Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kalium adalah salah satu mineral darah yang diperlukan untuk fungsi otot dan saraf, dan juga membantu melepaskan energi dari makanan. Kalium juga penting untuk mengatur tekanan darah. Jika seseorang mengalami
Kalium bagi ibu hamil merupakan hal yang dipengaruhi kekuatan yang berlawanan, di mana aldosteron yang bersirkulasi tinggi mendukung ekskresi kalium sedangkan progesteron yang tinggi menjadi antagonis terhadap reseptor mineralokortikoid [1].
Wanita yang sedang hamil umumnya akan mempertahankan sekitar 350 mmol kalium yang sebagian besar disimpan sebagai kation intraseluler di ruang janin serta di plasenta dan rahim [1].
Kadar kalium normal yang dibutuhkan selama kehamilan bagi wanita hamil antara lain 4.7000 miligram per hari [3].
Kadar kalium yang rendah umumnya disebut sebagai hipokalemia. Adapun kadar kalium yang pada awal kehamilan diketahui berkaitan dengan risiko Gdm dan gangguan hipertensi pada paruh kedua kehamilan [2].
Untuk itu, pengetahuan terkait gejala hingga sumber kalium untuk mencegah terjadinya kekurangan kalium bagi ibu hamil sangatlah penting.
Daftar isi
Gejala kekurangan kalium secara umum termasuk pada ibu hamil antara lain [4]:
Kalium memiliki fungsi sebagai pengantar pesan otak ke otot dalam pengaturan kontraksi otot termasuk otot usus. Jika kadar kalium rendah maka kontraksi otot otot usus akan terpengaruh dan memperlambat proses makanan dan limbah yang menyebabkan sembelit.
Kekurangan kalium dapat melemahkan otot seperti otot di lengan dan tungkai bahkan dapat menyebabkan kram. Aktivitas fisik yang intens diketahui dapat memicu keringat yang menjadi salah satu cara tubuh kehilangan kalium. Oleh karena itu, aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan kelemahan otot atau kram.
Kekurangan kalium dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, khususnya pada orang dengan asupan natrium atau garam yang tinggi. Mengingat, kalium juga berfungsi untuk merelaksasi pembuluh darah dan membantu menurunkan tekanan darah.
Kekurangan kalium atau hipokelamia sedang hingga berat diketahui dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyeimbangkan kadar cairan dan elektrolit dalam aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan buang air kecil, yang disebut poliuria.
Kekurangan kalium atau hipokalemia berat dapat mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan otot. Kontraksi otot tidak dapat berjalan dengan baik atau mungkin berhenti bekerja sama sekali ketika kadar kalium sangat rendah.
Kekurangan kalium atau hipokalemia yang parah dapat menyebabkan gangguan otot otot diagfragma pernapasan. Akibatnya otot diagfragma ini tidak bekerja dengan baik hingga mengalami kesulitan menarik napas dalam-dalam atau mungkin sesak napas.
Kekurangan kalium diketahui juga dapat menyebabkan irama jantung menjadi tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar kalium yang menganggu fungsi otot jantung.
Kekurangan kalium juga menimbulkan bradikardia sinus, takikardia ventrikel, dan fibrilasi ventrikel yang berbahaya jika tidak mendapat penanganan yang tepat.
Berikut ini merupakan beberapa penyebab kekurangan kalium [5]:
Diagnosis kekurangan kalium umumnya dapat dilakukan dengan melakukan tes darah sederhana untuk menentukan kadar kalium seseorang. Tes darah ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah kecil dari pembuluh darah di tangan atau lengan [4].
Selain tes darah, dokter juga akan meninjau riwayat kesehatan orang tersebut termasuk obat apa pun yang diminum. Dokter juga akan merekomendasikan beberapa tes tambahan seperti [4]:
Metabolisme kalium selama kehamilan merupakan suatu hal yang rumit. Mengingat, selama kehamilan normal sekresi aldosteron meningkat yang diakibatkan oleh splanchinc dan vasodilatasi sistemik [1].
Sebaliknya, tingkat progesteron yang tinggi bertindak sebagai penghambat reseptor minerlokortikoid yang mengakibatkan efek penuh aldosteron pada ginjal dan pemborosan kalium yang parah dapat dihindari [1].
Selama kehamilan normal rasio filtrasi glomerulus diketahui meningkat yang menandai penurunan kreatinin, nitrogen urea darah dan asam urat dari pembersihan ginjal [1].
Peningkatan rasio glomerulus dapat menghasilkan peningkatan pengiriman natrium ke duktus pengumpul yang akan meningkatkan sekresi dan ekskresi kalium oleh ginjal [1].
Kadar kalium plasma yang relatif rendah dapat menunjukkan vasodilatasi yang sesuai, dan meningkatkan rasio filtrasi glomerulus. Artinya, kadar kalium pada awal kehamilan dapat memprediksi risiko yang lebih rendah untuk komplikasi kehamilan kritis seperti GDM dan preeklamsia berat pada paruh kedua kehamilan [1].
