Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Vulva merupakan area terluar dari kelamin wanita, sehingga kanker vulva adalah pertumbuhan sel-sel abnormal dari area ini. Terdapat beberapa jenis kanker vulva, dengan penanganan dan prognosis yang berbeda-beda
Daftar isi
Kanker vulva merupakan kanker yang tumbuh dan berkembang di permukaan luar vagina dan kanker ini lebih rentan dialami oleh wanita pasca menopause [1,2,3,4,8,9,10,14].
Vulva sendiri merupakan salah satu bagian luar vagina yang meliputi kelenjar Bartholin, klitoris, dan labia (mayora dan minora) [1,2].
Jika pertumbuhan tumor terjadi di bagian tersebut, kondisi ini akan ditandai dengan luka terbuka pada vulva, terdapat benjolan bila disentuh, dan juga timbul rasa gatal [1,2].
Tinjauan Kanker vulva adaka jenis kanker yang tumbuh pada vulva (meliputi kelenjar Bartholin), klitoris dan labia) yang dapat menyebar bila semakin parah.
Terdapat dua jenis kondisi kanker vulva menurut jenis sel di mana awal sel kanker timbul.
Berikut ini merupakan dua jenis kanker vulva yang dimaksud dan tergolong paling umum :
Kanker vulva jenis ini berawal dari sel tipis yang melapisi permukaan vulva; rata-rata kasus kanker vulva adalah jenis kanker vulva karsinoma skuamosa [2,3].
Kanker vulva jenis ini berawal dari sel penghasil pigmen yang ada di bagian kulit vulva [2,4].
Kanker vulva terjadi dari sel-sel dalam DNA yang berubah atau bermutasi [5].
Mutasi pada sel-sel ini menyebabkan pertumbuhan sel tak terkendali dan berakibat pada perkembangan sel yang semakin luas.
Jika bermetastasis atau menyebar, sel-sel kanker dapat kemudian menyebar hingga jaringan dan organ penting lainnya.
Hanya saja, hingga kini penyebab mutasi DNA itu sendiri belum diketahui secara jelas.
Meski demikian, terdapat beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko seseorang terkena kanker vulva, yaitu antara lain :
Kebiasaan merokok secara aktif dan berlebihan dalam jangka panjang tak hanya mampu memicu kanker tenggorokan, kanker lidah, maupun kanker paru-paru [1,6].
Merokok maupun terkena paparan asap rokok terlalu sering dapat pula menjadi salah satu pemicu kanker vulva pada wanita.
Usia 65 tahun ke atas sangat rentan terhadap kanker vulva [1,2].
Risiko kanker ini pada wanita semakin tinggi semakin bertambah tuanya usia walaupun kanker vulva sendiri dapat terjadi pada wanita usia berapapun.
Wanita dengan riwayat kanker leher rahim, kanker vagina, atau melanoma memiliki risiko lebih tinggi terserang kanker vulva [1,2].
Maka jika pernah mengalami salah satu kondisi tersebut, pengecekan kesehatan rutin sangat dianjurkan.
Mengalami atau pernah memiliki kondisi penyakit kulit di area vulva juga menjadi peningkat risiko kanker vulva.
Lichen sclerosus adalah salah satu jenis penyakit kulit yang dimaksud [1,2].
Kondisi prakanker yang terjadi pada daerah vulva yang dimaksud di sini adalah vulvar intraepithelial neoplasia [1,2].
Risiko kanker vulva meningkat ketika seorang wanita memiliki riwayat penyakit tersebut.
Ini karena pada banyak kasus, vulvar intraepithelial neoplasia kerap berkembang menjadi kanker tanpa disadari.
Kekebalan tubuh yang lemah tidak hanya disebabkan oleh bertambah tuanya usia.
Para wanita yang memiliki kondisi HIV serta menggunakan obat penekan sistem imun (imunosupresan) terutama mereka yang baru saja menjalani transplantasi organ berisiko lebih tinggi [7,8].
Peluang terkena kanker vulva jauh lebih besar pada wanita-wanita ini.
HPV adalah jenis infeksi menular seksual yang sangat dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker [1,2,7,8].
Tak hanya kanker vulva, risiko kanker serviks pun lebih tinggi bila seorang wanita terkena infeksi HPV.
Para wanita muda lebih rentan terkena infeksi HPV meskipun rata-rata dapat sembuh dengan sendirinya, namun infeksi ini juga tetap perlu diwaspadai karena mampu menyebabkan perubahan sel dalam tubuh.
Tinjauan - Penyebab kanker vulva hingga kini belum diketahui jelas walaupun berkaitan dengan mutasi DNA. - Beberapa faktor seperti kebiasaan merokok, penyakit tertentu, faktor usia, sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan faktor infeksi HPV dapat meningkatkan risiko kanker vulva.
