Secara global tercatat sekitar 1 juta kasus kriptokokosis yang dilaporkan setiap tahunnya mengakibatkan kematian sekitar 625.000. [4]
Di Amerika Serikat, kejadian kriptokokosis diperkirakan mencapai sekitar 0,4-1,3 kasus per 100.000 penduduk dan 2-7 kasus per 100.000 pada orang yang terkena AIDS dengan rasio fatalitas kasus sekitar 12%. [4]
Di Indonesia sendiri belum ada data yang dapat menunjukkan angka kejadian kriptokokosis secara nasional di Indonesia.
Daftar isi
Kriptokokosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur dari genus Cryptococcus yang menginfeksi manusia dan hewan, atau juga bisa terjadi akibat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. [2, 3]
Ada dua spesies jamur Cryptococcus penyebab kriptokokosis yaitu C. neoformans dan dan gattii. [1, 2, 3]
Dari keduanya yang paling sering menginfeksi adalah C. neoformans yang sebagian besar menginfeksi pasien dengan sistem kekebalan tubuh lemah. [1, 2, 3]
Tinjaun Kriptokokosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur, umumnya dialami oleh orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Kriptokokosis adalah infeksi dengan jamur Cryptococcus neoformans dan Cryptococcus gattii. C gattii biasanya terjadi pada orang sehat tanpa sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Kondisi ini sering terjadi di beberapa wilayah di dunia seperti Pasifik Barat Laut Amerika Serikat, British Columbia di Kanada, Asia Tenggara, dan Australia. [1, 2]
Sementara C. neoformans biasanya menginfeksi orang yang mengalami gangguan kekebalan. Pada manusia, C. neoformans menyebabkan tiga jenis infeksi: [1]
Berikut ini adalah sejumlah fakta menarik kriptokokosis: [1] [2] [3] [5] [6]
Siapa yang paling berisiko mengalami kriptokokosis?
Kriptokokosis paling sering dialami oleh orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti mereka yang menderita: [3]
Meski begitu orang – orang yang tidak memiliki masalah sistem kekebalan atau sehat sekalipun juga dapat menderita kriptokokosis. [3]
Penyebab utama kriptokokosis adalah infeksi oleh C. neoformans dan C. gattii . Kedua spesies ini memiliki beberapa jenis (serotipe) polisakarida kapsuler berbeda yang menyebabkan sebagian besar kriptokokosis manusia (A, D, dan AD untuk C. neoformans ; B dan C untuk C. gattii ). Tiga strain C. gattii yang paling sering ditemukan menyebabkan kriptokokosis adalah strain VGlla, VGllb, dan VGllc. [3]
Tanda munculnya kriptokokosis di suatu daerah adalah meningkatnya diagnosis penyakit pada hewan, terutama hewan peliharaan. Meskipun hewan tidak menularkan penyakit kepada manusia, penyakit tersebut menunjukkan kemungkinan terpaparnya manusia terhadap Cryptococcus.
Orang-orang yang memiliki masalah paru-paru atau SSP (otak atau sistem saraf pusat ) jika telah mengunjungi atau mendiami daerah di mana hewan terinfeksi harus segera diperiksa untuk menguji penyakit tersebut. [2, 3]
Mayoritas gejala kriptokokosis terjadi di paru-paru , otak, atau bahkan terjadi pada keduanya di paru-paru dan juga otak. Berikut ini adalah gejala-gejala utama dari kriptokokosis: [2, 3]
Beberapa orang mungkin mengalami perubahan kulit (ruam, pustula, nodul, bisul). [3]
Kapan harus ke dokter?
Ketika gejala-gejala yang telah disebutkan diatas terjadi dan tidak memiliki sumber yang jelas (misalnya, pilek, sindrom virus, infeksi bakteri), Anda harus konsultasikan kondisi Anda ke dokter, terutama jika Anda tinggal di daerah yang berisiko tinggi atau telah mengunjungi daerah di mana hewan dan manusia telah didiagnosis dengan kriptokokosis.
Orang yang memiliki sistem imun rendah (misalnya, orang dengan HIV , pasien kanker, pasien kemoterapi) berisiko lebih tinggi untuk mengidap komplikasi (meningitis, koma, kematian) dari kriptokokosis sehingga mereka harus mencari perawatan segera jika gejalanya berkembang. [2, 3]
Pada pasien yang memiliki penyakit AIDS dan penyebab merendahnya sistem imun lain yang terinfeksi C neoformans, penyembuhan seringkali tidak bisa dilakukan, dan pasien memerlukan terapi seumur hidup. [5]
Pada pasien yang memiliki sistem imun rendah, angka kematian secara keseluruhan setelah pengobatan meningitis kriptokokus adalah sekitar 25% -30%. Dari pasien tersebut yang mampu bertahan hidup, 40% memiliki defisit neurologis yang signifikan, termasuk kehilangan penglihatan, penurunan fungsi mental, hidrosefalus, dan kelumpuhan saraf kranial. Relaps atau kambuhnya kembali penyakit terjadi pada sekitar 20% -25% pasien. [5]
Beritahukanlah kepada dokter Anda jika Anda pernah berkunjung ke daerah berisiko terkena paparan Cryptococcus berisiko seperti lokasi penebangan, wilayah tropis, atau Pacific Northwest (Pulau Vancouver, Washington, atau Oregon) atau memiliki hewan peliharaan terinfeksi atau Anda pernah mengunjungi daerah yang sama dengan pasien telah didiagnosis dengan kriptokokosis. Riwayat medis ini akan sangat membantu Dokter Anda dalam mendiagnosis penyakit Anda. [2, 3]
Dalam diagnosis dokter dapat menggunakan sinar-X untuk melihat beberapa tanda seperti lesi kulit, atau bahkan lesi paru atau tulang apakah tetapi tanda-tanda tesebut juga terdapat pada penyakit lain misalnya, histoplasmosis, toksoplasmosis, tuberkulosis. CT scan atau MRI otak dapat menunjukkan area fokus dari kemungkinan infeksi di otak, tetapi banyak penyakit lain yang menunjukkan hal serupa.
