Daftar isi
Peria (Momordica charantia) adalah tumbuhan labu-labuan yang biasanya tumbuh di wilayah tropis, seperti Asia Tenggara, Asia Selatan, dan dataran Karibia. Orang Jawa sering menyebutnya sebagai pare, pepare, dan paria.
Peria berasal dari Kerala, India. Negara ini terkenal sebagai pemasok bumbu masak terbaik di dunia. Peria atau pare kemudian masuk ke Tiongkok pada zaman Dinasti Ming pada sekitar abad ke-14.
Dari Tiongkok, peria kemudian diperkenalkan ke seluruh dunia melalui jalur perdagangan laut.
Ketika itu, Laksamana Zheng He (di Indonesia dikenal sebagai Cheng Ho) melakukan ekspedisi lautnya melalui jalur darat ke Asia Tenggara dan Asia Tengah sehingga peria menjadi salah satu bahan masakan yang terkenal di dunia.[1]
Nama ilmiah dari Peria adalah Momordica charantia. Di Amerika dan Inggris, mereka menyebutnya sebagai bitter melon karena bentuknya yang seperti buah melon dan rasa yang dominan pahit.
Kadang, mereka menyebutnya sebagai bitter gourd karena bentuknya yang mirip labu.
Orang Tiongkok menggunakan peria sebagai salah satu sayuran favorit mereka saat memasak.
Meskipun memiliki rasa pahit, makanan utama yang sedang dimasak tidak terkontaminasi dengan rasa pahit yang ada pada peria. Hal ini membuat orang Tiongkok menyebutnya sebagai “gentleman vegetables”. [2]
Salah satu teknik untuk mengurangi rasa pahit pada peria yang dipercaya oleh masyarakat awam adalah dengan menaburkan garam agar rasa asin dapat menetralisir rasa pahit di peria.
Berdasarkan data dari United State Department of Agriculture, 100 gr peria matang tanpa dicampurkan dengan bahan makanan berlemak mengandung kandungan sebagai berikut. [3]
Name | Jumlah | Unit |
---|---|---|
Air | 93.2 | g |
Energi | 19 | kcal |
Protein | 0.83 | g |
Lemak | 0.18 | g |
Karbohidrat | 4.28 | g |
Serat | 2 | g |
Gula | 1.93 | g |
Kalsium | 9 | mg |
Zat Besi | 0.38 | mg |
Magnesium | 16 | mg |
Fosfor | 36 | mg |
Kalium | 317 | mg |
Natrium | 316 | mg |
Seng | 0.76 | mg |
Tembaga | 0.033 | mg |
Selenium | 0.2 | µg |
Vitamin C | 32.7 | mg |
Thiamin | 0.051 | mg |
Riboflavin | 0.053 | mg |
Niacin | 0.278 | mg |
Vitamin A, RAE | 6 | µg |
Beta Karoten | 67 | µg |
Lutein + zeaxanthin | 1312 | µg |
Vitamin E (alpha-tocopherol) | 0.14 | mg |
Vitamin K (phylloquinone) | 4.8 | µg |
Kolesterol | 0 | mg |
Berdasarkan data di atas, kandungan gizi yang unggul di dalam peria adalah mineral, seperti kalium dan natrium. Mineral-mineral ini berfungsi untuk merangsang sistem kardiovaskular. [3]
Jantung yang sehat tentu akan mengurangi rasa lelah yang terlalu cepat, kram otot, jatung berdebar cepat, dan kesulitan bernapas.
Meskipun memiliki rasa yang pahit, peria memiliki manfaat yang cukup signifikan bagi tubuh.
Oleh karena itu, kita tidak perlu heran apabila Tiongkok yang terkenal akan obat-obatan tradisionalnya mempopulerkan peria ke seluruh dunia. Berikut ini adalah manfaat peria bagi kesehatan tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa peria memiliki zat antioksidan, anti-inflamasi, dan anti-kanker.
Peria menghambat pertumbuhan sel kanker dengan mematikan sel tumor dan menghambat sel induk supaya tidak melakukan replikasi sel. [4]
Zat-zat yang menghambat pembelahan sel kanker, antara lain adalah curcubitane dan glikosida triterpenoid.
Curcubitane menghambat sel kanker untuk membelah diri dan tidak membentuk koloni di dalam tubuh manusia.
Adapun fungsi glikosida triterpenoid adalah untuk mencegah agar kanker tidak menyebar ke seluruh tubuh yang belum terkontaminasi sel kanker. [4]
Kandungan lemak, kolestrol, dan gula dalam peria sangat cocok bagi penderita diabetes melitus. Rasanya yang pahit membuat sayuran ini menjadi rendah gula.
