Dislipidemia: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Fithriani Salma
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) merupakan penyebab utama kematian di dunia, diantaranya termasuk penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan penyakit arteri perifer. Penyebab dari... penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor yang dapat di modifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Salah satu fakor yang dapat dimodifikasi adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah terganggunya metabolisme lipid, akibat interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Dislipidemia ditandai dengan tingginya kadar kolesterol, trigliserid, dan LDL dalam darah. Selain faktor genetik dan usia, sebagian besar dislipidemia juga disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat seperti konsumsi makanan berlemak, merokok, dan rendahnya aktivitas fisik olahraga. Dislipidemia merupakan salah suatu keadaan yang sering di jumpai pada praktek sehari-hari, namun sering tidak menunjukkan gejala. Sehingga deteksi rutin, penatalaksanaan, dan edukasi yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat kondisi yang lebih berat. Read more

Penyakit kardiovaskular diketahui sebagai penyebab nomor satu kematian di dunia dan dislipidemia disebutkan sebagai faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.

Kementerian kesehatan Indonesia pada tahun 2013 melaporkan sebanyak 35.9% masyarakat Indonesia memiliki total kolesterol di atas > 200 mg/dl-1. Kondisi tersebut diketahui lebih tinggi dibanding tahun 2007 dengan persentase 31.9%. [1] [2]

Apa itu Dislipidemia?

Dislipidemia adalah gangguan metabolism di mana seseorang memiliki jumlah lipid tidak normal.

Abnormalitas lipid ditandai dengan tingginya total kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL)/lemak jahat. Rendahnya tingkat high density lipoprotein (HDL)/lemak baik juga dapat dikondisikan sebagai dislipidemia.

Dislipidemia diketahui sebagai salah satu pemicu plak aterosklerosis yang dapat menimbulkan penyempitan pembuluh darah. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa pasien dengan dislipedimia berpeluang menderita jantung coroner 4.8x lebih tinggi dibanding pasien tanpa dislipidemia. [1]

Fakta Tentang Dislipidemia

Penderita obesitas cenderung memiliki lemak visceral (lemak pada area perut) lebih tinggi dan berpengaruuh terhadap resistensi insulin yang juga dialami oleh penderita diabetes. Resistensi insulin diketahui dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi kolesterol jahat. [2] [3]

  • Kasus dislipidemia lebih banyak terjadi di daerah kota dibandingkan pedesaan.

Daerah urban memiliki gaya hidup yang berbeda dibandingkan pedesaan. Makanan instan, cepat saji, dan makanan berlemak menjadi pilihan makanan daerah kota. Kebiasaan jarang bergerak karena tuntutan pekerjaan juga terjadi di daerah urban.

Gaya hidup tidak sehat ini sering dikaitkan dengan penyakit dislipidemia. Dislipidemia dianggap sebagai konsekuensi terhadap moderenisasi.

Selain itu jumlah penderita obesitas di area perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan sehingga memperkuat kemunculan dislipidemia pada daerah tersebut. [2]

Penyebab Dislipidemia

Faktor Intrinsik

Dislipidemia dapat disebabkan oleh faktor intrinsik seperti: [2] [4] [5] [6]

  • Keturunan atau kelainan genetik

Individu dengan keturunan obesitas juga memiliki kecenderungan untuk mengalami dislipidemia.

  • Umur

Individu lanjut usia dilaporkan lebih berpotensi mengalami dislipidemia karena semakin tua, pembuluh darah akan semakin kaku. Pada saat kolesterol menempel pada dinding arteri yang kaku, maka aliran darah dan tekanan darah akan terganggu.

Hal ini akan menyebabkan perubahan komunikasi dan pertukaran molekul antar sel dan dapat menyebabkan inflamasi, disregulasi sel endotelium sebagai sel utama penyusun lapisan terdalam pembuluh darah.

  • Penyakit ginjal kronis

Pada penyakt ginjal kronis pasien akan mengalami gangguan metabolisme pada tubuh, termasuk dislipidemia. Hal ini biasa ditandai dengan peningkatan konsentrasi trigliserida, apolipoprotein B, LDL.

  • Penyakit Hipotiroid

Penyakit hipotiroid adalah ganngguan metabolisme dimana pasien kekurangan hormon tiroid dikarenakan kelenjar tiroid tidak bisa memproduksi hormon tersebut. Ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan peningkatan kolesterol jahat dan trigliserida yang berujung pada dislipidemia.

Faktor Ekstrinsik

Sebagian besar penyakit dislipidemia disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat seperti: [2] [7] [8]

  • Konsumsi makanan berlemak, junk food, mie instan, makanan olahan, dan makanan yang diproses dengan metode bakar/panggang.

Pada kondisi ini tubuh akan menyerap lebih banyak gula sederhana dan banyak lemak yang dapat memicu diabetes mellitus tipe 2 dan penumpukan lemak dalam pembuluh darah.

  • Merokok

Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi profil lipid dalam tubuh, terutama peningkatan konsentrasi trigliserida dan penurunan HDL. Durasi merokok juga disebutkan berkorelasi terhadap konsentrasi total kolesterol, trigliserida, dan LDL.

  • Konsumsi alkohol

Mengkonsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan peningkatan trigliserida dalam darah. Literatur menyebutkan bahwa konsumsi alkohol disarankan tidak boleh lebih dari 10-30 gram per hari.

Gejala Dislipidemia

Penyakit dislipidemia biasanya muncul tanpa gejala sehingga penderita tidak sadar hingga penyakit memburuk dengan gejala stroke dan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, pemeriksaan profil lipid dalam darah secara berkala sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi tubuh kita.