Rendahnya kadar kalium dapat menjadi penanda untuk konsentrasi insulin yang tinggi secara tepat, peningkatan rasio filtrasi glomerulus dan vasodilatasi sistemik [1].
Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengobati kekurangan kalium berdasarkan gejala atau tingkat keparahannya [4]:
Kekurangan kalium ringan dapat diobati dengan beberapa rekomendasi berikut ini :
Kekurangan kalium yang parah diketahui harus segera mendapatkan perawatan yang tepat oleh dokter. Adapun untuk perawatannya, dokter kemungkinan akan merekomendasikan kalium intravena.
Dalam hal ini, dokter harus lebih berhati hati karena pemberian kalium yang terlalu banyak akan dapat menyebabkan kelebihan kadar kalium dalam tubuh. Jika hal ini terjadi maka seseorang akan sembuh dari hipokalemia tetapi akan menderita hiperkalemia karena kelebihan kadar kalium.
Sedangkan pengobatan kekurangan kalium secara umum antara lain [7]:
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengindektifikasi penyebab kekurangan kalium. Jika sudah diketahui penyebabnya, maka langkah selanjutnya yaitu mengatasi penyebab tersebut sesuai dengan anjuran dokter.
Jika kekurangan kalium disebabkan diare atau muntah maka dokter akan meresepkan obat untuk mengurangi diare atau muntah atau mengganti obat yang digunakan dengan obat lainnya.
Kekurangan kadar kalium dapat dikembalikan dengan mengonsumsi suplemen kalium. Untuk tingkat kalium yang sangat rendah, penggunaan infus untuk asupan kalium yang terkontrol mungkin diperlukan.
Mengingat, pengembalian kadar kalium ini harus dilakukan dengan hati hati. Jika peningkatan kadar kalium terjadi terlalu cepat maka dapat menyebabkan efek samping berupa irama jantung yang tidak normal.
Pemantauan kadar kalium merupakan hal yang penting dilakukan agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Mengingat, kadar kalium yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi masing masing dapat menimbulkan dampak yang serius.
Cara mencegah kekurangan kalium yang terbaik adalah dengan berkonsultasi kepada dokter terkait dengan konsumsi sumber makanan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan kalium tubuh [7].
Dokter mungkin juga akan merekomendasikan suplemen kalium dengan dosis yang tepat agar kadar kalium tubuh tidak terlalu berlebihan. Selain itu, keparahan kekurangan kalium juga dapat dicegah dengan pertolongan pertama ketika mengalami muntah atau diare selama lebih dari 24–48 jam. Hal ini terbukti dapat mencegah kehilangan cairan penting untuk mencegah terjadinya hipokalemia [7].
Konsumsi makanan yang kaya akan sumber kalium merupakan salah satu cara pencegahan dan pengobatan yang efektif untuk mengatasi kekurangan kalium.
Jenis sumber makanan kaya kalium ini pun juga beragam sehingga dapat disesuaikan dengan selera masing masing orang. Berikut ini merupakan beberapa sumber makanan yang kaya akan kalium beserta kadar kandungan kaliumnya [4, 6]:
Name | Kandunga Kalium |
---|---|
Aprikot kering | 1.101 mg per setengah cangkir |
Lentil yang dimasak | 731 mg per cangkir |
Plum kering | 699 mg per setengah cangkir |
Jus jeruk | 496 mg per cangkir |
Pisang | 422 mg dalam pisang ukuran sedang |
Susu berlemak | 366 mg per cangkir |
Yogurt buah tanpa lemak | 330 mg per 6 ons |
Brokoli cincang yang dimasak | 229 mg per setengah cangkir |
Nasi merah yang dimasak | 154 mg per cangkir |
Sayuran bit yang dimasak | 909 mg |
Ubi panggang | 670 mg |
Kacang pinto yang dimasak | 646 mg |
Kentang putih panggang | 544 mg |
Jamur portobello panggang | 521 mg |
Alpukat | 485 mg |
Ubi jalar panggang | 475 mg |
Kale | 447 mg |
Salmon yang dimasak | 414 mg |
Kacang polong yang dimasak | 271 mg |
1. Wolak Talya, Sergienko Ruslan, Wiznitzer Arnon, Ben Shlush Lior, Paran Esther & Sheiner Eyal. Low potassium level during the first half of pregnancy is associated with lower risk for the development of gestational diabetes mellitus and severe pre-eclampsia. Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine; 2010.
2. Kulkarni, Maitri. Hypokalemic Paraplegia in Pregnancy. Journal Of Clinical And Diagnostic Research; 2014.
3. Darienne Hosley Stewart & Nancy Hudson. Potassium in your pregnancy diet. Baby Center; 2020.
4. Rachel Nall & Elaine K. Luo. What to know about potassium deficiency symptoms. Medical News Today; 2019.
5. Anonim. Low potassium (hypokalemia). Mayo Clinic; 2020.
6. Carmella Wint & Deborah Weatherspoon. High Potassium. Healthline; 2020.
7. Amber Erickson & Graham Rogers. Hypokalemia. Healthline; 2020.