Sperma merupakan sel-sel yang terspesialisasi untuk membuahi sel telur. Kualitas sperma mempengaruhi secara langsung terhadap fertilisasi dan kemampuan perkembangan embrio[1, 2].
Untuk mengetahui kualitas sperma dapat dilakukan analisis semen. Hasil analisis semen abnormal dapat mengindikasikan faktor yang mempengaruhi fertilitas pria, salah satunya ialah kondisi kelainan pada sperma[3, 4].
Kelainan sperma meliputi kekurangan dalam kualitas atau kuantitas sperma yang dihasilkan dan gangguan dalam emisi sperma[10].
Daftar isi
Kelainan sperma dapat disebabkan oleh berbagai faktor penyebab, meliputi[10]:
Gejala umum dari kelainan sperma meliputi[10]:
Berikut jenis-jenis kelainan sperma[4, 5, 6, 11]:
Aspermia merupakan kondisi di mana tidak terdapat ejakulat (materi yang diejakulasikan) dan tidak terdapat sperma. Pasien dengan aspermia tidak menghasilkan cairan semen sama sekali.
Pasien dapat mengalami orgasme tapi tidak ada ejakulat yang dikeluarkan, kondisi ini disebut sebagai orgasme kering. Aspermia dapat disebabkan oleh:
Kondisi ini sangat berpengaruh pada fertilitas pria. Pada beberapa kasus, penyebab aspermia dapat ditangani sehingga masih memungkinkan pasien untuk memiliki anak kandung.
Jika pengobatan tidak membantu, dapat dilakukan biopsi testis untuk mengambil sperma yang tidak matang dari testis untuk dimatangkan di dalam laboratorium, kemudian digunakan dengan perawatan IVF-ICSI (in vitro fertilization-intracytoplasmic sperm injection).
Hipospermia ialah kondisi di mana total ejakulat rendah (kurang dari 1,5 ml cairan).
Hipospermia dapat disebabkan oleh berbagai hal yang sama dengan penyebab aspermia, tapi paling umum disebabkan oleh ejakulasi retrograde.
Ejakulasi retrograde ditandai dengan cairan semen yang masuk kembali ke dalam kandung kemih alih-alih ke uretra.
Azoospermia ialah kondisi di mana tidak terdapat sperma di dalam ejakulat. Kondisi ini disebut juga sebagai “tidak ada penghitungan sperma”.
Azoospermia merupakan bentuk berat dari infertilitas pria. Cairan semen dapat terlihat normal sehingga kondisi hanya dapat didiagnosis melalui analisis semen.
Penyebab paling umum dari azoospermia meliputi kelainan kongenital dari saluran reproduksi pria, gangguan genetik, dan obstruksi saluran seminalis.
Selain itu, beberapa infeksi ditularkan secara seksual dapat menyebabkan obstruksi yang mengarah pada azoospermia. Azoospermia juga dapat terjadi pasca perawatan kanker testikuler.
Pada kasus langka, kondisi ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, disfungsi seksual berat, atau suatu infeksi pada orkitis gondok.
Densitas sperma normal memiliki rentang dari 15 juta hingga lebih dari 200 juta sperma per ml semen. Pasien yang memiliki jumlah sperma kurang dari 15 juta per ml atau kurang dari 39 juta total sperma per ejakulat dikategorikan sebagai jumlah sperma rendah.
Oligozoospermia atau oligospermia ialah kondisi ketika jumlah penghitungan sperma lebih rendah daripada normal. Kondisi ini dapat dibedakan lagi sebagai ringan, sedang, berat, dan ekstrim.
Sering kali, ketika jumlah sperma rendah, terdapat masalah lain terkait kesehatan sperma, seperti masalah dengan gerakan sperma dan bentuk sperma.
Terdapat berbagai faktor penyebab rendahnya jumlah sperma, meliputi:
Faktor lingkungan, paparan zat kimia tertentu, dan gaya hidup sehari-hari juga dapat menyebabkan rendahnya jumlah sperma. Sebagai contoh:
Oligozoospermia merupakan alasan paling umum subfertilitas pada pria. Semakin rendah jumlah sperma, kemungkinan untuk berhasil membuahi sel telur juga semakin rendah.
Asthenozoospermia ialah kondisi ketika sebagian besar dari sperma memiliki gerakan yang tidak normal. Sperma normal bergerak dalam arah progresif, atau didefinisikan sebagai satu garis lurus atau lingkaran yang sangat besar.
Motilitas sperma yang buruk biasanya terjadi bersama dengan jumlah sperma rendah. Beberapa penyebab potensial rendahnya motilitas sperma meliputi:
Menurut sebuah studi tahun 2015, orang dengan sperma motil kurang dari 5 juta dikategorikan infertil berat, 5 hingga 20 juta sperma motil dikategorikan sebagai infertil sedang, dan lebih dari 20 juta sperma motil dikategorikan sebagai normal.
Teratozoospermia ialah ketika sebagian besar sperma memiliki bentuk abnormal. Morfologi sperma (bentuk sperma) memiliki rentang yang mengindikasikan berapa persen sperma yang dianggap normal dalam bentuk dan ukuran.
Sperma normal memiliki kepala lonjong dengan satu ekor panjang. Sperma abnormal memiliki kecacatan pada kepala atau ekor yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai dan menembus sel telur.
Memiliki sperma dengan bentuk abnormal dalam persentase besar bukan kondisi yang tidak umum. Umumnya hanya sekitar 4% hingga 10% dari sperma di dalam cairan semen yang berbentuk normal, yang berarti mayoritas dari sperma tidak memiliki bentuk yang sempurna.
Morfologi sperma yang buruk dapat memiliki berbagai penyebab genetik. Dalam kasus langka, beberapa penyebab genetik tertentu mengakibatkan semua sperma memiliki bentuk abnormal yang sama.
Contohnya ialah globozoospermia, yaitu jenis terazoospermia yang ditandai dengan kepala sperma berbentuk bulat. Kondisi tersebut disebabkan oleh mutasi genetik spesifik.
Oligoasthenoteratozoospermia ialah kondisi di mana semua parameter sperma (penghitungan jumlah, gerakan, dan bentuk) abnormal. Kondisi ini merupakan penyebab paling umum infertilitas pria. OAT dapat bersifat ringan, sedang, atau berat.
Necrozoospermia ialah kondisi di mana semua sperma mati. Kondisi ini merupakan penyebab langka dari infertilitas pria. Perawatan untuk necrozoospermia bergantung dari penyebabnya.
Pada beberapa kasus, biopsi testis dengan IVF-ICSI (In Vitro Fertilisasi- Intracytoplasmic sperm injection) dapat dilakukan.
Dalam prosedur ini, dokter mengambil sperma yang belum matang (tapi masih hidup) dari testis, lalu dipindahkan untuk dimatangkan di laboratorium untuk nantinya digunakan untuk IVF-ICSI.
Leukocytospermia yaitu adanya kandungan sel darah putih dalam jumlah besar pada cairan semen. Kondisi ini disebut juga sebagai pyospermia atau leukospermia.
Dalam leukocytospermia, sperma tidak selalu mengalami abnormalitas, tapi cairan semen yang mengandung banyak sel darah putih dapat menyebabkan kerusakan sperma, sehingga menurunkan fertilitas.
Jumlah sel darah putih yang banyak di dalam cairan semen dapat mengindikasikan infeksi. Pada beberapa kasus, dapat menjadi tanda penyakit autoimun.
Hasil analisis semen tidak normal tidak berarti bahwa pria tidak subur (infertile). Analisis semen dapat terpengaruh oleh penyakit yang diderita, kecemasan menjelang tes dilakukan, dan faktor lain, termasuk tidak melakukan ejakulasi selama tiga hingga empat hari sebelum tes[3, 4].
Dokter biasanya menganjurkan untuk melakukan satu atau dua kali tes ulang sekitar 2-3 bulan setelah tes pertama dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengonfirmasi hasil analisis abnormal[4].
Selain analisis semen, dokter dapat menyarankan pasien untuk melakukan beberapa tes lain bergantung pada hasil analisisnya. Berikut beberapa tes yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan fertilitas[4]:
Adanya masalah dalam produksi sperma normal merupakan penyebab paling umum dari infertilitas pria.
Ejakulasi retrograde, yang dapat menjadi faktor penyebab kelainan sperma, tidak berbahaya bagi kesehatan pria. Akan tetapi kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi seperti orgasme yang kurang memuaskan dan kesulitan atau ketidakmampuan menghasilkan keturunan[12, 13].
Dilansir dari Science Daily, studi oleh Alberto Ferlin, M.D., Ph.D. menunjukkkan bahwa penghitungan jumlah sperma rendah berhubungan dengan perubahan metabolik, risiko kardiovaskuler, dan massa tulang rendah[14].
Dokter dapat menganjurkan perawatan untuk meningkatkan kesehatan semen, meliputi pengubahan gaya hidup, pengobatan, atau operasi. Dokter juga dapat menganjurkan perawatan fertilitas seperti IVF atau IVF-ICSI[4, 7].
Terdapat berbadai pengubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kesehatan sperma dan seman, meliputi[7]:
Rokok dapat menyebabkan penghitungan jumlah sperma rendah dan sperma yang dihasilkan bergerak lambat. Merokok marijuana atau menggunakan obat terlarang juga sebaiknya dihindari, karena sperma dapat rusak akibat kokain, ganja, dan amphetamine.
Alkohol terbukti dapat menurunkan produksi sperma dan menyebabkan abnormalitas sperma.
Studi tahun 2010 menunjukkan bahwa konsentrasi dan jumlah sperma mengalami sedikit penurunan pada pria yang mengkonsumsi kafein dan soda dalam jumlah tinggi.
Stres berkaitan dengan produksi sperma abnormal. Pasangan yang mencoba menghasilkan keturunan sebaiknya menyisihkan waktu untuk menahan energi dan ketegangan.
Untuk produksi sperma optimal, testis hendaknya memiliki temperatur yang lebih rendah daripada temperatur tubuh.
Cara membantu temperatur panas berlebih, pria sebaiknya membatasi mandi dengan air panas, sauna, serta menghindari memangku laptop terlalu lama.
Konsumsi makanan sehat dianjurkan kaya akan sayuran, buah, dan gandum. Selain makanan, disarankan untuk banyak minum air putih dan mencegah dehidrasi.
Dianjurkan melakukan olahraga secara rutin setiap hari, setidaknya selama 30 menit. Olahraga dapat berupa aktivitas fisik seperti berjalan kaki, lari, renang, atau bersepeda.
Beberapa zat yang berbahaya bagi semen meliputi paparan radiasi, asap organik, pestisida, racun dan pelarut lain.
Berbagai produk suplemen yang ditujukan untuk membangun massa otot dapat mengganggu fertilitas dengan menghentikan produksi semen.
Obat membantu memperbaiki abnormalitas hormonal. Pasien yang menerima pengobatan steroid dan testosterone dapat diresepkan obat lain sebagai pengganti untuk mengoptimalkan produksi sperma.
Konsumsi obat dapat membantu pasien dengan masalah ejakulasi atau ereksi. Jika terdapat tanda infeksi, dapat diresepkan antibiotik[4, 7].
Berikut tiga prosedur operasi paling umum untuk membantu meningkatkan produksi semen atau untuk memungkinkan pengambilan sperma untuk IVF[7]:
Varikokel ialah pembesaran pembuluh vena di dalam skrotum yang dapat mengarah pada parameter semen abnormal. Operasi biasanya dilakukan dengan teknik mikroskopik untuk menangani vena yang terdampak.
Pembalikan vasektomi merupakan operasi untuk membatalkan vasektomi dan menghubungkan kembali saluran yang membawa sperma dari testis ke dalam semen.
Tingkat keberhasilan prosedur ini memiliki kisaran dari 40-90%. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan meliputi lama waktu sejak vasektomi, hasil pemeriksaan fisik sebelum pembalikan, usia pasangan, dan pengalaman serta pelatihan dokter bedah.
Pada kasus di mana obstruksi tidak dapat diperbaiki dengan operasi atau jika produksi semen terdampak secara signifikan, dokter perlu mengambil sperma secara langsung dari testis atau epididymis menggunakan teknik pengambilan sperma.
Sperma yang diambil kemudian dapat digunakan untuk teknologi reproduksi artifisial seperti IVF (in vitro fertilization), yang dapat diikuti dengan ICSI (intracytoplasmic sperm injection).
Kelainan sperma dapat disebabkan berbagai faktor genetik dan lingkungan/gaya hidup. Kelainan sperma yang disebabkan oleh faktor genetik tidak dapat dicegah. [8]
Namun beberapa kiat dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kelainan sperma. Berikut beberapa kiat untuk mencegah kelainan sperma[8, 9]:
1. Kristina Lasiene. Assessment of Human Sperm Cells Morphological Parameters. Intech Open; 2017.
2. Noritaka Hirohashi and Yoko Iwata. The Different Types of Sperm Morphology and Behavior within a Single Species. Communicative & Integrative Biology; 2013.
3. Sevann Helo, MD. Abnormal Sperm Morphology: What Does It Means? Mayo Clinic; 2020.
4. Rachel Gurevich, RN, reviewed by Leyla Bilali, RN. What If Your Semen Analysis Results Are Abnormal? Very Well Family; 2020.
5. Dr. Jeffrey Steinberg. Sperm and Semen Testing and Evaluation. The Fertility Institute; 2002.
6. Carrie Madormo, reviewed by Racher Tavel. How Does Sperm Morphology Affect Fertility? Healthline; 2017.
7. Anonim. Abnormal Semen Analysis. Urology Associates; 2020.
8. Cashmere Lashkari, B.Sc, reviewed by Afsaneh Khetrapal, B.SC. Preventing Male Infertility. News Medical; 2020.
9. Dr. Michael Roizen, MD. What Can I Do to Help Avoid Abnormal Sperm? Share Care; 2020.
10. Robert W. Rebar, MD. Sperm Disorders. Merck Manual, Professional Version; 2020.
11. Anonim. Low Sperm Count. Mayo Clinic; 2020.
12. Anonim. Male Infertility. John Hopkins Medicine; 2020.
13. Anonim. Retrograde Ejaculation. Mayo Clinic; 2019.
14. The Endocrine Society. "Low Sperm Count Not Just a Problem for Fertility: New Research Links Sperm Count to Other Health Problems." ScienceDaily. ScienceDaily; 2018.