Penyakit & Kelainan

12 Penyebab Jantung Berdebar dan Sakit Kepala

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Palpitasi atau jantung yang berdebar lebih kencang dari normalnya adalah suatu kondisi yang cukup umum dialami oleh siapa saja [1].

Namun jika kondisi ini terlampau sering terjadi atau dialami secara berulang kali, mungkin ada hal serius yang perlu diperhatikan.

Terlebih bila jantung berdebar ini disertai dengan sakit kepala, terdapat risiko gangguan kesehatan yang perlu segera diatasi [1,5].

Berikut ini merupakan sejumlah kemungkinan penyebab sering terjadinya jantung berdebar yang disertai dengan sakit kepala.

1. Dehidrasi

Dehidrasi atau kondisi tubuh yang kekurangan cairan kerap kali dianggap enteng, padahal sebenarnya kondisi ini bisa sangat berbahaya apabila diabaikan [1,2].

Tubuh memerlukan kadar cairan yang cukup agar berfungsi dengan baik, namun saat kekurangan cairan, beberapa keluhan bisa terjadi [1,2].

Selain palpitasi dan pusing, sejumlah keluhan yang menandakan dehidrasi adalah [1,2] :

  • Urine berwarna gelap
  • Jarang buang air kecil
  • Linglung
  • Tubuh cepat lelah maupun lemas
  • Rasa haus yang berlebihan

Dehidrasi tidak hanya terjadi karena jarang minum, tapi juga dapat timbul sebagai efek dari sejumlah faktor lain.

Berkeringat berlebihan karena aktivitas fisik seperti olahraga berat, penyakit tertentu, dan penggunaan obat tertentu bisa menimbulkan dehidrasi [1,2].

Penderita diabetes pun memiliki risiko dehidrasi yang berkaitan dengan terlalu seringnya buang air kecil [1,2].

2. Serangan Panik

Ketika mengalami gangguan kesehatan mental seperti serangan panik, jantung dapat berdetak lebih cepat yang disertai dengan sakit kepala [1,3].

Rasa cemas dan takut berlebih pada serangan panik akan mengambil alih tubuh penderita [1,3].

Kondisi kepanikan ini bisa terjadi beberapa menit atau bahkan lebih lama karena lebih intens [1,3].

Beberapa kondisi lain dapat ikut timbul, seperti kesemutan pada area jari tangan dan kaki serta kesulitan bernafas [1,3].

Segera mengunjungi psikolog atau psikiater akan sangat membantu dalam proses diagnosa dan penanganan [1,3].

3. Hipertiroidisme

Kelenjar tiroid yang terlalu aktif akan menghasilkan kadar hormon tiroid secara berlebihan. Ini merupakan kondisi yang disebut dengan istilah hipertiroidisme atau hipertiroid [1,4].

Selain detak jantung terasa lebih cepat, ada kemungkinan pusing ikut dialami, begitu pula dengan tubuh kelelahan, berkeringat lebih banyak, serta peningkatan gerakan usus [1,4].

4. Anemia

Anemia atau kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah juga dapat menyebabkan sakit kepala yang disertai detak jantung lebih cepat [1,5,6].

Anemia terjadi saat tubuh tidak memperoleh cukup mineral zat besi [6].

Atau, anemia terjadi karena adanya gangguan sel darah, seperti kehilangan sel darah merah, kerusakan sel darah merah, maupun kelainan produksi sel darah merah [6].

Wanita lebih berisiko mengalami anemia, terutama pada waktu hamil atau menstruasi [6].

Selain rasa sakit kepala dan palpitasi, tubuh akan terasa lebih lemah dan lebih cepat lelah [1,6].

Berikut merupakan gejala-gejala anemia yang perlu diwaspadai lainnya [1,6] :

  • Nyeri pada bagian dada
  • Kaki dan tangan terasa dingin
  • Kulit lebih pucat dari biasanya

5. Pheochromocytoma

Kondisi langka yang mampu menyebabkan jantung berdebar sekaligus pusing adalah pheochromocytoma, yakni gangguan pada kelenjar adrenal [1,7].

Kelenjar adrenal di dalam tubuh manusia ada di bagian atas ginjal [8].

Memiliki ukuran kecil sekitar separuh ibu jari, terdapat dua kelenjar adrenal di dalam tubuh yang berperan utama menghasilkan hormon [8].

Gangguan kelenjar adrenal pada pheochromocytoma ini adalah tumbuhnya tumor jinak pada kelenjar tersebut [1,7].

Tumor ini kemudian memengaruhi produksi hormon yang juga menimbulkan palpitasi jantung serta sakit kepala [1,7[.

Beberapa gejala lain dari pheochromocytoma yang perlu dikenali dan diwaspadai adalah [1,7] :

Beberapa gejala tersebut dapat timbul karena dipicu oleh obat-obatan tertentu, seperti MAOI (monoamine oxidase inhibitors) [1,7].

Namun beberapa makanan tertentu yang mengandung tyramine, riwayat operasi tertentu, olahraga hingga stres juga dapat meningkatkan risiko gejala pheochromacytoma [1,7].

6. Tekanan Darah Tinggi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi lain yang mampu memicu timbulnya sakit kepala maupun jantung berdebar [1,5].

Ketika rasa pusing melanda karena tekanan darah melonjak, maka kondisi ini perlu segera memperoleh penanganan [1,5].

Tekanan darah perlu segera diturunkan karena jika tidak, beberapa risiko berbahaya bisa dialami oleh penderita, seperti [1,9] :

Selain sakit kepala hingga palpitasi, hipertensi ditandai dengan nyeri di dada, sesak nafas, mual, muntah, hingga timbulnya dengungan pada telinga dan mimisan [1,9].

Oleh sebab itu, penting untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin setidaknya sekali dalam setahun untuk memantau kondisi [1,9].

7. Migrain

Migrain atau sakit kepala sebelah biasanya bersifat intens ketika dialami oleh penderita [1,5,10].

Migrain juga seringkali kambuh dan timbul selama berjam-jam bahkan berhari-hari [1].

Sakit kepala jenis ini biasanya lebih parah daripada sakit kepala tegang [1,5,10].

Sakit kepala cluster pun bisa terjadi akibat migrain di mana penderita dapat mengalaminya setiap hari selama beberapa minggu hingga beberapa bulan [1,5,10].

Karena sakit kepala dengan intensitas tinggi, biasanya hal ini turut menyebabkan detak jantung lebih cepat daripada normalnya [1,5,10].

Sejumlah keluhan lain yang kemungkinan timbul saat migrain adalah hidung tersumbat, mata berair, dan mata memerah [1].

Migrain dan sakit kepala tegang pun mampu menyebabkan kepala seperti sedang diperas yang umumnya disebabkan oleh stres [1,5,10].

Semakin hebat dan tidak tertahankannya sakit kepala, semakin cepat pula detak jantung penderita.

8. Atrial Fibrilasi

Atrial fibrilasi atau yang juga dikenal dengan istilah fibrilasi atrium merupakan masalah pada irama jantung [1,12].

Oleh sebab itu, tanda utama kondisi ini adalah ketidakteraturan detak jantung dan jantung berdebar lebih kencang dari normalnya [1,11,12].

Selain itu, atrial fibrilasi juga menyebabkan sakit kepala, lemas, sesak nafas, hingga nyeri pada dada [1,11].

Atrial fibrilasi dapat terjadi karena hantaran sinyal listrik pada otot jantung mengalami gangguan lalu menyebabkan detak jantung terpengaruh [1,11].

Beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko atrial fibrilasi ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan hidup yang buruk dan penyakit tertentu, seperti [1,11] :

Karena detak jantung tak beraturan atau bahkan terlalu cepat, proses pemompaan darah dalam tubuh menjadi terhambat [1,11,12].

Orang-orang yang memiliki masalah obesitas, telah memasuki usia lanjut, serta mempunyai anggota keluarga penderita atrial fibrilasi berpotensi lebih besar mengalami atrial fibrilasi ini [1,12].

9. Aritmia

Aritmia merupakan kondisi ketidakteraturan irama jantung; irama jantung penderita biasanya tidak hanya tidak teratur, namun berpotensi terlalu lambat maupun terlalu cepat [1,13].