Setelah mendapatkan hasil tes profil lipid, disarankan untuk mengkonsultasikan hasil dengan dokter untuk mencegah kesalahan diagnosis. [9]

Saat dislipidemia sudah berkembang hingga menimbulkan penyakit kardiovaskular, umumnya penderita akan merasakan nyeri pada dada atau sakit pada kaki saat berjalan. [9]

Komplikasi Dislipidemia

Dislipidemia ditandai dengan tingginya kadar kolesterol dan LDL dalam sistem pembuluh darah. Keberadaan lipid yang tinggi dalam sistem tersebut dapat memicu oksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas dalam pembuluh darah.

Jika dibiarkan terus menerus, akumulasi lipid yang teroksidasi dapat menyebabkan disregulasi sel endothel yang berujung pada kekakuan pembuluh darah, penumpukkan dan pecahnya plak lipid yang berujung pada penyumbatan pembuluh darah dan stroke. [10]

Selain itu, salah satu penelitian di Indonesia dengan 163 responden menemukan bahwa penderita hipertensi yang disertai dislipidemia dilaporkan lebih berpotensi 18 kali lebih tinggi mengalami jantung coroner dibandingkan dengan pasien tanpa dislipidemia. [1]

Jantung koroner adalah kondisi di mana arteri koroner mengalami penyumbatan. Arteri koroner berperan penting dalam transfer udara dan nutrisi dalam darah. Tersumbatnya arteri koroner dapat berujung pada serangan jantung dan stroke. [11]  

Deteksi Dini dan Diagnosis Disiplidemia

  • Analisis profil lipid

Pada deteksi ini, umumnya pasien akan diharuskan menjalani puasa selama 12 jam untuk memastikan profil lipid yang diuji murni berasal dari tubuh bukan dari makanan yang dikonsumsi.

Darah akan diambil dan disimpan dalam tabung dengan EDTA untuk mencegah darah menggumpal.[12] Kemudian hasil profil lipid dapat dikonsultasikan dengan dokter. Umumnya, pasien dikategorikan mengalami dislipidemia jika: [2]

  • Tingginya total kolesterol yang tinggi (≥ 200mg/dl-1)
    • Peningkatan jumlah trigliserida (≥ 150mg/dl-1)
    • Tingginya level low density lipoprotein (LDL) (≥ 130mg/dl-1)
    • Penurunan konsentrasi HDL (< 40mg/dl-1)
  • Deteksi serum thyroid-stimulating hormone (TSH)

Deteksi hormon ini digunakan untuk mendeteksi kemungkinan penyakit hipotiroid yang ditandai dengan peningkatan level TSH. Penelitian sebelumny menyebutkan keterkaitan antara penyakit hipotiroid dengan level kolesterol dan resistensi insulin. [6]

  • Observasi riwayat pasien

Walaupun hasil diagnosis paling utama ditentukan dari hasil profil lipid, umumnya dokter juga akan menanyakan pasien mengenai riwayat penyakit yang diderita (hipertensi, diabetes, obesitas, penyakit ginjal kronis, penyakit tiroid). Kemudian dokter juga dapat menanyakan riwayat konsumsi obat-obatan pasien sebagai bahan pendukung dalam diagnosis penyakit. [13]  

Klasifikasi Dislipidemia

Berikut di bawah ini klasifikasi dislipidemia: [12]

  • Hypercholestrolemia: Peningkatan konsentrasi kolesterol saja.
  • Hypertrigliseridemia: Peningkatan trigliserida saja.
  • Hyperlipidemia: Peningkatan kolesterol dan trigliserida.
  • Hyphoalphalipoproteinemia: Kondisi di mana HDL saja yang rendah.

Cara Mengobati Disiplidemia

Pada umumnya, pengobatan pasien dislipidemia dilakukan dengan cara mengurangi kadar kolesterol dan LDL dalam tubuh dengan konsumsi obat yang mengandung statin dan ezetimibe. Beberapa riset sudah mengobservasi fungsi statin yang efektif dalam mengurangi total kolesterol, trigliserida, dan LDL yang mengacu pada perbaikan sistem kardiovaskular.

Obat lain yang juga umum digunakan adalah Anacetrapib yang efektif meningkatkan konsentrasi HDL yang baik untuk menurunkan jumlah kolesterol jahat. [14]

Pada kondisi dislipidemia, pasien diwajibkan untuk memiliki gaya hidup sehat dengan olahraga rutin untuk menjaga berat badan yang sesuai, hanya mengkonsumsi 30% lemak dari total makanan yang dikonsumsi, mengurangi konsumsi lemak jenuh, menghindari makanan dengan asam lemak trans, menjaga total kalori yang dikonsumsi, makan makanan berserat, menghidari konsumsi alkohol berlebih (hanya 1-2 teguk). Konsumsi asam lemak omega-3 juga biasa digunakan untuk menurunkan konsentrasi trigliserida. [8]

Cara Mencegah Disiplidemia

Berikut ini adalah cara mencegah displidemia: [2] [3] [8]

  • Mengurangi konsumsi makanan instan, cepat saji, berkalori tinggi, dan berlemak.
  • Mengontrol berat badan dengan olahraga rutin.

Olahraga selama sejam/hari (dilakukan 2-3 kali seminggu) selama 8 minggu dilaporkan dapat mengurangi kolesterol jahat sebanyak 45% dan memperbaiki resistensi insulin pada pasien dislipidemia.

  • Melakukan uji kadar kolesterol sedari dini untuk mencegah akumulasi lemak berlebih.
  • Menghindari konsumsi alkohol.
  • Menghindari rokok.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment