Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Opioid adalah golongan obat narkotika yang digunakan sebagai penghilang nyeri. Obat ini dapat memberikan efek samping serius jika tidak digunakan dengan benar. Opioid biasa digunakan untuk mengatasi nyeri
Narkotika disebut juga dengan opioid yang sangat penting untuk perawatan medis. Narkotika digunakan sebagai penghilang rasa sakit yang dikenal dengan analgesik narkotik. Obat ini mengandung beberapa jenis obat opioid sebagai pereda rasa tidak nyaman seperti keseleo pada pergelangan kaki, pencabutan gigi, atau setelah operasi besar[1].
Narkotika menghasilakn analgesik (pereda rasa nyeri), narkosis (keadaan pingsan atau tidur), dan adiksi (ketergantungan fisik pada obat). Pada sebagian orang, narkotika juga dapat menimbulkan euforia, yaitu perasaan sangat gembira[1].
Daftar isi
Analgesik narkotik atau pereda rasa nyeri adalah salah satu fungsi dari narkotika yang telah digunakan untuk semua jenis nyeri, yang mengakibatkan banyak orang kecanduan menggunakan obat pereda nyeri. Penggunaan analgesik narkotika yang paling tepat adalah untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat intens dengan jangka pendek, seperti setelah operasi atau kondisi medis lainnya[1].
Berikut ini fungsi dan kegunaand dari narkotika[2] :
Analgesik narkotik dapat menghilangkan rasa sakit dikarenakan kanker, perawatan paliatif atau perawatan akhir hidup. Obat ini hanya digunakan untuk mengobati jenis dengan nyeri kronis lainnya.
Berikut beberapa penyakit yang bisa di atasi dengan Narkotika, diantaranya[1] :
Narkotika sebagai obat penghilang rasa sakit bekerja dengan cara mengurangi rangsangan pada saraf yang menimbulkan rasa sensasi nyeri. Narkotika dapat mengikat reseptor khusus di otak seperti sistem sara pusat dan di area lain pada tubuh seperti saraf tepi contohnya pada saluran pencernaan yang disebut dengan reseptor opioid[1].
Reseptor opioid membantu membuka saluran kalium yang menyebabkan hiperpolarisasi. Reseptori ini juga dapat memblokir saluran kalisum dan melepaskan neurotransmitter rangsangan seperti zat P yang terlibat dengan rasa sakit[1].
Obat opioid mengikat pada reseptor opioid di otak, sumsum tulang belakang, dan area tubuh lainnya sehingga memberik efek rasa tidak sakit. Obat narkotika digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga parah, dimana penggunaan obat lainnya tidak merespon dengan baik terhadap jenis obat nyeri lainnya[3].
Narkotika atau opioid menempel pada protein yang disebut dengan reseptor opioid pada bagian sel saraf di otak, sumsum tulang belakang, dan bagian tubuh lainnya. Opioid bekerja dengan cara memblokir rasa sakit dari dalam tubuh melalui sumsum tulang belakang ke otak[4].
Dengan kemanjuran dalam mengatasi rasa nyeri secara efektif, opioid ternyata bisa menyebabkan kecanduan yang sangat tinggi. Kecanduan yang sangat tinggi bisa digunakan untuk mengatasi rasa nyeri kronis dalam jangka waktu yang sangat lama[4].
Narkotika bekerja dengan mengikat reseptor di otak yang dapat menghalangi rasa sakit. Tidak dianjurkan menggunakan obat narkotika selama lebih dari 3 sampai dengan 4 bulan[5]. Salah satu turunan dari narkotika yaitu opium poppy memiliki cara kerja yang sama pada otak. Semua jenis narkotika bekerja dengan melalui sistem saraf pusat yaitu pada otak dan sumsum tulang belakang[6].
Di otak, obat ini dapat mengikat reseptor opioid tertentu seperti pada sel-sel otak yang menggunakan pembawa pesan elektrokimia GABA seperti asam gamma-aminobutyric yang berfungsi berkomunikasi satu dengan yang lain[6].
