Atrial fibrilasi adalah kelainan ritme (denyut) jantung yang menyebabkan gangguan pada peredaran darah. Kondisi ini dikenal juga dengan sebutan aritmia.
Jika seseorang mengidap atrial fibrilasi, maka organ jantungnya tidak dapat efisien mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Biasanya kondisi ini lebih banyak ditemukan pada orang lanjut usia. Akibatnya masalah seperti penyumbatan darah dan stroke akan lebih mudah terjadi. [1,2,3,4]
Daftar isi
Gejala Atrial Fibrilasi
Kelainan atrial fibrilasi ini terkadang diikuti oleh gejala selain denyut jantung tidak beraturan. Namun pada beberapa kasus, ada juga penderita atrial fibrilasi yang minim gejala. [1]
Berikut ini beberapa gejala atrial fibrilasi yang umum ditemukan:
- Denyut Jantung Tidak Beraturan
Gejala yang pasti dialami oleh penderita atrial fibrilasi adalah denyut jantung yang tidak normal. Tanda denyut jantung tidak normal bisa seperti detaknya sangat cepat, tidak beraturan, dan terasa kencang juga. [1,2,4]
- Rasa Tekanan di Dada
Selain itu, penderita atrial fibrilasi juga bisa merasakan gejala berupa rasa sakit di dada. Rasa sakit ini membuat dada terasa ditekan dan bisa menjalar ke area tubuh atas lainnya seperti punggung, lengan, dan leher. [1,2,3]
Waspadai juga gejala atrial fibrilasi lainnya seperti tekanan darah rendah. Tekanan darah rendah tentu mungkin dialami oleh penderita karena peredaran darah yang tidak normal. Jadi ketahuilah apakah penyebab tekanan darah rendah yang mungkin dialami. [1]
- Pingsan Mendadak
Pasien atrial fibrilasi juga sangat mungkin mengalami gejala pingsan mendadak. Gejala ini biasanya diawali dengan rasa pusing dan kepala ringan terlebih dahuli. Lama kelamaan, penglihatan menggelap dan hilanglah kesadaran. [1,2,3,4]
- Nafas Terputus-putus
Gejala atrial fibrilasi yang berikut ini biasanya dapat terjadi bersamaan dengan rasa tekanan di dada. Namun ada juga yang tidak mengalaminya. Gejala ini menyebabkan penderita atrial fibrilasi kesulitan untuk bernafas, terasa berat dan terputus-putus. [1,2,3,4]
Penyebab Atrial Fibrilasi
Kondisi atrial fibrilasi disebabkan oleh kerja empat ruang di jantung yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ada empat ruang di jantung yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel. Keempatnya akan membuka dan menutup sesuai iramanya untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. [2,4]
Pada penderita atrial fibrilasi, keempat ruang ini tidak berfungsi dengan sesuai. Harusnya mereka bergerak dengan ritme yang sama, namun pada pasien atrial fibrilasi atrium bergerak sangat cepat dan tidak ada polanya. Akhirnya aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh menjadi terhambat. [2,4]
Faktor Resiko Atrial Fibrilasi
Ada beberapa faktor resiko yang menjadi pemicu pergerakan atrium yang di luar kendali. Beberapa faktor resiko tersebut antara lain:
- Usia
Semakin tua usia seseorang, semakin tinggi resiko mengidap atrial fibrilasi. Pasalnya fungsi kerja jantung di usia 60 tahun ke atas memang sudah banyak melemah. [1,2,3,4]
- Genetik
Atrial fibrilasi adalah penyakit genetik juga. Artinya, penyakit ini dapat diturunkan melalui gen. Jadi jika orang tua Anda mengidap atrial fibrilasi, Anda memiliki resiko yang tinggi akan mengidap penyakit ini juga. [1,2,3,4]
- Penyakit Penyerta
Risiko menderita atrial fibrilasi bisa semakin besar jika seseorang memiliki penyakit penyerta. Jenis penyakit penyerta yang dapat meningkatkan resiko atrial fibrilasi adalah diabetes, hipertiroid, dan masalah jantung lainnya. [1,2,3,4]
- Konsumsi Alkohol Berlebih
Alkohol juga menjadi peningkat resiko seseorang menderita atrial fibrilasi. Sebagian orang dapat mengidap atrial fibrilasi karena minum alkohol terus menerus, namun ada yang hanya sedikit saja mencicipinya sudah mengalami dampaknya. [1,2,3,4]
Komplikasi Akibat Atrial Fibrilasi
Beberapa kasus atrial fibrilasi bisa berakhir dalam kondisi komplikasi. Komplikasi ini sangat berbahaya bahkan bisa mematikan. [1]
Berikut ini beberapa komplikasi yang disebabkan oleh atrial fibrilasi:
- Stroke
Komplikasi yang paling umum terjadi pada penderita atrial fibrilasi adalah stroke. Stroke terjadi karena penumpukan darah di jantung yang menyebabkan tekanan pada otak. [1,2,3,4]
Penderita atrial fibrilasi juga bisa mengalami komplikasi gagal jantung. Hal ini dipicu oleh gagalnya jantung mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sehingga darah kembali ke paru-paru menyebabkan masalah pernapasan. [1,2,3,4]
- Penyumbatan Darah
Darah yang tidak dialirkan secara sempurna ke seluruh tubuh dapat menyumbat pembuluh darah. Kondisi ini akan menyebabkan komplikasi yang membahayakan bahkan mengancam nyawa. [1,2,3,4]
- Masalah Kognitif Lain
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penderita atrial fibrilasi akan mengalami banyak gangguan kognitif. Salah satu diantaranya adalah dementia. [1,4]
Kapan Harus Dibawa ke Dokter?
Karena atrial fibrilasi memiliki resiko komplikasi yang cukup berbahaya, maka ketika tanda-tanda komplikasi itu muncul menjadi tanda untuk segera menghubungi dokter. Tidak usah takut salah mengira kondisi pasien. [4]
Dalam berbagai kasus komplikasi atrial fibrilasi yang membahayakan, lebih baik salah mengira tetapi sudah menghubungi nomor darurat, dibandingkan menunggu dan kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan pasien. [4]
Diagnosis Atrial Fibrilasi
Dokter akan melakukan beberapa tes untuk mendiagnosa seseorang mengidap atrial fibrilasi atau tidak. Tes yang pertama adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui denyut nadi, tekanan darah, dan kesehatan paru. [2]
Selain itu, dokter juga akan melakukan EKG (elektrokardiogram). Tes EKG ini dilakukan untuk merekam kecepatan detak jantung pasien dalam jangka waktu tertentu. [2]
Pengobatan Atrial Fibrilasi
Setelah mendapati hasil diagnosa atrial fibrilasi, dokter akan memulai pengobatan pada pasien. Pengobatan atrial fibrilasi akan berfokus untuk menormalkan kembali detak jantung. [1,2]
Beberapa jenis obat dan gaya hidup sehat akan disarankan pada pasien. Obat-obatan dan diet sehat yang disarankan dokter dapat menormalkan kembali detak jantung dan mengobati masalah atrial fibrilasi dan resiko komplikasinya. [1,2]
Pencegahan Atrial Fibrilasi
Agar dapat mencegah atrial fibrilasi kambuh berulang, ada beberapa cara pencegahan yang bisa dilakukan.
Pencegahan yang pertama adalah dengan memperhatikan konsumsi makanan. Pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan rendah garam dan lemak. [1,2,4]
Selain itu jagalah tubuh sehat dengan tidak merokok, mengelola stress dengan baik, dan tidur yang cukup. [1,2,4]