Buah sawo identik dengan rasa manis, kulit cokelat yang tipis, dan berbiji.
Sawo tergolong buah musiman karena pohonnya hanya berbuah pada bulan-bulan tertentu saja.
Tahukah Anda bahwa di balik kemanisan dan kekhasan rasa yang dimilikinya, buah sawo ternyata mengandung banyak gizi dan nutrisi yang berhubungan erat dengan kesehatan.
Daftar isi
Sawo merupakan buah populer yang tumbuh di daerah tropis. Buah ini berasal dari Meksiko dan merupakan tanaman asli Amerika Tengah [1, 2]. Negara penghasil sawo terbesar di dunia adalah India [1].
Dalam ilmu botani, sawo mempunyai nama ilmiah Manilkara zapota (L) dan dalam bahasa Inggris akrab disapa dengan istilah sapodilla [1, 2].
Di berbagai negara sawo juga sering dikenal dengan sebutan sapota, chiku, ciku, dilly, nasberry, sapodilla plum, chico zapote, zapote, chico, níspero, dan sapota plum [1, 2, 3].
Tekstur sawo oval dan hampir bulat dengan lebar sekitar 5 hingga 10 cm. Kulitnya tipis berwarna cokelat sedangkan daging buahnya berair dan warnanya kekuningan, cokelat muda, atau tua [1, 3].
Saat masih mentah, buahnya keras, bergetah, dan astringen. Umumnya berbiji 3-12 biji tapi beberapa ada yang tidak berbiji [1, 3].
Jenis sawo sangat banyak. Buah ini mempunyai kultivar yang berbeda-beda hampir di setiap negara.
Di India, ada banyak kultivar sawo yang terkenal, di antaranya kalipatti, calcutta special, pilipatti, bhuripatti, jumakhia, mohan gooti, kittubarti, kittubarti big, cricket ball, dan jonnavalosa-I [3].
Sementara itu, di Indonesia, sawo digolongkan dalam 2 kelompok utama [3].
Pohonnya berukuran normal serta memiliki daun runcing yang sempit. Jenis ini meliputi sawo betawi, sawo koolon, dan sawo madja.
Pohonnya rendah berupa semak-semak, dengan daun lonjong yang lebar di bagian tengah. Kelompok ini termasuk sawo apel bener dan sawo apel klapa.
Sebagai anggota buah-buahan, sawo bisa dikatakan sangat lezat jika dilihat dari aroma dan rasanya. Nutrisi yang terkandung dalam sawo pun banyak memberi manfaat secara medis.
Sawo yang masih mentah kaya akan zat tanin (proanthocyanadins) dan terasa sangat astringen. Proses pematangan dapat menghilangkan tanin tersebut [3].
Biji sawo mengandung senyawa saponin yang mempunyai sifat antiinflamasi [4].
Buah sawo merupakan sumber gula yang baik (fruktosa dan sukrosa). Komposisi airnya cukup tinggi. Kandungan senyawa lainnya antara lain karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, dan korbat [2].
Sawo juga mengandung serat yang tinggi, terutama serat yang tidak larut dalam air. Jenis serat ini banyak ditemukan pada kulit buahnya [5].
Kandungan senyawa fenolik buah sawo antara lain asam galat, asam protocatechuic, katekin, asam ferulic, asam sinapic, quercetin, resveratrol, dan kaempferol [5].
Jenis vitamin yang banyak ditemukan pada sawo adalah vitamin A, vitamin C, folat, dan asam pantothenic [6].
Tabel di bawah ini menggambarkan nilai gizi sawo secara terperinci pada setiap 100 gram [22].
Nutrisi | Jumlah |
Kalori | 348 kJ |
Serat | 5,3 g |
Protein | 0,4 g |
Asam aspartic | 32 mg |
Asam glutamic | 38 mg |
Lemak | 1,1 g |
Lemak jenuh | 0,2 g |
Vitamin A | 60 IU |
Vitamin C | 14,7 mg |
Niacin | 0,2 mg |
Folat | 14 mcg |
Asam panthothenic | 0,3 mg |
Kalsium | 21 mg |
Besi | 0,8 mg |
Magnesium | 12 mg |
Fosfor | 12 mg |
Kalium | 193 mg |
Sodium | 12 mg |
Seng | 0,1 mg |
Tembaga | 0,1 mg |
Selenium | 0,6 mcg |
Kolesterol | – |
Air | 78 g |
Sejumlah penelitian tentang manfaat buah sawo yang berhubungan dengan kesehatan telah banyak dilakukan.
Tak hanya buahnya saja, daun, biji, dan kulit kayunya pun memang berkhasiat bagi tubuh, baik secara tradisional maupun secara medis.
Di bawah ini dijabarkan beberapa manfaat sawo bagi kesehatan .
Gangguan gastrointestinal merupakan penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.
Sawo mengandung flavonoid yang dapat berfungsi sebagai zat antidiare, antisekrotori, antiulkus, dan antispasmodik. Selain flavonoid, senyawa tanin juga berkhasiat untuk meredakan diare [7].
Asupan buah-buahan yang mengandung polifenol yang cukup setiap hari merupakan alternatif untuk pencegahan tumor dan jenis kanker tertentu.
Salah satu buah tersebut adalah sawo. Studi menyimpulkan bahwa sawo memiliki sifat antikanker [8].
Sawo menginduksi sitotoksisitas dalam garis sel kanker dengan mengaktifkan jalur intrinsik apoptosis dan menghambat pertumbuhan tumor [6].
Beberapa jenis kanker yang bisa dicegah dengan sawo antara lain kanker usus besar dan adekarsinoma [6].
Daun tanaman sawo ternyata dapat mencegah penyakit hiperglikemia.
Hiperglikemia ditandai dengan tingginya kadar glukosa yaitu darah lebih besar dari 125 mg/dL saat puasa dan lebih besar dari 180 mg/dL 2 jam postprandial [8].
Sebuah studi menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo mengandung fenolik, sterol, dan triterpen yang memiliki efek antihiperglikemia [9].
Di samping sayuran, buah juga merupakan sumber antioksidan yang baik karena kandungan vitamin, mineral, dan bermacam-macam komponen bioaktif lainnya.
Salah satu buah yang mempunyai zat antioksidan tinggi adalah sawo. Sejumlah komponen yang ada pada sawo seperti bermacam-macam polifenol, serat, methyl 4-O-galloylchlorogenate, dan 4-O-galloylchlorogenic acid merupakan golongan antioksidan yang melindungi tubuh dari serangan radikal bebas [5, 10].
Berdasarkan studi yang dilakukan, daun sawo mengandung zat antioksidan yang tinggi.
Hal ini terjadi karena pada daun sawo terdapat senyawa fenolik yang terdiri atas apigenin-7-O-α-l-rhamnoside, myricetin-3-O-α- l-rhamnoside, dan asam caffeic yang merupakan sumber antioksidan [9].
Senyawa fenolik yang ditemukan pada daun sawo bersifat hipokolesterolemik. Artinya, senyawa ini dapat menurunkan kadar kolesterol darah [9].
Senyawa lain yang bersifat hipokolesterolemik yang juga terdapat pada daun sawo adalah sterol, triterpen, dan asam lemak tak jenuh (asam oleat, asam linoleidat, dan asam linoleat) [9].
Daun sawo juga bisa dijadikan alternatif sebagai zat antiinflamasi karena kandungan terpenoid, steroid, flavonoid, tanin, dan glikosida di dalamnya [11].
Tak berbeda jauh dengan daunnya, buah sawo sendiri berperan penting dalam pengobatan penyakit radang.
Penelitian menunjukkan bahwa sawo mengandung zat-zat kumarin terprenilasi yang dapat mencegah peradangan bila dikonsumsi secara tepat dan wajar [12].
Suhu tubuh normal orang dewasa berkisar antara 36ºC hingga 38ºC. Seseorang dikatakan demam jika suhu tubuhnya berada di atas 38ºC.
Kandungan terpenoid, steroid, flavonoid, tanin, dan glikosida pada daun sawo selain berfungsi sebagai zat anti inflamsi, tenyata juga bermanfaat sebagai zat antipiretik (penurun panas) ketika Anda demam [11].
Sawo merupakan salah satu buah yang kaya akan beragam polifenol. Polifenol inilah yang bertindak sebagai zat antimikroba dan antijamur [13].
Dalam penelitian menggunakan bubuk buah sawo membuktikan bahwa sawo mampu melawan beberapa mikroorganisme seperti E. coli, Staphylococcus aureus, Lactobacillus, Proteus vulgaris dan Saccharomyces cerevisiae [13].
HIV, atau human immunodeficiency virus, adalah virus yang menyebabkan AIDS (immunodeficiency syndrome). Penyakit mematikan ini menyerang sistem kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel T CD4 +, yaitu jenis sel darah putih [14].
Senyawa kumarin pada sawo, selain memberikan efek antiinflamasi, juga mengandung efek antiHIV yang dapat mencegah seseorang tertular penyakit AIDS [12].
Tirosinase merupakan enzim yang mengandung tembaga dalam biosintesis melanin [15].