Kanker vulva terutama pada stadium awal biasanya tak menyebabkan keluhan apapun.
Tidak terdapat gejala pada rata-rata kasus kanker vulva yang masih awal sehingga penyakit ini sulit terdeteksi dini.
Namun seiring kanker terus berkembang, berikut ini adalah beberapa gejala yang bisa dialami penderita pada stadium lanjut [1,2] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila gejala-gejala tersebut terjadi, maka sudah seharusnya penderita segera ke dokter dan memeriksakan diri.
Terutama pada wanita dengan faktor-faktor risiko yang telah disebutkan, sebaiknya temui dokter dan berkonsultasilah.
Deteksi penyakit yang semakin dini semakin mudah untuk menanganinya dan semakin besar pula kemungkinan pasien untuk sembuh.
Bahkan usai diagnosa dan pengobatan, pasien kanker vulva sebaiknya tetap memeriksakan diri secara rutin ke dokter.
Kanker selalu dapat timbul kembali, maka untuk meminimalisir risiko tersebut, pemeriksaan rutin pasca menjalani pengobatan sangat dianjurkan.
Tinjauan Gejala-gejala utama dari kanker vulva antara lain meliputi nyeri ketika buang air kecil, warna kulit di area vulva berubah, perdarahan di luar siklus haid, vulva terasa perih atau sakit, luka terbuka pada vulva, vulva dan area sekitarnya terasa gatal yang sangat hebat, benjolan pada vulva yang mirip dengan kutil, serta adanya penebalan terjadi pada kulit area vulva yang disertai perubahan warna yang semakin gelap.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, akan ada sejumlah metode diagnosa yang dokter terapkan untuk menegakkan diagnosa yaitu :
Dokter mengawali pemeriksaan dengan pemeriksaan fisik, yaitu dengan tujuan mengetahui apakah terdapat kelainan pada vulva pasien [1,9].
Jika terdapat kelainan, maka dokter kemudian akan mencari tahu letak kelainan tersebut secara pasti.
Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan seputar riwayat gejala yang selama ini pasien alami [1,9].
Sudah berapa lama, sejak kapan, dan apa saja gejala yang timbul dan dirasakan perlu diketahui oleh dokter.
Selain itu, dokter juga menanyakan seputar kebiasaan hubungan seksual yang pasien pernah lakukan.
Untuk menegakkan diagnosa, dokter pun perlu mengetahui riwayat penyakit serta pengobatan yang pasien pernah tempuh.
Kolposkopi adalah sebuah metode pemeriksaan penunjang untuk mengecek adanya keabnormalan sel di vagina pasien [9].
Tidak hanya sel abnormal pada vagina, proses pemeriksaan ini juga mengidentifikasi adanya sel abnormal di leher rahim serta vulva.
Metode pemeriksaan dengan mengambil sampel jaringan juga perlu ditempuh oleh pasien [1,2,4].
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah sel kanker telah menyebar, khususnya hingga ke kelenjar getah bening.
Serangkaian tes pemindaian juga menjadi tes penunjang untuk membantu dokter dalam penegakan diagnosa.
Beberapa jenis tes pemindaian yang perlu ditempuh pasien antara lain adalah MRI scan, PET scan, dan CT scan [1,2,10].
Seringkali USG juga perlu dilakukan untuk mengetahui sudah seberapa luas tingkat penyebaran kanker di organ dan jaringan tubuh lain [2,10].
Dokter kemungkinan juga menyarankan pasien untuk menjalani pemeriksaan panggul [2].
Metode diagnosa satu ini bertujuan untuk mengecek penyebaran kanker sudah sampai mana.
Tinjauan Metode diagnosa yang kerap digunakan oleh dokter untuk memeriksa kondisi pasien kanker vulva adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes pemindaian, tes organ panggul, kolposkopi, dan biopsi.
Kanker vulva seperti kanker lainnya, terdiri dari empat tahap kondisi atau yang disebut dengan istilah stadium.
Stadium kanker pasien ditentukan dari hasil rangkaian pemeriksaan yang telah disebutkan sebelumnya.
Dokter akan menentukan stadium tersebut untuk kemudian dapat memutuskan jenis pengobatan yang perlu diberikan kepada pasien.
Berikut adalah empat stadium kanker vulva yang perlu diketahui [1,2,8] :
Kanker pada stadium ini masih sangat awal, karena tumor tumbuh hanya di bagian vulva atau area antara anus dan vagina.
Tumor masih berukuran sangat kecil dan penyebaran ke kelenjar getah bening maupun organ lain belum terjadi.
Pada stadium II kanker vulva, penyebaran tumor terjadi di organ sekitar vulva.
Biasanya tumor sudah mencapai saluran kencing bagian bawah atau uretra, anus, serta vagina.
Pada stadium III kanker vulva, kanker menyebar semakin luas, yaitu sampai ke kelenjar getah bening.
Namun biasanya, pada stadium ini kelenjar getah bening yang paling dekat dengan vulvalah yang terkena penyebarannya.
Stadium IV kanker vulva terdiri dari dua jenis kondisi, yaitu stadium IVA dan IVB.
Pada stadium IVA, penyebaran kanker sudah semakin luas, termasuk sampai ke kelenjar getah bening, bagian atas uretra dan vagina.
Namun pada beberapa kasus lain, penyebaran tumor justru hingga tulang pelvis, rektum, dan saluran kencing.
Sementara pada stadium IVB, penyebaran kanker sudah sampai ke organ-organ yang letaknya jauh dari vulva, begitu pula dengan kelenjar getah bening lain yang lebih jauh.
Tinjauan Stadium kanker vulva terdiri dari empat tahap kondisi, yaitu stadium I hingga stadium IV di mana stadium I adalah awal tumbuhnya kanker dengan kondisi ukuran kanker masih kecil dan belum menyebar, sedangkan kanker vulva stadium IV sudah menyebar lebih luas dan sangat serius.
Pasien kanker vulva memperoleh perawatan sesuai dengan tingkat keparahan kanker, usia pasien, kondisi kesehatan menyeluruh, dan jenis kanker vulva.
Beberapa metode pengobatan yang umumnya digunakan untuk mengatasi kanker vulva adalah sebagai berikut :
1. Prosedur Operasi
Dokter kemungkinan akan merekomendasikan sejumlah jenis operasi sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien.
Berikut adalah jenis-jenis operasi yang diperuntukkan bagi pasien kanker vulva [1,2,4,8,9,10] :
2. Radioterapi
Terapi radiasi atau radioterapi merupakan prosedur penanganan kanker yang banyak digunakan dengan memanfaatkan sinar-X [1,2,4,8,9,10].
Tujuan radioterapi adalah sebagai pembasmi sel-sel kanker.
Pada stadium awal, radioterapi dapat diterapkan untuk menyusutkan sel kanker, bahkan tanpa atau sebelum operasi.
Radioterapi juga kerap digunakan usai operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker, termasuk memusnahkan sel kanker pada kelenjar getah bening yang tertinggal saat operasi.
Radioterapi terdiri dari beberapa tahap karena penanganan kanker vulva tidak dapat dilakukan dalam sekali prosedur.
Radioterapi umumnya perlu ditempuh pasien berminggu-minggu dengan jadwal seminggu 5 kali, tergantung juga dari hasil diskusi dengan dokter [11].
3. Kemoterapi
Kemoterapi atau terapi obat merupakan pengobatan kanker vulva yang umumnya digunakan sebagai pembasmi sel kanker yang seringkali dikombinasi dengan radioterapi [1,2,4,8,9].
Pemberian obat selama kemoterapi dapat dilakukan baik oral maupun injeksi [2].
Penyebaran kanker vulva hingga ke kelenjar getah bening biasanya memerlukan penanganan kombinasi antara radioterapi dan kemoterapi [9].
Kombinasi kedua prosedur tersebut bertujuan utama memperkecil ukuran sel kanker sebelum operasi.
Guna pasien menempuh kombinasi kedua prosedur ini sebelum operasi justru adalah sebagai peningkat peluang kesuksesan operasi pengangkatan kanker vulva [12].
4. Imunoterapi
Pada terapi ini, pasien akan melawan sel-sel kanker di dalam tubuhnya menggunakan sistem imunnya sendiri [13].
Meski demikian, proses melawan sel kanker tidak dilakukan secara langsung oleh sistem imun.
Sistem imun hanya akan menghambat proses produksi protein oleh sel kanker di mana protein tersebut menyembunyikan sel-sel kanker dari sel-sel sistem imun.
Tinjauan Penanganan kanker vulva meliputi operasi pengangkatan kanker maupun jaringan tubuh yang terpengaruh, kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi bila diperlukan.
Risiko komplikasi kanker vulva yang paling perlu diwaspadai adalah metastasis dan serangan kembali [1,2,4,8,9].
Kanker vulva dapat bermetastasis atau menyebar semakin luas bila gejala tidak segera diatasi dan stadium semakin tinggi.
Kanker vulva sekalipun telah diatasi dengan operasi dan berbagai tindakan medis lain tetap dapat tumbuh kembali [2,14].
Oleh karena itu, pasien perlu memeriksakan diri secara rutin bahkan ketika usai menjalani pengobatan dan sudah dinyatakan sembuh.
Pemeriksaan yang paling dianjurkan adalah pemeriksaan panggul, bahkan setelah menjalani operasi sekalipun.
