Keadaan yang tidak memungkinkan jantung terisi atau memompa dengan baik disebut dengan gagal jantung. Disini jantung tidak mampu memompa cukup oksigen dalam darah ke organ dan jaringan[1].
Gagal jantung di mulai dari ventrikel kiri atau kanan. Seiring berjalannya waktu, penyakit ini merupakan kondisi jangka panjang yang akan terus memburuk. Tingkatkan kualitas hidup yang sehat, untuk menjaga kesehatan[1].
Daftar isi
Fungsi Penghambat Reseptor Angiotensin
Penghambat reseptor angiotensin (ARB) merupakan sekelompok obat yang berguna dalam membuat pembuluh darah menjadi melebar, dan digunakan untuk mengobati tekanan darah rendah (hipertensi), gagal jantung atau penyakit ginjal dengan diabetes[2].
Penghambat reseptor angiotensin (ARB) merupakan kelas agen yang lebih baru dari antihipertensi. Penghambat reseptor angiotensin (ARB) memiliki tindakan yang berbeda dengan penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE), yang juga bertindak mempengaruhi sistem reninangiotensin[3].
Dalam mengatasi kekurangan dari penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE), penghambat reseptor angiotensin (ARB) telah dikembangkan. Adapun kekurangannya meliputi menghasilkan peningkatan reaktif dalam kadar renin dan angiotensin I, enzim yang relatif tidak spesifik[3].
Penghambat reseptor angiotensin (ARB) menawarkan yang lebih lengkap, dengan interaksinya yang secara selektif terhadap situs reseptor. Sekelompok obat dari penghambat reseptor angiotensin (ARB) telah disetujui oleh FDA dalam mengobati tekanan darah tinggi, dapat digunakan sendiri juga dapat dikombinasikan dengan obat lain[3].
Penyakit yang Diatasi dengan Penghambat Reseptor Angiotensin
Beberapa penyakit yang diatasi dengan penghambat reseptor angiotensin, meliputi[2]:
- Pengurangan Risiko Kardiovaskular
- Penyakit Ginjal Diabetik
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Tekanan darah tinggi
- Disfungsi Ventrikel Kiri
- Pencegahan Penyakit Kardiovaskular
Pengurangan risiko Kardiovaskular akan berkisar pada tekanan darah tinggi, hiperlipidemia dan diabetes. Dengan pola hidup yang sehat merupakan kunci dalam mencegah penyakit kardiovaskular[8].
Dasar pengurangan risiko penyakit kardiovaskular yaitu antara lain dengan die jantung sehat, rutin berolahraga, berhenti merokok juga menjaga berat badan agar tetap sehat[8].
Gagal jantung adalah keadaan yang tidak memungkinkan jantung terisi atau memompa dengan baik. Kerusakan atau cedera pada jantung merupakan penyebab gagal jantung[1].
Kerusakan ini dikarenakan masalah jantung lainnya yakni diabetes juga tekanan darah yang tinggi. Dan infeksi juga bisa menjadi salah satu penyebab kerusakan pada jantung[1].
Disfungsi Ventrikel Kiri terjadi jika ventrikel kiri gagal dalam mencukupi pengiriman darah ke organ vital. Kegagalan ventrikel ini dibagi menjadi gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang dipertahankan, gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang dikurangi atau gagal jantung dengan fraksi ejeksi mid-range[9].
Adapun penyebab yang paling umum dari penyakit ini adalah penyakit arteri koroner dan tekanan darah tinggi. Dan penyakit ini lebih sering terjadi oleh lanjut usia[9].
Cara Kerja Penghambat Reseptor Angiotensin
Penghambat reseptor angiotensin (ARB) bekerja dengan memblokir angiotensin II yang merupakan bahan kimia alami. Sebagai vasokonstriktor kuat, angiotensin II akan membuat pembuluh darah menyempit[2].
Penyempitan ini akan membuat aliran darah menjadi buruk melalui ginjal dan tekanan darah menjadi tinggi. Penghambat reseptor angiotensin (ARB) mengikat reseptor angiotensin II yang terdapat pada otot sekitar pembuluh darah dengan mencegah angiotensin II[2].
Sehingga pembuluh darah akan membesar, mengurangi tekanan darah dan gejala gagal jantung diperbaiki juga perkembangan penyakit ginjal akibat diabetes[2].
Pada noradrenalin angiotensin II juga memilki efek yang berkontribusi dalam vasokonstriksi dan membuat denyut jantung meningkat, dari korteks adrenal mengalmai sekresi aldosteron dan natrium yang diserap kembali juga ginjal yang mengalami retensi air[2].
Melalui Eprosartan yang bekerja dengan memblokir efek vasokonstriksi dan sekresi aldosteron dari angiotensin II dengan memblokir pengikatan angiotensin II ke reseptor AT 1 secara selektif pada banyak jaringan seperti pada otot polos vaskular dan kelenjar adrenal[4].
Melalui saluran gastrointestinal obat ini diserap, dengan ketersediaan hayati kira-kira 13% dan plasma puncaknya antara 1-2 jam. Berdistribusi dengan pengikatan protein plasma kisaran 1-2 jam[4].
Metabolisme obat ini secara minimal pada hati. Pengeluarannya melalui empedu juga urin kisaran 7% sebagai obat dan kisaran 2% sebagai asil glukuronida, dengan paruh waktu antara 5-9 jam[4].
Contoh Obat Penghambat Reseptor Angiotensin
Penghambat reseptor angiotensin tersedia dalam bentuk tablet. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Beberapa contoh penghambat reseptor angiotensin dengan resep dokter termasuk[2]:
- Eprosartan
- Olmesartan
- Valsartan
- Losartan
- Candesartan
- Telmisartan
- Irbesartan
- Azilsartan medoxomil
Eprosartan sebagai penghambat reseptor angiotensin merupakan anggota kelas imidazol dan tiofen yang digunakan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Perannya sebagai agen antihipertensi, antagonis reseptor angiotensin, xenobiotik dan kontaminan lingkungan[10].
Valsartan merupakan amida asam monokarboksilat, yang menunjukan aktivitas antihipertensi. Obat ini berperan sebagai agen antihipertensi, antagonis reseptor angiotensin, xenobiotik dan kontaminan lingkungan[11].
Irbesartan sebagai penghambat reseptor angiotensin (ARB) digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi atau nefropati diabetik. Juga digunakan dalam kombinasi dengan hidroklorotiazid yang tidak terkontrol dengan baik pada monoterapi[12].
Efek Samping Penghambat Reseptor Angiotensin
Penghambat reseptor angiotensin dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari penghambat reseptor angiotensin termasuk[5,6,7]:
- Gejala pilek
- Hidung tersumbat
- Bersin
- Sakit tenggorokan
- Pusing
- Sakit kepala
- Perasaan lelah
- Sakit perut
- Diare
- Sakit punggung
- Nyeri sendi
Apabila sedang hamil atau sedang menyusui, tidak boleh mengkonsumsi eprosartan. Karena obat ini dapat membahayakan juga dapat berakibat fatal pada bayi yang belum lahir[5].
Apabila mengalami nteri otot, nyeri tekan, atau kelemahan, terutama bila demam, kelelahan dan gelapnya warna urin, hubungi dokter segera[5].
Tidak boleh mengkonsumsi olmesartan bersamaan obat apapun yang mengandung aliskiren (obat tekanan darah), jika menderita diabetes dan penyakit ginjal[6].
Valsartan dapat menyebabkan tekanan darah menjadi sangat rendah, segera hubungi dokter jika mengalami muntah atau diare, juga bila keringat yang berlebih[7].