Peria mengandung charantin, momordicin, cucurbutanoids, dan asam oleanolic yang memiliki sifat hipoglikemik atau mengurangi kadar gula di dalam darah.
Meskipun begitu, peria sebagai pengobatan utama untuk diabetes belum bisa disahihkan akibat kurangnya sampel atau contoh di dalam penelitian.
Belum ada hasil signifikan yang menunjukkan bahwa peria benar-benar mengurangi gula di dalam darah.
Oleh sebab itu, para ahli hanya menyarankan penggunaan peria untuk pencegahan dan pengobatan tambahan atau alternatif. [5]
Penyakit jantung dan stroke sering terjadi akibat dislipidemia. Kondisi ini terjadi saat kadar lemak dan kolestrol di dalam tubuh sangat tinggi dan akhirnya lemak dalam tubuh pun menghambat peredaran darah ke jantung dan ke otak. [12]
Peria atau sering disebut pare mengandung sedikit kolestrol dan lemak yang membuatnya aman untuk dikonsumsi penderita jantung dan stroke. [6]
Peria juga dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk mengurangi kadar kolestrol dan lemak di dalam tubuh manusia. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak peria mengurangi kadar kolesterol sebesar 0,75 di dalam tubuh. [6]
Obesitas adalah salah satu tanda awal menuju penyakit diabetes, jantung, dan stroke.
Kelebihan berat badan tentunya memiliki massa lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga berisiko untuk menghambat peredaran darah ke otak dan jantung. [6]
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan peria yang rendah kolesterol dan lemak menghambat kenaikan berat badan.
Peria secara signifikan mengurangi bobot jaringan adiposa putih dan lemak visceral, serta memacu adiposa cokelat.
Energi dalam tubuh kita disimpan dengan bentuk lemak di dalam jaringan adiposa putih. Lalu, adiposa cokelat yang berfungsi untuk mengeluarkan energi berbentuk lemak tersebut.
Lemak visceral adalah lemak yang ditemukan pada sekitar rongga perut dan dapat menyebabkan perut buncit. [6]
Meskipun para ahli menyatakan bahwa peria memiliki sedikit efek samping. Namun peria tidak disarakan jika di konsumsi secara berlebihan. Adapun efek samping yang ditimbulkan antara lain sebagai berikut:
Selain meneliti manfaat dalam mengonsumsi peria, peneliti juga mendapatkan kesimpulan bahwa peria memiliki efek samping yang ringan, seperti gejala sakit perut dan diare. [7]
Para ahli sudah menguji sifat hipoglikemik (pengurangan kadar gula dalam darah) dan hipolipidemik (penururan kadar lemak dalam darah) setelah konsumsi peria, tetapi untuk uji lingkar pinggang masih belum menjadi hasil uji utama.
Lingkar pinggang yang disarankan adalah sekitar >88 cm untuk wanita dan <102 cm untuk pria. [8]
Uji lingkar pinggang dan pengurangan berat badan tentu diperlukan untuk memberikan kesimpulan pasti tentang efek samping nyeri perut dan diare yang bisa saja ditimbulkan oleh peria.
Peneliti juga menemukan efek samping berupa sakit kepala ringan. Sifatnya yang mengurangi kadar gula dalam darah memicu sakit kepala ringan.[4]
Sifat-sifat senyawa di dalam peria adalah hipoglikemik, yakni mengurangi kadar glukosa di dalam darah.
Hal ini tentu sangat berguna bagi mereka yang sudah menjadi penderita pre-diabetes dan diabetes melitus untuk mengurangi gula darah.
Meskipun begitu, gula darah di dalam tubuh manusia harus tetap normal, yakni 70-130 mg/dL.
Penderita kekurangan gula darah dalam tubuh (hipoglikemia) disarankan untuk menghindari peria karena akan memperparah kondisi darah.[4]
Sayur Peria utuh tidak bisa disimpan dengan suhu yang rendah dalam waktu yang lama.
Penelitian menunjukkan bahwa ada pengurangan gizi yang signifikan saat disimpan pada suhu 2-10 derajat celcius dalam jangka waktu yang lama apabila peria tidak dipotong-potong.
Hasil menunjukkan adanya pengurangan pada klorofil dan mempercepat pertumbuhan mikroba.
Hasil penelitian menyarankan agar sayur peria dipotong kecil-kecil menjadi beberapa bagian dan disimpan di dalam kantong plastik.
