Uveitis terjadi ketika lapisan pada bagian tengah bola mata mengalami peradangan (merah dan bengkak). Lapisan ini, yang disebut uvea, memiliki banyak pembuluh darah yang bertugas memberikan nutrisi pada mata.
Bila tidak segera diobati, uveitis bisa merusak jaringan vital mata dan menyebabkan kebutaan. [2]
Daftar isi
Uveitis adalah istilah umum untuk sekelompok penyakit peradangan yang menyebabkan pembengkakan dan merusak jaringan pada mata. Penyakit ini bisa menyebabkan gangguan pada penglihatan hingga kebutaan. [1]
Istilah “uveitis” digunakan karena penyakit ini seringkali menyerang satu bagian mata yang disebut uvea. Meskipun begitu, uveitis tidak terbatas hanya pada bagian ini saja, tapi juga bisa menyerang lensa, retina, syaraf optik, dan vitreous. [1, 2, 3]
Uvea adalah lapisan tengah jaringan bola mata. Jaringan ini terdiri dari iris, badan siliaris dan koroid. