Pneumonia dan TBC (tuberculosis) adalah penyakit pada paru-paru. Kedua penyakit ini disebabkan oleh infeksi dan menimbulkan gangguan pada sistem pernapasan dengan gejala yang serupa. Meski demikian, pneumonia merupakan penyakit yang berbeda dari TBC[1].
Berikut informasi mengenai perbedaan antara pneumonia dan TBC:
Daftar isi
Pneumonia merupakan penyakit menular akibat infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur[2, 3].
Infeksi pada paru-paru menyebabkan inflamasi sehingga saluran pernapasan membengkak dan kantung udara (alveolus) di dalam paru-paru dipenuhi dengan mukus dan cairan lain[3].
Pneumonia dapat menimbulkan gejala umum seperti[1, 2, 3, 4]:
Gejala dapat berbeda bergantung pada pasien dan jenis pneumonia yang dialami[4].
TBC (Tuberculosis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi yang terutama mempengaruhi paru-paru, namun juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lain[5].
Bakteri TBC biasanya tumbuh di paru-paru. Gejala penyakit TBC pada bagian tubuh lain bergantung pada bagian tubuh mana yang terdampak[6].
Orang dengan penyakit TBC pada paru-paru dapat mengalami gejala berikut[1, 4, 5]:
Orang yang memiliki TBC inaktif (infeksi laten) tidak mengalami gejala dan tidak sakit, namun dapat memiliki tes reaksi kulit positif. Jenis infeksi laten tidak menular pada orang lain[5, 6].
Banyak orang dengan TBC inaktif tidak pernah mengalami penyakit TBC. Namun pada beberapa kasus, terutama pada mereka yang memiliki sistem imun lemah, bakteri dapat menjadi aktif, memperbanyak diri dan menyebabkan penyakit TBC[6].
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, atau jamur[2, 3].
Pneumonia dapat disebabkan oleh agen penginfeksi berikut[2, 3]:
Penyebab TBC ialah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menginfeksi paru-paru, tapi juga bisa menginfeksi bagian tubuh lain seperti tulang belakang, otak, atau ginjal[6].
Penularan bakteri dan virus penyebab pneumonia dapat terjadi melalui inhalasi (penarikan napas) pada udara dengan tetes cairan (droplet) yang dikeluarkan saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Droplet yang mengambang di udara mengandung virus atau bakteri penyebab pneumonia[2, 3].
Penularan juga dapat terjadi akibat menyentuh benda yang sebelumnya terkontaminasi dengan bakteri atau virus, misalnya benda yang disentuh oleh orang terinfeksi. Menyentuh mulut atau hidung setelah menyentuh benda terkontaminasi dapat mengakibatkan masuknya kuman ke dalam tubuh[2, 3].
Pneumonia akibat jamur dapat terjadi akibat kontak dengan tanah atau kotoran hewan yang terinfeksi. Namun pneumonia yang diakibatkan oleh jamur tidak menyebar dari satu orang ke orang lain[2].
Tingkat penularan pneumonia tergolong rendah. Faktor risiko tertular pneumonia tidak spesifik. Salah satunya ialah paparan area nosocomial (penyakit yang berasal dari rumah sakit)[1].
Penularan bakteri penyebab TBC melalui udara dari satu orang ke orang lain. Orang yang terinfeksi TBC dapat mengeluarkan bakteri dalam tetes cairan (droplet) yang berasal dari saluran pernapasan ketika batuk, bersin, atau berbicara[6].
Bakteri dapat terhirup oleh orang lain di sekitar sehingga menginfeksi paru-paru. Bakteri yang tumbuh di paru-paru dapat memasuki aliran darah dan menyebar ke bagian lain tubuh[6].
Penyakit TBC pada paru-paru atau tenggorokan memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi sehingga cepat menyebar ke orang lain, tapi TBC yang mempengaruhi bagian lain tubuh biasanya tidak menular[1, 6].
Penularan biasanya terjadi pada orang-orang yang menghabiskan waktu lama bersama dengan penderita, seperti anggota keluarga, teman, rekan kerja, atau teman sekolah[5, 6].
