Daftar isi
Melati (Jasminum) merupakan jenis tanaman berbunga dari keluarga Oleaceae. Melati adalah tanaman yang tumbuh subur di wilayah subhimalaya dan sekitar daerah hutan hujan.[1,3]
Melati merupakan tanaman yang terkenal akan mahkota bunganya yang indah dan harum. Bunga melati sudah digunakan sebagai bahan pembuat mahkota, sesajen, dan riasan rambut bagi wanita di negara sekitar Asia seperti India dan Indonesia.[2]
Masyarakat di wilayah Asia juga sudah mempergunakan tanaman melati sebagai obat tradisional. Tanaman tersebut digunakan dalam mengobati gangguan hati, nyeri haid, penyakit kulit dan sebagai bahan kecantikan.
Para ahli terapi juga percaya bahwa minyak melati berfungsi sebagai penghilang stress, menghilangkan kecemasan, rasa sakit, dan meningkatkan stamina.[3]
Melati adalah tanaman merambat yang tumbuh dengan batang yang tegak. Melati memiliki daun yang berbentuk oval dan tumbuh saling berlawanan dengan panjang 5-12.5 sentimeter.
Terdapat 7-11 daun dalam satu batang dengan ukuran daun paling bawah sebesar 3.8 sentimeter, sehingga lebih besar dibandingkan daun bagian atasnya.
Melati memiliki bunga dengan ukuran diameter 3-3.8 sentimeter, berwarna putih, dan kadang disertai warna merah muda. Daun pelindung bunga berukuran 5-10 milimeter. Kelopak bunga berukuran 1.8-2.5 sentimeter, sebanyak 5 buah dalam satu bunga, berbentuk elips dan memiliki bau yang harum.[4,5]
Berikut kandungan gizi dalam 100 gram bunga melati segar.[1,12]
Kandungan | Jumlah | Satuan |
Abu total | 10.89 | % |
Abu larut asam | 1.29 | % |
Air | 85 | % |
Serat kasar | 18 | % |
Flavonoid | 20-30 | mg |
Fenol | 20.64 | mg GAG |
Melati kaya akan kandungan flavonoid, alkaloid, dan tanin. Flavonoid dan alkaloid bekerja sebagai sumber antioksidan, sedangkan tanin bekerja sebagai agen anti mikroba (bakteri dan jamur).[1,10]
1. Bersifat anti bakteri
Ekstrak bunga, daun, dan batang melati memiliki kemampuan melawan pertumbuhan bakteri. Studi yang ditulis dalam Indo American Journal of Pharmaceutical Science menunjukkan bahwa ekstrak melati dapat membunuh beberapa jenis baktei patogen.
Beberapa jenis bakteri tersebut adalah E. coli, S. aureus, dan Salmonella sp. Ketiga bakteri tersebut dikenal menyebabkan penyakit pada saluran pencernaan.[1]
2. Membantu mengobati jerawat
Ekstrak daun dan bunga melati memiliki kemampuan dalam menyembuhkan jerawat pada kulit wajah. Hal ini disebabkan oleh kandungan flavonoid dan alkaloid yang tinggi dalam ekstrak melati.
Senyawa fitokimia tersebut sudah terbukti dapat mengurangi pertumbuhan P. acne, yaitu mikroba yang berperan dalam proses pembentukan jerawat.
Selain itu, kandungan antioksidan yang tinggi pada ekstrak melati mengurangi dampak radikal bebas pada kulit, sehingga mencegah terjadinya kerutan dan penuaan dini.[1]
3. Sumber antioksidan
Kandungan senyawa fitokimia seperti flavonoid, alkaloid dan fenol dalam melati membuat tanaman tersebut kaya akan aktivitas antioksidan.
Aktivitas antioksidan berperan penting dalam mencegah radikal bebas menyerang sel-sel dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara berikatan dengan radikal bebas, sehingga mencegah terjadinya kerusakan sel atau pembentukan sel-sel kanker.[1]
Radikal bebas adalah senyawa dari luar atau dalam tubuh yang dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel sehat.[1]
4. Agen anti peradangan
Peradangan merupakan proses yang terjadi pada tubuh akibat luka atau infeksi mikroba. Gejala dari peradangan meliputi rasa nyeri, bengkak, panas, dan kemerahan.
