Bakteri Salmonella adalah salah satu bakteri gram negative, anaerob fakultatif dalam genus Enterobacteria. Genus Salmonella dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Salmonella enterica dan Salmonella bongori. Sebagian besar Salmonella yang pathogen dan menyerang manusia adalah S. enterica. [3]
Salmonellosis adalah salah satu penyakit yang berasal dari hewan (zoonosis) yang dapat ditularkan melalui makanan. Berbagai produk susu, telur, daging, khususnya pada daging unggas merupakan salah satu cara penyebaran penyakit ini. [1, 3]
Daftar isi
Salmonellosis atau infeksi bakteri salmonella adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi dari genus bakteri Salmonella, khususnya yang paling banyak menimbulkan penyakit pada pencernaan manusia dan hewan adalah spesies bakteri Salmonella enterica. [2]
Salmonella enterica selanjutnya dibagi lagi menjadi enam subspecies dengan kurang lebih 2.600 serotipe yang dibedakan dengan variasi antigen O (somatic) dan H (flagella). Bakteri Salmonella ditransmisikan melalui jalur fecal-oral. [2]
Di bawah ini adalah fakta-fakta terkait dengan salmonellosis:
Jenis penyakit yang ditimbulkan dari bakteri ini adalah:
Salmonellosis Non typhoidal (NTS) mengacu pada penyakit apapun yang disebabkan oleh serotipe Salmonella, kecuali oleh serotipe Typhi dan Parathypi A-C. Salmonellosis pada tipe ini ditandai dengan adanya enterokolitis/peradangan pada saluran pencernaan akut yang disertai dengan diare inflamasi (gejala utama yang ditemukan pada NTS dan infeksi gastrointestinal, tidak ditemukan pada tipe lain). [2]
Invasive Salmonellosis Non-Typhoidal (iNTS) mengacu pada penyakit yang disebabkan oleh serotipe Salmonella, yakni serotipe Typhimurium, Enteriditis, Dublin, dan Koleraesuis dan bersifat invasive/menyerang dengan cepat. Salmonellosis ini paling sering ditemukan di sub Sahara, Afrika, yang memiliki patogenitas yang unik dibandingkan dengan strain Salmonella lain. iNTS umumnya digadang-gadang sebagai penyebab infeksi aliran darah di Afrika. [2]
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi dari Salmonella typhi. Salah satu hal yang membedakan dari strain Salmonella typhi dan NTS adalah adanya antigen kapsuler polisakarida yang dianggap sebagai faktor virulensi Salmonella typhi yang membuatnya dapat bertahan pada asam lambung. Host pada Salmonella typhi juga hanya sebatas pada manusia, tidak seperti NTS yang memiliki inang yang luas. [2]
Salmonella typhi juga dapat bertahan hidup dan bereplikasi di dalam sel inang terutama fagosit (sel makrofag, dendritik, neutrophil, dll), dan bakteri ini menggunakan sel-sel tersebut untuk dapat berpindah tempat/bertranslokasi ke bagian tubuh sistemik seperti hati, limpa, dan sumsum tulang. [2]
Infeksi Salmonella terjadi terutama melalui konsumsi bahan makanan yang terkontaminasi. Bakteri harus bertahan hidup menghadapi lingkungan asam lambung dan menghindari hidrasi lisis oleh garam empedu di usus halus bagian atas. Bakteri menempel dan menyerang usus penyerapan distal dan usus besar proksimal. [3]
Bakteri Salmonella menyerang lapisan epitel usus pada sel microfold (M) antigensampling. Selanjutnya, Salmonella bertemu sel dendritic (DC) dan makrofag, diikuti oelh masuknya neutrophil, monosit, dan lebih banyak makrofag. Sel-sel dendritic ini berfungsi sebagai portal masuk dan penyebaran bakteri ke organ atau bagian yang lebih jauh. [1]
Infeksi Salmonella mungkin menyebar ke luar mukosa gastrointestinal ke kelenjar getah bening mesentrika yang mengering, dan menyebar melalui aliran darah ke hati dan limpa. [3]
Penyakit ini disebabkan oleh serotipe Salmonella selain serotipe typhi dan paratyphi. Penyakit ini banyak terjadi di negara-negara berkembang karena kurangnya sanitasi yang cukup dan kurangnya ketersediaan air bersih. [2]
Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella serotipe Typhimurium, Enteriditis, Dublin, dan Koleraesuis. Faktor risiko yang menyebabkan penyakit semakin parah adalah HIV karena mekanisme HIV adalah menurunkan atau menghilangkan jumlah sel T (CD4) untuk kekebalan tubuh. Faktor risiko lain pada anak-anak adalah malnutrsi, malaria, sickle cell anemia (anemia sel sabit), dan schistosomiasis (infeksi cacing skistosoma) [2].
Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi yang dapat menginvasi bagian sistemik tubuh seperti hati (paling banyak), limpa, dan sumsum tulang. Penyakit ini banyak terjadi di negara-negara endemik seperti negara-negara di Asia dan Afrika. [2]
Timbulnya gejala ditandai dengan diare (dengan atau tanpa darah), mual dan muntah. Rata-rata serotipe dari NTS ini akan bertahan pada saluran pencernaan selama 6 minggu-3 bulan tergantung serotipenya. Tetapi kemungkinan ada satu orang dari seribu penderita akan terus mengeluarkan bakteri Salmonella pada fecesnya kurang lebih selama setahun. [2]
iNTS memiliki gejala seperti demam sistemik dan tidak mengalami diare (diare hanya ada di NTS dan gastroenteritis akut). Pasien iNTS biasanya juga datang dengan penyakit saluran pernapasan bawah karena koinfeksi/ komplikasi infeksi dengan pathogen lain seperti bakteri TBC dan pneumonia. [2]
Demam tifoid memiliki gejala demam enteric/demam endemic pada daerah yang memiliki sanitasi buruk. Dengan alasan yang belum diketahui, 5% dari penderita tidak akan bisa menghilangkan bakteri selama setahun, tetapi justru akan meningkat menjadi pembawa kronis dimana bakteri dapat berada di saluran hepatobilier dan kandung empedu manusia. [2]
Komplikasi paling umum dari serovar seperti S. Kolerasuis dan S. Dublin adalah bacteremia, terjadi pada 1-4% pasien yang memiliki sistem imun normal. Selain itu, terdapat komplikasi endovascular dapat terjadi pada pasien dengan bacteremia, termasuk terbentuknya plak aterosklerosis atau aneurisma, terutama terjadi di pembuluh aorta. [3]
Deteksi atau diagnosis penyakit ini akan mengalami kesulitan jika tidak dilakukan tes microbial, karena diagnosisnya akan tumpang tindih dengan penyakit yang disebabkan karena bakteri lainnya seperti pneumonia dan malaria karena terdapat kesamaan gejala. [2]
Permasalahan yang dihadapi untuk pengobatan Salmonellosis adalah banyak strain Salmonella yang sudah resisten terhadap antibiotik seperti ampisilin, kloramfenikol, dan TMP-SMX. [3]
Akibatnya pengobatan yang efektif untuk Salmonellosis menjadi makin terbatas. Peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat infeksi bakteri Salmonella disebabkan oleh adanya bakteri yang multiresisten, karena dianggap mungkin lebih ganas. [3]
Secara umum, pengobatan untuk Salmonellosis tergantung pada lokasi infeksi dan inang. Gastroenteritis akibat Salmonella biasanya tidak memerlukan terapi antibiotic diantara orang-orang yang imunokompeten, tetapi hanya berfokus pada hidrasi dan penggantian elektrolit. [3]
Agen antidiare juga tidak disarankan karena dapat memperpanjang waktu transit makanan pada saluran cerna dan dapat memperpanjang perjalanan klinis penyakit. [3]
Antibiotik harus dipertimbangkan pemberiannya pada bayi berusia < 3 bulan, pasien berusia > 50 tahun, pasien imunosupresi, pasien yang memiliki kelainan vascular (seperti katup prostetik atau penyakit graft). Antibiotik yang digunakan adalah fluoroquinolone oral, azitromisin, TMP-SMX, atau amoksisilin selama 3-7 hari atau sampai demam hilang. [3]
Tidak ada vaksin untuk Salmonellosis non-typhoidal karena varian strain bakteri yang sangat banyak dan keterbatasan ilmu pengetahuan tentang antigen. [2]
Pengobatan iNTS terbilang masih sulit untuk dilakukan karena banyak terbentuk banyak strain baru dan strain yang kebal terhadap antibiotic. Belum diketahui antigen yang paling protektif terhadap strain Salmonella non-typhoid, namun banyak penelitian yang sedang dilakukan untuk menentukan antigen yang immunodominan potensial. [2]
Dilakukan terapi dengan antibiotik. Kolesistektomi (pengangkatan kantung empedu) dalam kaitannya dengan penggunaan antibiotic adalah pengangkatan yang efektif, tetapi tidak menjamin penghapusan status karier, karena infeksi juga bisa terjadi di bagian tubuh lain. Untuk vaksin, saat ini ada 3 vaksin berlisensi untuk melawan S. typhi yakni vaksin sel utuh mati, vaksin hidup yang dilemahkan (Ty21a), dan vaksin polisakarida kapsul Vi. [2]
Vaksin sel utuh yang dimatikan tidak diproduksi kembali karena menyebabkan reaksi sistemik dan local yang didorong oleh peradangan. Vaksin Ty21a diketahui dapat ditoleransi lebih aman, tetapi hanya memiliki kemanjuran 50% tetapi tidak dilisensikan untuk anak-anak < 6 tahun. Vaksin kapsul Vi meskipun dapat ditoleransi dengan baik dan 60% efektif tetapi harus diberikan secara parenteral dan tidak menghasilkan memori. [2]
Mencuci tangan setelah memegang alat, barang, atau hewan peliharaan untuk menghindari kontaminasi silang dengan makanan yang lain. Selain itu, buah dan sayur harus dicuci setelah diambil/dibeli dengan air yang mengalir. [3]
Perbaiki sanitasi di rumah agar air yang diperoleh selalu dalam keadaan bersih dan air yang kotor akan terbuang ke tempat yang seharusnya, cuci daging-daging unggas dan lebih baik tidak ditelan secara mentah atau harus dimasak dengan baik dengan suhu internal melebihi 27°C. [3]
Produk susu dan telur harus dipasteurisasi sebelum dikonsumsi, dan tidak membuang air besar sembarangan di sungai, atau ditempat yang tidak seharusnya agar bakteri tidak menyebar dan berkembang biak. [3]
1. Antunes P, Mourao J, Campos J, and Peixe L. Salmonellosis: The Role of Poultry Meat. Clinical Microbiology and Infection; 2016.
2. Jonathan R K, Alan G J, James B Mc M. Salmonella Infection: Interplay Between The Bacteria and Host Immune System. Immunol Lett; 2017. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28720334/ Accessed January 15, 2021.
3. Nancy F C C MD MPH. Salmonellosis and the Gastrointestinal Tract: More Than Just Peanut Butter. Curr Gastroenterol Rep; 2008. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2753534/ Accessed January 15, 2021.