Risiko terkena TBC dapat meningkat pada orang yang mengalami malnutrisi, merokok, silicosis, dan menggunakan obat seperti infliximab dab kortikosteroid[1].
Untuk mendiagnosis kondisi, dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik dan pengecekan riwayat kesehatan pasien[4].
Untuk mendiagnosis pneumonia dokter dapat meminta pasien melakukan X-ray dada. Kultur sputum dapat membantu menentukan penyebab infeksi[4].
Jika pasien diduga mengalami pneumonia, pasien dapat diminta melakukan CT-scan pada dada, bronkoskopi (prosedur untuk mengamati paru-paru secara langsung), dan tes darah[4].
Untuk mendiagnosis TBC perlu dilakukan tes diagnosis lain, seperti[4]:
Pengobatan untuk pneumonia dan TBC meliputi perawatan di rumah dan pemberian obat. Perawatan di rumah dilakukan untuk membantu meringankan gejala. Pasien perlu meminum obat sesuai yang diresepkan dokter untuk mengatasi infeksi[2, 4].
Perawatan di rumah yang dapat membantu mengatasi gejala pneumonia dan TBC sama, antara lain[2, 4]:
Pengobatan pneumonia, bergantung tingkat keparahan kondisi dan ada tidaknya kondisi kesehatan lain yang dialami[4].
Pada kasus berat pasien dapat memerlukan rawat inap dan dukungan pernapasan. Untuk mengatasi infeksi dapat dokter dapat meresepkan antibiotik, antivirus, atau antijamur, bergantung penyebab infeksi. Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi infeksi pneumonia ialah penisilin atau sefalosporin[1, 4].
Pengobatan TBC bergantung jenis infeksi yang dialami, aktif atau laten. Pada kasus infeksi laten, penanganan berupa langkah pencegahan dan meliputi penggunaan antibiotik isoniazid hingga 9 bulan[4, 5].
Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri TBC meliputi rifampicin, isoniazid, ethambutol, dan streptomycin[1].
Pada kasus infeksi aktif, penanganan meliputi penggunaan obat antibakteri selama hingga 1 tahun. Pasien perlu memastikan untuk menggunakan obat sesuai petunjuk dokter dan selama masa yang ditentukan secara penuh untuk mencegah timbul TBC resisten terhadap penanganan[4].
Pneumonia dan TBC termasuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi. Keduanya memiliki cara pencegahan yang sama, meliputi vaksinasi dan tindakan pencegahan infeksi[2, 5].
Karena penyebab penyakit berbeda, maka jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah pneumonia berbeda dengan TBC. Namun kita dapat melakukan langkah pencegahan infeksi yang sama untuk menghindari kedua penyakit tersebut[5].
Vaksinasi Penumonia
Vaksin untuk pneumonia dibedakan berdasarkan penyebab penyakit, yaitu[2, 3]:
Vaksinasi TBC
Vaksin yang digunakan untuk mencegah TBC ialah Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Menurut CDC, vaksin BCG sebaiknya diberikan pada orang-orang tertentu saja, seperti anak-anak yang memiliki hasil tes TBC negatif dan terpapar secara terus menerus dari orang dewasa yang mengalami penyakit TBC yang tidak ditangani secara efektif, dan orang yang memiliki penyakit TBC akibat strain resisten[6].
Selain mendapatkan vaksinasi, kita dapat melakukan tindakan untuk mencegah pneumonia dan TBC. Kedua penyakit ini sama-sama menular dan disebabkan oleh mikroorganisme, sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan juga sama[2,5].
Berikut beberapa langkah pencegahan pneumonia dan TBC[2, 5]:
1. Sagarika Mukarjee. Difference Between Pneumonia and Tuberculosis. Difference Between; 2020.
2. Bree Normandin, reviewed by Alana Biggers, M.D., MPH. Everything You Need to Know About Pneumonia. Healthline; 2019.
3. Anonim. Pneumonia. Cleveland Clinic; 2020.
4. Steph Coelho, reviewed by Jenny Sweigard, M. What Is a Chest Infection? Very Well Health; 2021.
5. Anonim. Tuberculosis. Cleveland Clinic; 2018.
6. Anonim. Tuberculosis (TB). Centers for Disease Control and Prevention; 2016.