Anjuran pemeriksaan adalah setiap 3-6 bulan di 2 tahun pertama dan setiap 6-12 bulan di 3-5 tahun berikutnya [14].
Selain pemeriksaan panggul berkala, dokter juga menganjurkan skrining kanker untuk pemantauan kondisi.
Tinjauan Metastasis adalah risiko komplikasi kanker vulva apabila tak segera mendapatkan pengobatan. Namun usai pengobatan dan dinyatakan sembuh sekalipun, risiko komplikasi berupa tumbuh kembalinya kanker dapat terjadi pada pasien.
Kanker vulva dapat dicegah dengan cara memperbaiki pola hidup agar lebih sehat.
Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai peminimalisir risiko kanker vulva sekaligus risiko infeksi HPV :
Tinjauan Pencegahan kanker vulva dapat dilakukan melalui vaksinasi HPV, menghindari aktivitas merokok, menghindari hubungan seksuak berganti-ganti pasangan, menerapkan aktivitas seksual dengan pengaman, diet sehat, dan pemeriksaan panggul rutin.
1. Wahyudi Nurhidayat & Irwan Ramli. Kanker Vulva. Radioterapi & Onkologi Indonesia; 2017.
2. Ibrahim Alkatout, Melanie Schubert, Nele Garbrecht, Marion Tina Weigel, Walter Jonat, Christoph Mundhenke, & Veronika Günther. Vulvar cancer: epidemiology, clinical presentation, and management options. International Journal of Women's Health; 2015.
3. A Ansink. Vulvar squamous cell carcinoma. Seminars in Dermatology; 1996.
4. Adriana Bittencourt Campaner, Gustavo Leme Fernandes, Fernanda de Araujo Cardoso, & John Verrinder Veasey. Vulvar melanoma: relevant aspects in therapeutic management. Anais Brasileiros de Dermatologia; 2017.
5. Sebastian Zięba, Artur Kowalik, Kamil Zalewski, Natalia Rusetska, Krzysztof Goryca, Agata Piaścik, Marcin Misiek, Elwira Bakuła-Zalewska, Janusz Kopczyński, Kamil Kowalski, Jakub Radziszewski, Mariusz Bidziński, Stanisław Góźdź, & Magdalena Kowalewsk. Somatic mutation profiling of vulvar cancer: Exploring therapeutic targets. Gynecologic Oncology; 2018.
6. Shehnaz K Hussain, Margaret M Madeleine, Lisa G Johnson, Qin Du, Mari Malkki, Hui-Wen Wilkerson, Federico M Farin, Joseph J Carter, Denise A Galloway, Janet R Daling, Effie W Petersdorf, & Stephen M Schwartz. Cervical and vulvar cancer risk in relation to the joint effects of cigarette smoking and genetic variation in interleukin 2. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention; 2008.
7. Kenneth O Simbiri, Hem C Jha, Mukendi K Kayembe, Carrie Kovarik, & Erle S Robertson. Oncogenic viruses associated with vulva cancer in HIV-1 patients in Botswana. Infectious Agents and Cancer; 2014.
8. Linn Woelber, Fabian Trillsch, Lilli Kock, Donata Grimm, Cordula Petersen, Matthias Choschzick, Fritz Jaenicke, & Sven Mahner. Therapeutic Advances in Medical Oncology; 2013.
9. PDQ Adult Treatment Editorial Board. Vulvar Cancer Treatment (PDQ®). National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. Maria Ana Serrado, Mariana Horta, & Teresa Margarida Cunha. State of the art in vulvar cancer imaging. Radiologia Brasileira; 2019.
11. Yuki Mukai, Izumi Koike, Tatsuya Matsunaga, Naho Ruiz Yokota, Hisashi Kaizu, Shoko Takano, Madoka Sugiura, Eiko Ito, Etsuko Miyagi, & Masaharu Hata. Outcome of Radiation Therapy for Locally Advanced Vulvar Carcinoma: Analysis of Inguinal Lymph Node. In Vivo; 2020.
12. W J Koh, H J Wallace 3rd, B E Greer, J Cain, K J Stelzer, K J Russell, H K Tamimi, D C Figge, A H Russell, & T W Griffin. Combined radiotherapy and chemotherapy in the management of local-regionally advanced vulvar cancer. International Journal of Radiation Oncology, Biology, Physics; 1993.
13. R S Freedman, J M Bowen, J H Herson, J T Wharton, C L Edwards, & F N Rutledge. Immunotherapy for vulvar carcinoma with virus-modified homologous extracts. Obstetrics and Gynecology; 1983.
14. Jacob Rotmensch, MD & S. Diane Yamada, MD. Cancer of the Vulva. Holland-Frei Cancer Medicine. 6th edition. Hamilton (ON): BC Decker; 2003.