berikut :
Tinjauan Upaya pencegahan kanker tiroid dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor yang menyebabkannya. Ketika timbul gejala awal, segera konsultasikan dengan dokter untuk meminimalisir risiko komplikasi.
1. Damilola Ashorobi & Peter P. Lopez. Follicular Thyroid Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Anonim. Follicular Thyroid Cancer. Clayman Thyroid Center; 2020.
3. Meyer Knobel & Geraldo Medeiros-Neto. Relevance of iodine intake as a reputed predisposing factor for thyroid cancer. Arquivos Brasileiros de Endocrinologia e Metabologia; 2007.
4. Maria Fiore, Gea Oliveri Conti, Rosario Caltabiano, Antonino Buffone, Pietro Zuccarello, Livia Cormaci, Matteo Angelo Cannizzaro, & Margherita Ferrante. Role of Emerging Environmental Risk Factors in Thyroid Cancer: A Brief Review. International Journal of Environmental Research and Public Health; 2019.
5. Briseis Aschebrook-Kilfoy, Mona M. Sabra, Alina Brenner, Steven C. Moore, Elaine Ron, Arthur Schatzkin, Albert Hollenbeck, & Mary H. Ward. Diabetes and Thyroid Cancer Risk in the National Institutes of Health-AARP Diet and Health Study. Thyroid; 2012.
6. Christina Resende de Paiva, Christian Grønhøj, Ulla Feldt-Rasmussen, & Christian von Buchwald. Association between Hashimoto’s Thyroiditis and Thyroid Cancer in 64,628 Patients. Frontiers in Oncology; 2017.
7. Alessandro Prete, Rosa Maria Paragliola, & Salvatore Maria Corsello. Iodine Supplementation: Usage “with a Grain of Salt”. International Journal of Endocrinology; 2015.
8. Mariacarla Moleti, Giacomo Sturniolo, Maria Di Mauro, Marco Russo, & Francesco Vermiglio. Female Reproductive Factors and Differentiated Thyroid Cancer. Frontiers in Endocrinology (Lausanne); 2017.
9. Kenny Lee & Sebastiano Cassaro. Thyroid Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. James Norman MD, FACS, FACE. Thyroid Cancer: Follicular Cancer. EndocrineWeb; 2016.
11. C Skilbeck, A Leslie, & R Simo. Thyroid isthmusectomy: a critical appraisal. The Journal of Laryngology and Otology; 2007.
12. Nicholas S. Andresen, John M. Buatti, Hamed H. Tewfik, Nitin A. Pagedar, Carryn M. Anderson, & John M. Watkins. Radioiodine Ablation following Thyroidectomy for Differentiated Thyroid Cancer: Literature Review of Utility, Dose, and Toxicity. European Thyroid Journal; 2017.
13. D S Cooper, B Specker, M Ho, M Sperling, P W Ladenson, D S Ross, K B Ain, S T Bigos, J D Brierley, B R Haugen, I Klein, J Robbins, S I Sherman, T Taylor, & H R Maxon 3rd. Thyrotropin suppression and disease progression in patients with differentiated thyroid cancer: results from the National Thyroid Cancer Treatment Cooperative Registry. Thyroid; 1998.
14. W J Simpson. Radioiodine and radiotherapy in the management of thyroid cancers. Otolaryngologic Clinics of North America; 1990.