Ketika menyimpan di dalam kulkas, hindari freezer dan simpan saja di tempat biasa untuk tidak mengurangi vitamin dan zat-zat yang ada di dalamnya.
Suhu penyimpanan minimal adalah 2 derajat Celcius dan tidak perlu disimpan dalam jangka waktu yang lama. [9]
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
Peria atau pare tidak dikonsumsi secara mentah. Peneliti menyarankan supaya peria dikonsumsi secara matang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa pahit yang dominan pada peria.
Meskipun begitu, kelebihan dari peria adalah tidak mengontaminasi bahan masakan lain sehingga rasa masakan utama masih original. Berikut adalah cara memasak sayur peria:
Dioseng
Dikukus
Direbus
Peria dapat dijadikan sebagai makanan tambahan saat mengonsumsi daging ayam, sapi, dan telur.
Mengonsumsi daging tentu perlu untuk menambahkan gizi dalam tubuh, tetapi tambahan sayur juga adalah hal yang penting. [10]
Selain dimasak atau direbus, beberapa orang menjadikan buah pare sebagai jus. Namun harus diingat, buah pare harus direbus terlebih dahulu untuk menghilangkan sedikit rasa pahitnya.
Setelah direbus, sayur pare diblender sampai halus. Bila kamu tidak terlalu suka rasa pahit, kamu bisa menambahkan gula pada jus peria. [9]
Peria adalah sayuran pahit yang bisa dikonsumsi dengan cara ditumis, dikukus, direbus, dan menjadi bahan tambahan pada sajian makanan lainnya. Peria sangat berguna untuk mencegah diabetes, stroke, penyakit jantung, dan obesitas. Namun, disarankan untuk tidak konsumsi secara berlebihan agar tidak terkena efek sampingnya.
1. Grubben, G.J.H. 1977. International Board for Plant Genetic Resources, Rome. pp. 51-52. Tropical vegetable and their genetic resources.
2. Jiang Xianming. 1984. Press of China Agriculture. J. pp. 250-251. Bitter gourd. In: Cultivation of vegetables.
3. Anonym. 2019. U.S. Department Of Agriculture. Bitter Melon
4. Dandawate PR, Subramaniam D, Padhye SB, Anant S. 2016. Chinese Journal of Natural Medicines 14(2):81-100. Bitter melon: a panacea for inflammation and cancer.
5. Md Ashraful Alam, Riaz Uddin, Nusrat Subhan, Md Mahbubur Rahman, Preeti Jain, and Hasan Mahmud Reza. 2015. Hindawi Limited. Beneficial Role of Bitter Melon Supplementation in Obesity and Related Complications in Metabolic Syndrome.
6. Shih C.-C., Lin C.-H., Lin W.-L. 2008. Diabetes Research and Clinical Practice 81(2):134–143. Effects of Momordica charantia on insulin resistance and visceral obesity in mice on high-fat diet.
7. Esperanza Martínez-Abundis, Miriam Méndez-del Villar, Karina G Pérez-Rubio, Laura Y Zuñiga, Marisol Cortez-Navarrete, Alejandra Ramírez-Rodriguez, and Manuel González-Ortiz. 2016. Baishideng Publishing Group Inc. Novel nutraceutic therapies for the treatment of metabolic syndrome..
8. Anonym, 2020 (accesed). National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), Guidelines on Overweight and Obesity: Electronic Textbook.
9. L. Wang, Q. Li, J. Cao, T. Cai. 2007. Journal of Food Processing and Preservation 31(5):571 - 582. Keeping quality of fresh-cut bitter gourd (Momordica Charantia L.) at low temperature of storage.
10. Anonym. U.S. Department of Health & Human Services. Ampalaya (Bitter Melon) With Pork
11. Liu, Guodong, Wang, Qingren, Li, Yuncong, Dinkins, David, Wells, Bonnie C. 2018. University of Florida Press: Journals. Bitter Melon - an Asian Vegetable Expanding in Florida.
12. Eun-Jung Rhee, Hyeon Chang Kim, Jae Hyeon Kim, Eun Young Lee, Byung Jin Kim, Eun Mi Kim, Yoon Ju Song, Jeong Hyun Lim, Hae Jin Kim, Seonghoon Choi, Min Kyong Moon, Jin Oh Na, Kwang-Yeol Park, Mi Sun Oh, Sang Youb Han, Junghyun Noh ,Kyung Hee Yi, Sang-Hak Lee, Soon-Cheol Hong, and In-Kyung Jeong. 2019. Korean Journal Internal Medicine 34(4): 723–771. 2018 Guidelines for the management of dyslipidemia. Korean Association of Internal Medicine