Jika kulit mengalami hiperpigmentasi, maka akan terjadi berbagai gangguan kulit seperti munculnya noda, bintik-bintik, bintik-bintik penuaan, dan melasma [15].
Hiperpigmentasi dapat dicegah dengan menghambat aktivitas tirosinase [15].
Oleh karena itu, sebagian besar produk pemutih kulit yang ditawarkan di pasaran mengandung inhibitor tironase [15].
Penelitian menunjukkan bahwa pada ekstrak kulit kayu pohon sawo terdapat zat inhibitor tirosinase. Oleh sebab itu, banyak produsen kosmetik menambahkan ekstrak kulit kayu pohon sawo pada produk-produk mereka [15].
Di balik manfaat terhadap kesehatan yang begitu banyak, sawo pun memiliki beberapa efek samping, yaitu.
Bagi orang tertentu, mengkonsumsi sawo dapat menimbulkan reaksi alergi berupa alergi mulut.
Hal ini terjadi karena sawo mengandung alergen yang berasal dari protein yang terdapat pada serbuk sari [16].
Sawo memang kaya akan nutrisi serta memiliki karakteristik rasa dan aroma yang khas. Fakta tersebut menyebabkan permintaan konsumsi sawo terus meningkat.
Hal ini mendorong petani sawo untuk meningkatkan hasil produksinya. Salah satunya dengan menggunakan pestisida.
Tahukah Anda bahwa residu pestisida tersebut dapat menimbulkan masalah klinis seperti mual, kurang nafsu makan, sakit kepala, alergi, berbagai bentuk kanker, perubahan genetik, dan efek neurologis [17].
Dalam pengobatan tradisional, biji sawo yang dihaluskan berkhasiat untuk mencegah bermacam-macam penyakit seperti edema karena diuretik, batu ginjal, obat penenang, dan sopoforik [18].
Namun, terlalu banyak mengkonsumsi serbuk biji sawo bisa menyebabkan sakit perut karena kandungan sapotin dan sapotinin di dalamnya [18].
Sawo yang masih mentah mengandung lateks dan tanin yang tinggi sehingga menimbulkan rasa pahit [18].
Mengkonsumsi sawo mentah bisa mengakibatkan sariawan dan sesak napas, terutama pada anak-anak [18].
Tanda sawo yang siap dipetik yaitu jika buahnya mudah lepas dari batangnya dan kulitnya berwarna kekuningan atau kecokelatan meski buahnya masih keras [3].
Buah tersebut akan matang dalam 9 sampai 10 hari dan membusuk dalam 2 minggu pada suhu ruang. Penyimpanan pada suhu 15ºC hingga 20º C dapat memperpanjang masa simpan sawo hingga 23 hari [3].
Sawo yang masih mentah dapat dimatangkan dengan menerapkan ethephon (1000 ppm.) pada suhu antara 20ºC sampai 25ºC dan dapat disimpan selama 5 minggu [19].
Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan dalam membeli dan menyimpan sawo.
Sawo umumnya dikonsumsi langsung dalam keadaan segar dan lebih disukai bila disajikan dingin. Sebelum mengkonsumsinya, perhatikan hal-hal di bawah ini [21].
Selain dimakan dalam sajian buah segar, sawo dapat ditambahkan pada berbagai olahan makanan dan minuman seperti [21]:
1. E. M. Yahia and F. Gutierrez-Orozco. Postharvest Biology and Technology of Tropical and Subtropical Fruits, Mangosteen to White Sapote: 17 - Sapodilla (*Manilkara achras* (Mill) Fosb., syn *Achras sapota* L.). Science Direct; 2014.
2. Mehnaz Bano and Bilal Ahmaed. Manilkara zapota L.) P.Royen (Sapodilla): A Review. International Journal of Advance Research, Ideas and Innovations in Technology. Volume 3, Issue 6; 2017.
3. Julia F. Morton. Fruit of warm climates: Sapodilla (page: 393-398). Horticulture and Landscape Architecture, Purdue University; 1987.
4. Nesrin M. Fayek, Azza R. Abdel Monem, Mohamed Y. Mossa, Meselhy R. Meselhy, and Amani H. Shazly. Chemical and biological study of Manilkara zapota (L.) Van Royen leaves (Sapotaceae) cultivated in Egypt, Pharmacognosy Research. Volume 4 (2); 2012.
5. Jatinder Pal Singh, Amritpal Kaur, Khetan Shevkani, and Narpinder Singh. Composition, bioactive compounds and antioxidant activity of common Indian fruits and vegetables. Journal of Food Science and Technology. Volume 53 (11); 2016.
6. Mrinal Srivastava, Mahesh Hegde, Kishore K. Chiruvella, Jinsha Koroth, Souvari Bhattacharya, Bibha Choudhary, dan Sathees C. Raghavan. *Sapodilla plum (Achras sapota*) Induces Apoptosis in Cancer Cell Lines and Inhibits Tumor Progression in Mice. Scientific Reports. Volume 4: 6147; 2014.
7. Muhammad Bilal Riaz, Arif-ullah Khan, and Neelam Gul Qazi. Pharmacological and computational evaluation of Sapodilla and its constituents for therapeutic potential in hyperactive gastrointestinal disorders. Iranian Journal of Basic Medical Sciences. Volume 23 (2); 2020.
8. Michelle Mouri dan Madhu Badireddy. Hyperglycemia. National Center for Biotechnology Information, National Library of Medicine, National Institutes of Health. 2020.
9. Nesrin M. Fayek, Azza R. Abdel Monem, Mohamed Y. Mossa, Meselhy R. Meselhy, dan Amani H. Shazly. Chemical and biological study of *Manilkara zapota (L.)* Van Royen leaves (Sapotaceae) cultivated in Egypt. Pharmacognosy Research. Volume 4 (2); 2012.
10. Jun Ma, Xiao-Dong Luo, Petr Protiva, Hui Yang, Cuiying Ma, Margaret J. Basile, I. Bernard Weinstein, dan Edward J. Kennelly. Bioactive Novel Polyphenols From the Fruit of *Manilkara Zapota* (Sapodilla). Journal of Natural Products. Volume 66(7):983-6; 2003.
11. Amlan Ganguly, Zobaer Al Mahmud, Mir Muhammad Nasir Uddin, dan S. M. Abdur Rahman. In-vivo anti-inflammatory and anti-pyretic activities of *Manilkara zapota* leaves in albino Wistar rats. Asian Pacific Journal of Tropical Disease. Volume 3 (4); 2013.
12. Yan-Ping Liu , Gui Yan, Jia-Ming Guo, Yun-Yao Liu , Yu-Jie Li, Ying-Ying Zhao, Lei Qiang, dan Yan-Hui Fu. Prenylated Coumarins From the Fruits of *Manilkara zapota* With Potential Anti-inflammatory Effects and Anti-HIV Activities. Journal of Agricultural abd Food Chemistry. Volume 67 (43); 2019.
13. Pavan Kumar, Manish Kumar Chatli, Nitin Mehta, Om Prakash Malav, Akhilesh Kumar Verma, Devendra Kumar, dan Manjeet Rathour. Antioxidant and Antimicrobial Efficacy of Sapota Powder in Pork Patties Stored under Different Packaging Conditions. Korean Journal for Food Science of Animal Resources. Volume 38 (3); 2018.
14. Anonim. HIV/AIDS. National Institute of Allergy and Infectious Diseases. 2020.
15. Sutthiduean Chunhakant dan Chanya Chaicharoenpong. Antityrosinase, Antioxidant, and Cytotoxic Activities of Phytochemical Constituents from *Manilkara zapota L.* Bark. Molecules. Volume 24 (15); 2019.
16. Y. P. Venkatesh, H. G. Ashok Kumar, V. L. Hegde, dan S. M. Shetty. Food allergy and anaphylaxis – 2046. Cloning and characterization of the gene for acidic thaumatin-like protein, an important allergen from sapodilla plum (*manilkara zapota*). World Allergy Organization Journal. Volume 6 (Suppl 1); 2013.
17. Daniel B. Alcântara, Mario S. O. Paz, Tigressa H. S. Rodrigues, Tatiana S. M. Fernandes, Pablo G. A. Barbosa, Adonay R. Loiola, Patricia Grinberg, Guilherme J. Zocolo, Edy S. de Brito, dan Ronaldo F. do Nascimento. Organophosphorus Pesticide in Sapodilla (Manilkara zapota) Fruit. Journal of the Brazilian Chemical Society. Volume 29 No. 10; 2018.
18. M. Baskar, G. Hemalatha, dan P. Muneeshwari. Traditional and Medicinal Importance of Sapota – Review. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. Volume 9 (1); 2020.
19. Anonim. SAPOTA. National Horticulture Board. 2020.
20. Dr. D Padmavathi. A study on nutritional and health importance of “Sapotas”. International Journal of Food Science and Nutrition. Volume 3 Issue 1; 2018.
21. Anonim. What Are Ways to Eat Sapodilla Fruit?. Fruit & Veggies for Better Health. 2020.
22. Anonim. Sapodilla, raw Nutrition Facts & Calories. Self Nutrition Data. 2018.