Pada kondisi aritmia, gejala yang timbul antara lain adalah [1,14] :

  • Pusing
  • Jantung berdebar kencang
  • Jantung berdetak lambat (lebih lambat dari normalnya)
  • Dada nyeri
  • Sesak nafas
  • Tubuh lebih mudah lelah
  • Kehilangan kesadaran atau pingsan

Gejala-gejala tersebut pada dasarnya tidak selalu menandakan aritmia, maka dari itu sangat dianjurkan bagi pemilik risiko tinggi penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hingga gangguan tiroid untuk memeriksakan kesehatan ke dokter seteratur mungkin [1,14].

10. Takikardia Supraventrikular

Takikardia supraventrikular merupakan kondisi saat detak jantung sangat cepat melebihi normalnya [1,15].

Gangguan irama jantung ini berasal dari nodus AV (impuls listrik pada ruang bagian atas bilik jantung) [1,15].

Selain jantung berdebar, pusing pun ikut melanda dan kerap kali juga diikuti dengan denyut nadi pada leher lebih kencang [1,15,16].

Keluhan lainnya yang bisa terjadi dan mengarah pada takikardia supraventrikular adalah [1,15,16] :

  • Tubuh berkeringat lebih banyak
  • Nyeri di dada
  • Kelelahan
  • Sesak nafas
  • Pada anak, kulit juga akan terlihat lebih pucat dengan detak jantung 200 kali setiap menitnya.

11. PVC (Premature Ventricular Contraction) / Kontraksi Ventrikel Prematur

Kontraksi ventrikel prematur adalah denyut nadi prematur dan abnormal; disebut demikian karena terbentuknya denyut nadi ini sebelum waktunya dari ventrikel jantung [1,17].

Kondisi ini pun termasuk jenis aritmia yang ditandai utamanya dengan detak jantung lebih cepat [1,17].

Beberapa faktor yang mampu menimbulkan kontraksi ventrikel prematur adalah elektrolit dalam tubuh yang tak seimbang, konsumsi obat terlarang, konsumsi alkohol, dan pengaruh dari obat tertentu (biasanya obat asma) [1,17].

Namun beberapa penyakit jantung, yang didapat maupun bersifat bawaan mampu meningkatkan risiko penyakit ini juga, termasuk ketika adrenalin dalam tubuh meningkat [1,17].

12. Efek Makanan Tertentu

Jika jantung berdebar dan sakit kepala terjadi setelah makan, maka ada kemungkinan bahwa makanan atau minuman yang diasup menjadi penyebabnya [1,18].

Makanan dapat menjadi pemicu pusing dan detak jantung lebih cepat, seperti halnya makanan bergaram tinggi (makanan asin) dan makanan pedas [1,18].

Pada beberapa kasus, konsumsi kafein dan alkohol juga mampu meningkatkan risiko pusing serta palpitasi yang dapat pula berhubungan dengan masalah lambung ataupun tekanan darah tinggi [1,18].

Cara Mengatasi Jantung Berdebar dan Sakit Kepala

Penanganan untuk jantung berdebar dan sakit kepala perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Oleh sebab itu, memeriksakan diri ketika kedua kondisi ini terus terjadi berulang dan disertai dengan keluhan lainnya sangat dianjurkan.

Beberapa upaya untuk mengobati jantung berdebar dan sakit kepala yang bisa dilakukan adalah [1.18] :

  • Mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan menghindari aktivitas merokok, tidak mengonsumsi kafein serta alkohol berlebihan, dan mengelola stres dengan benar.
  • Memastikan untuk makan teratur dengan nutrisi seimbang.
  • Pada kasus anemia, penderita perlu mengonsumsi suplemen mineral zat besi untuk menambah darah. Dokter juga biasanya akan menyarankan transfusi darah serta memberi resep untuk meningkatkan kadar zat besi.
  • Pada kasus serangan panik, penderita akan diberi obat-obatan anticemas sebagai pereda gejala; untuk lebih jauh, berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater sangat dianjurkan.
  • Pada kasus pheochromocytoma, kemungkinan dokter akan merekomendasikan tindakan bedah pengangkatan tumor dari kelenjar adrenal.
  • Pada kasus hipertiroidisme, dokter perlu membuat tiroid menyusut dengan iodine radioaktif serta obat-obatan lainnya untuk menekan tingkat aktivitas kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid. Jika perlu, beta-blockers juga akan diresepkan oleh dokter sebagai pereda gejala.
  • Pada beberapa penyakit lain yang menyebabkan jantung berdebar sekaligus sakit kepala, penderita tidak hanya memerlukan obat, suplemen, ataupun tindakan bedah apabila diperlukan, tapi juga disertai dengan perubahan pola hidup.

Jika jantung berdebar dan sakit kepala cukup sering terjadi, hindari mengabaikannya karena gejala dapat terus berkembang semakin serius.

1. Dr. Payal Kohli, M.D., FACC & Natalie Silver. Causes and Treatments for Heart Palpitations Alongside a Headache. Healthline; 2019.
2. Kory Taylor & Elizabeth B. Jones. Adult Dehydration. National Center for Biotechnology Information; 2021.
3. Devon Hinton, Susan Hinton, Khin Um, Audria Chea, & Sophia Sak. The Khmer ‘Weak Heart’ Syndrome: Fear of Death from Palpitations. HHS Public Access; 2010.
4. Sébastien Delhasse, Ines Debove, Gabriella Arnold-Kunz, Joseph-André Ghika, & Joelle Nsimire Chabwine. Erratic movement disorders disclosing Graves’ disease and paralleling thyroid function but not autoantibody levels. Journal of International Medical Research; 2019.
5. Laura Wuyts, MD, Marc Pouillon, MD, Marc Huyghe, MD, Natacha Ruyssers, MD, Gerda Goovaerts, MD, & Mattias Spaepen, MD. Palpitations, headache and night sweats caused by a retroperitoneal mass: case report and short review. The British Journal of Radiology Case Reports; 2017.
6. Jake Turner; Meghana Parsi; & Madhu Badireddy. Anemia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Lee S. Roth, MD & Janis Nicholson, MD. Episodic palpitations in pheochromocytoma. Canadian Medical Association Journal; 2019.
8. Meghan Dutt; Chase J. Wehrle & Ishwarlal Jialal. Physiology, Adrenal Gland. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Suzanne Oparil, Maria Czarina Acelajado, George L. Bakris, Dan R. Berlowitz, Renata Cífková, Anna F. Dominiczak, Guido Grassi, Jens Jordan, Neil R. Poulter, Anthony Rodgers, & Paul K. Whelton. Hypertension. HHS Public Access; 2019.
10. Ravi Gupta & Manjeet Singh Bhatia. Comparison of clinical characteristics of migraine and tension type headache. Indian Journal of Psychiatry; 2011.
11. Nelya Lugovskaya & David R. Vinson. Paroxysmal Atrial Fibrillation and Brain Freeze: A Case of Recurrent Co-Incident Precipitation From a Frozen Beverage. American Journal of Case Reports; 2016.
12. Zeid Nesheiwat; Amandeep Goyal; & Mandar Jagtap. Atrial Fibrillation. National Center for Biotechnology Information; 2021.
13. Kunal C. Kadakia, MD & Paul R. Daniels, MD. 35-Year-Old Woman With Recurrent Palpitations. Mayo Clinic Proceedings; 2011.
14. Dhaval S. Desai & Said Hajouli. Arrhythmias. National Center for Biotechnology Information; 2021.
15. Kathryn A. Wood, RN, PhD, Carolyn L. Wiener, PhD, & Jeanie Kayser-Jones, RN, PhD, FAAN. Supraventricular Tachycardia and the Struggle to be Believed. HHS Public Access; 2008.
16. Laryssa Patti & John V. Ashurst. Supraventricular Tachycardia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
17. Selcuk Ozturk & Ertan Yetkin. Premature Ventricular Complex Causing Ice-Pick Headache. Case Reports in Cardiology; 2017.
18. Cleveland Clinic medical professional. Headaches and Food. Cleveland Clinic; 2019.

Share