Batang dan daun ekstrak melati memiliki kemampuan mengurangi gejala peradangan. Kandungan senyawa fitokimia dalam melati mampu menghambat histamin dan prostaglandin, yaitu senyawa pencetus rasa nyeri dan bengkak.[1]
5. Membantu penyembuhan luka luar
Ekstrak melati dalam bentuk salep dosis 200-400 mg/ kg berat badan memiliki kemampuan mempercepat proses penyembuhan luka pada kulit.
Ekstrak melati mengandung senyawa flavonoid yang bekerja pada beberapa faktor. Pemberian ekstrak tersebut menyebabkan peningkatan kontraksi luka dan mempercepat proses pembentukan sel-sel epitel baru disekitar luka.
Selain itu, flavonoid bersifat bakterisidal sehingga menghambat infeksi bakteri pada daerah luka. Flavonoid juga menghambat kerja histamin sehingga mengurangi rasa nyeri sekitar luka.[1]
6. Sebagai anti depresan
Depresi disebabkan oleh ketidakseimbangan berbagai hormon dalam tubuh dan dipengaruhi oleh faktor internal maupun lingkungan. Akibat depresi adalah penurunan aktivitas dan pandangan yang pesimis.
Ekstrak melati memiliki kemampuan dalam mengontrol depresi. Senyawa dalam melati mampu meninigkatkan produksi dopamin dalam otak. Peningkatan kerja dopamin merupakan cara yang efektif untuk mengurangi depresi.[9]
7. Sebagai agen penghilang rasa lelah
Ekstrak minyak bunga melati memiliki kemampuan menurunkan perasaan negatif seperti pesimis, lelah, dan mengantuk. Menghirup minyak aromaterapi berbahan bunga melati akan membuat tubuh terasa lebih segar, aktif, dan juga meningkatkan nafsu seksual.[6]
8. Membantu menurunkan gula darah
Manajemen level gula darah sangat penting dalam kasus komplikasi diabetes mellitus. Pengobatan terkini adalah dengan menghambat produksi alfa amilase dan alfa glukosidase, sehingga menghambat penyerapan karbohidrat oleh tubuh.
Agen penghambat penyerapan karbohidrat sintetik, yaitu acarbose dan miglitol, telah dilaporkan menimbulkan efek samping seperti diare, kembung, kram, dan nyeri perut.
Agen penghambat penyerapan karbohidrat seperti ekstrak daun melati memiliki kemampuan yang sama, tetapi tidak menimbulkan efek samping, sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif yang lebih aman.[7]
9. Mengobati tukak lambung
Tukak lambung adalah luka pada bagian dalam dinding lambung yang disebabkan oleh tingginya asam lambung atau karena infeksi bakteri. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada bagian ulu hati.
Ekstrak daun dan batang melati memiliki senyawa tanin dan flavonoid. Senyawa tersebut memiliki kemampuan dalam mempercepat perbaikan lapisan dinding lambung dan menghambat pertumbuhan bakteri.[8]
10. Bersifat anti jamur
Ekstrak bunga melati memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen seperti jamur penyebab keputihan dan jamur Malassezia sp.
Kadungan senyawa tanin dan sambacin bekerja sebagai agen anti mikroba. Kedua senyawa bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding jamur. Kandungan lain yang membantu menghambat pembentukan jamur adalah minyak esensial linalool.[10]
Malassezia sp.adalah jenis jamur yang menyerang kulit, rambut dan kuku dan merupakan penyebab utama ketombe. Hal ini dikarenakan jamur tersebut tumbuh cepat pada area yang berminyak, seperti sekitar kelenjar minyak.[10]
11. Mencegah terbentuknya batu kandung kemih
Batu kandung kemih terjadi akibat penumpukan kristal batu dalam kantong kemih. Proses tersebut dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil, luka, hingga infeksi pada saluran perkemihan.