Terdapat 3 subtipe utama respetor opioid yaitu mu, delta, dan kappa. Untuk reseptor mu memiliki jumlah reseptor opioid 25 hingga 50. Walaupun memiliki banyak jaringan reseptor di dalam otak, setiap reseptor terlokalisasikan di wilayah otak yang berbeda dan memiliki jalur komunikasi masing-masing[6].
Opioid sebagai obat pereda rasa nyeri sedangkan opioid endogen bekerja dengan mengikat reseptor untuk mengurangi rasa sakit, seperti timbulnya rasa stres. Untuk semua analgesik narkotik yang dapat timbul dengan cara internal dan obat-obatan narkotika, memiliki afinitas yang tinggi dengan respon yang sangat besar[6].
Analgesik narkotika bekerja pada bagian tingkatan sumsum tulang belakang sebagai perangsang serabut saraf yang memberikan sinyal nyeri yang buruk pada otak. Obat ini juga dapat memberikan efek yang sangat kuat pada bagian batang otak untuk memberikan sinyal ke bagian sumsum tulang belakang agar dapat mengurangi transmisi rasa sakit. Selain itu, dapat juga mengurangi persepso rasa sakit secara sadar[6].
Khasiat dan fungsi narkotika yang menjadikan sebagai obat penghilang rasa sakit yang sangat baik, membuat obat ini ketagihan bagi beberapa penggunanya. Obat analgesik opioid menghasilkan euforia yang didapat dari reseptor mu seperti rasa nyeri[6].
Narkotika tersedia dalam bentuk kapsul yang hanya di dapat dari resep dokter dan tidak di jual di apotik. Berikut contoh obat dari narkotika[1] :
Untuk obat kombinasi analgesik narkotika adalah obat yang memiliki kandungan analgesik narkotik dengan penggolongan lain asetaminofen, ibuprofen atau aspirin. Obat ini digunakan untuk mengobati rasa nyeri sedang hingga parah[1].
Alasan mengapa dokter perlu menangani obat pereda nyeri dengan sangat cermat karena obat tersebut dapat menyebabkan efek samping. Berikut ini efek samping umum dari narkotika[1,3]:
Gejala overdosis untuk narkotika[3]:
Opioid dapat membuat perbedaan bagi sebagian orang dengan rasa nyeri sedang hingga parah. Opioid bisa juga digunakan sebagai terapi yang efektif selama menggunakannya dengan aman mengikuti petunjuk dokter[3].
Semua obat opioid berinteraksi dengan reseptor opioid pada bagian sel saraf di dalam tubuh terutama pada otak. Pereda opioid pada umumnya sangat aman di minum dalam waktu singkat dan sesuai dengan dokter. Akan tetapi, selain menghasilkan euforia dan pereda nyeri, obat ini dapat disalahgunakan dengan minum dalam jumlah yang lebih besar dari yang ditentukan[7].
Tanpa adanya resep daridokter atau di resepkan dapat menyebabkan ketergantungan dan disalahgunakan sehingga overdosis sampai dengan kematian[7]. Orang menggunakan narkoba sekali ataupun berkali-kali dan tidak menjadi kecanduan, sebagian orang mungkin saja overdosis saat penggunaan pertama. Kecanduan narkoba pada setiap orang berbeda-beda [1].
Simpan narkotika dengan aman dan gunakan dengan resep dokter. Jauhkan dari jangkauan anak-anak, hewan peliharaan dan remaja. Jika perlu, kunci obat tersebut dengan aman di dalam lemari[1].
1) Anonim. Drugs.com. Understanding Opioid (Narcotic) Pain Medications. 2019.
2) Anonim. Drugbank.com. Opioid. 2021.
3) Anonim. Webmd.com. Opioid (Narcotic) Pain Medications. 2020.
4) American Society of Anesthesiologists. .asahq.org. 2020.
5) Anonim. Medlineplus.gov. Pain medications - narcotics. 2021.
6) Theodore J. Cicero , Ph.D. ncbi.nlm.nih.gov. No End in Sight: The Abuse of Prescription Narcotics. 2015.
7) Anonim. Drugabuse.gov. Opioid. 2021.