Namun, melalui pengujian serologis cairan tulang belakang yang diperoleh dengan menusuk tulang belakang dan darah dapat membuktikan dugaan kriptokokosis jika orang tersebut memiliki gejala kriptokokosis. [3]
Diagnosis pasti kriptokokosis tergantung pada hasil isolasi jamur dari jaringan pasien yang terinfeksi, cairan tubuh atau hasil identifikasi organisme dalam sampel biopsi jaringan. Pengujian imunologis lebih lanjut seperti tes PCR untuk bahan genetik jamur dapat mengidentifikasi apakah infeksi yang diderita disebabkan oleh C. neoformans atau C. gattii . [3]
Pengobatan tergantung pada kondisi keseluruhan pasien apakah pasien menderita penyakit tertentu (misalnya, HIV/AIDS, imunokompeten, memiliki lesi otak atau hanya lesi paru) dan sejauh mana infeksi kriptokokus (organ tunggal atau multipel keterlibatan organ).
Sebagian besar ahli telah menyarankan bahwa spesialis penyakit menular harus membantu memandu pengobatan jangka panjang yang sering dilakukan dengan menggunakan berbagai obat antijamur. [3]
Beberapa pasien tertentu memerlukan adanya operasi untuk mengurangi atau menghilangkan massa jamur (cryptococcoma). Tujuan dilakukannya pengobatan adalah untuk menghilangkan jamur.
Namun, pada beberapa pasien pengobatan tidak mampu menghilangkan jamur, sehingga mereka memerlukan obat seumur hidup untuk menekan pertumbuhan jamur atau reaktivasi. Tidak ada perbedaan perawatan untuk pasien yang terinfeksi C. neoformans dan C. gattii . [3]
Pasien yang sistem imunnya normal biasanya perlu dirawat dengan amfoterisin B saja (sekitar enam hingga 10 minggu) atau dikombinasikan pengobatannya dengan flucytosine (sekitar dua minggu). Pengobatan ini kemudian diikuti oleh pemberian flukonazol selama setidaknya 10 minggu tambahan. Pemberian obat tersebut berguna untuk otak dan infeksi paru-paru yang parah.
Terapi antijamur biasanya diperpanjang sampai cairan tulang belakang negatif pada pasien dengan infeksi otak, dan lesi paru-paru harus menunjukkan penurunan ukuran sebagai tanda bahwa terapi berhasil dilakukan.
Infeksi ringan pada paru dapat sembuh tanpa pengobatan tetapi kondisinya harus dipantau untuk memastikan reaktivasi atau kemajuan infeksi tidak terjadi.
Pasien dengan immunocompromised diberikan pengobatan yang sama tetapi biasanya hanya dengan obat (IV) yang diberikan secara intravena pada awal pengobatan, dan lamanya pengobatan dapat berkisar dari satu hingga dua tahun hingga seumur hidup terapi supresif.
Pemeriksaan medis rutin diperlukan untuk menentukan apakah kriptokokosis dapat timbul kembali atau lesi bertambah besar.
Agar perawatan berjalan optimal dianjurkan konsultasi dengan ahli penyakit menular. Selain itu, ahli tersebut biasanya dapat mengetahui adanya perubahan protokol pengobatan baru yang dapat bermanfaat bagi pasien. [3]
Untuk dapat mencegah kriptokokosis, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut ini seperti: [3, 7]
1) Vanessa Ngan. 2005. dermnet nz. Cryptococcosis
2) Anonim. 2020. MedicineNet. Cryptococcus (Cryptococcosis)
3) Charles Patrick Davis, MD, PhD. 2019. emedicinehealth. Cryptococcosis
4) Pradeep Kumar Mada, Radia T. Jamil, Mohammed U. Alam. 2019. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine. Cryptococcus (Cryptococcosis)
5) John W King, MD. 2018. Emedicine.medscape. Cryptococcosis
6) Thomas Harrison. 2020. gaffi.org. GAFFI Fact Sheet. Cryptococcal meningitis
7) Juliet Cohen. 2020. Street directory. Cryptococcosis - Prevention Tips and Treatment Methods