Ekstrak daun dan bunga melati memiliki sifat diuretik, yaitu memperlancar proses buang air kecil. Efek tersebut menyebabkan batuan yang masih sangat kecil ikut keluar bersamaan dengan air kencing, sehingga mencegah terbentuknya kembali batu kandung kemih.[11]
12. Mencegah terbentuknya kanker
Salah satu penyebab kanker adalah sel-sel tubuh yang terpapar oleh radikal bebas (polusi, asap, bahan kimia berbahaya), sehingga sel-sel tersebut berubah menjadi bentuk yang tidak normal.
Kandungan flavonoid dan alkaloid pada batang, daun dan bunga melati memiliki kemampuan dalam mencegah terbentuknya sel-sel kanker. Flavonoid memiliki kemampuan berikatan dengan radikal bebas dan mencegah terbentuknya malondialdehida berlebih dalam tubuh.[1]
Malondialdehida adalah senyawa yang dapat merusak sel-sel sehat dalam tubuh dengan cara merusak dinding sel, serta dapat merubah bentuk sel normal menjadi sel kanker.[1]
1. Dapat menyebabkan infertilitas
Ekstrak kelopak bunga melati segar memiliki efek anti fertilitas. Senyawa dalam melati memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar hormon progesteron yang berfungsi mempertahankan perlekatan janin di rahim.
Dosis ekstrak kelopak bunga melati segar diatas 500 mg/ kg berat badan menunjukkan kemampuan mencegah perlekatan buah janin di rahim.[1]
2. Mengurangi produksi ASI
Bunga melati memiliki kemampuan menghambat produksi air susu ibu. Senyawa fitokimia dalam melati menghambat kerja hormon prolaktin, yaitu hormon yang berfungsi menghasilkan air susu.[1]
3. Overdosis ekstrak bunga melati
Studi toksisitas ekstrak bunga melati yang dipublikasikan oleh Indo American Journal of Pharmaceutical Science menunjukkan bahwa dosis LD50 ekstrak bunga melati adalah diatas 5.000 mg/ kg berat badan.[1]
LD50 atau Lethal Dose 50 merupakan dosis suatu bahan yang dapat menyebabkan kematian sebanyak 50% hewan coba dalam suatu penelitian.[1]
1. Menggunakan pasta daun melati
Daun-daun melati segar dibersihkan dengan air lalu digerus menggunakan mortar hingga membentuk pasta. Pasta tersebut diaplikasikan pada bagian kulit yang gatal atau memar.[3]
2. Membuat ekstrak daun melati
Daun-daun melati segar dibersihkan kemudian digerus hingga halus. Hasil gerusan daun melati dimasukkan kedalam mesh atau penyaring untuk mengambil air perasannya. Air perasaan dapat diminum untuk menyembuhkan batuk atau mengatasi gangguan pencernaan.[3]
3. Membuat pasta akar melati
Akar melati dicuci hingga bersih lalu dikeringkan. Akar kemudian digerus atau ditumbuk hingga membentuk pasta. Pasta dapat diaplikasikan bersamaan dengan obat luar lain pada bagian tubuh yang mengalami cedera tulang.[3]
4. Membuat air rebusan bunga melati
Bunga-bunga melati segar dibersihkan dari kotoran dan serangga lalu dikeringkan di tempat teduh. Bunga yang sudah kering kemudian dimasukkan kedalam air mendidih dan direbus hingga warna air berubah kecoklatan.
Air hasil rebusan dapat digunakan untuk membilas wajah dan mata yang mengalami kemerahan atau mata yang membengkak. Air rebusan juga dapat diminum untuk meningkatkan antioksidan tubuh dan mencegah kanker.[3]
5. Mengonsumsi langsung daun melati
Daun-daun melati dibersihkan dengan air mengalir hingga bersih lalu dikeringkan. Daun-daun segar dapat langsung dikunyah untuk menangani kasus luka dan sariawan pada dinding mulut bagian dalam.[3]
Bunga melati memiliki masa penyimpanan hanya 12-30 jam di habitat aslinya, sehingga diperlukan teknik penyimpanan khusus agar bunga melati dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Bunga-bunga melati segar yang baru dipetik dibersihkan dari serangga atau kotoran yang masih melekat di sekitar kelopaknya. Bunga kemudian dimasukkan ke dalam plastik berbahan dasar polypropylene film.
Usahakan agar tidak ada udara atau oksigen ketika memasukkan bunga melati dalam plastik tersebut. Oksigen akan menyebabkan kelopak bunga cepat berubah warna menjadi kecoklatan. Dapat juga ditambahkan gas NO ke dalam plastik.
Bunga yang sudah dimasukkan ke dalam plastik yang isinya minim udara atau berisi gas NO kemudian disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2 derajat celcius. Penyimpanan dengan cara tersebut akan memperpanjang masa penyimpanan bunga selama 2 minggu.[2]
Tanaman melati merupakan tanaman dengan berbagai manfaat. Namun, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan ahli medis sebelum menggunakan tanaman tersebut sebagai obat alternatif agar menghindari efek samping yang mungkin terjadi.
1. Ali Esmail Al-Snafi. Pharmacology and Medicinal Properties of Jasmine Officinale-A review. 5(4): 2191-2197. Indo American Journal of Pharmaceutical Science; 2018.
2. A. Singh, B.K. Dhaduk, adn T. Ahlawat. Storage of Jasmine (Jasmine sambac) in Passive MAP. 847(847): 321-326. Acta Horticulturae; 2009.
3. S. Sabharwal, S. Sudan, V. Ranjan. Jasminum Sambac Linn (Motia): A Review. 2(5): 108-130. International Journal of Pharmaceutical; 2013.
4. Rakesh R Shukla. Jasminum Officinale Linn- Ayurvedic Aproach. 3(1): 1114-1119. International Journal Of Ayurvedic And Herbal Medicine; 2013.
5. Nafees Ahmed, Yousef A. Hanani, Shabana Y. Ansari, Sirajudheen Anwar. Jasmine ( Jasminum sambac L., Oleaceae) Oils. 1: 487-494. Academic Press, San Diego; 2016.
6. Winai Sayowan, Vorasith Siripornpanich, Tapanee Hongratanaworakit, Naiphinich Kotchabhakdi, Nijsiri Ruangrungsi. The effects of jasmine Oil inhalation on brain wave activies and emotions. 27(2): 73-77. Journal of Health Research; 2013.
7. Prachee Dubey, Ayushi Tiwari, Amrita Srivastava and Geeta Watal. Impact of Jasminum Officinale Fraction as Enzyme Inhibitors. 8(2): 79-84. International Journal of Pharmacy and Biological Sciences; 2018.
8. Hunasagi B.S., Kalyane N.V., and Somashekhar M. Phyto chemical investigation & anti-ulcer activity of Jasminum grandiflorum. 7(4): 2201-2203. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry; 2018.
9. Krishnaveni A., Lavanya Y., Pradeepthi Ch., Bindu P., Santh Rani Thaakur. Antidepressant Like Effect of Jasminum Sambac- Investigation of Involvement of Monoaminergic. 3(6): 755-770. World Journal of Pharmaceutical Research; 2014.
10. Dayang Fredalina Basri. Antifungal Activity of Jasminum sambac Against Malassezia sp. and non-Malassezia sp. Isolated from Human Skin Samples. 1:1-7. The Journal of Mycology; 2014.
11. Yogendr Bahuguna, Mohan Singh Maniyari Rawat, Vijay Juyal, Vikas Gupta. Antilithiatic effect of flowers of Jasminum Auriculatum Vahl. 3(2):155-158. International Journal of Green Pharmacy; 2009.
12. Jingyun Zheng, Xiaoming Yu, Meenu Maninder & Baojun Xu. Total phenolics and antioxidants profiles of commonly consumed edible flowers in China. 21(1): 1532-2386. International Journal of Food Properties; 2018.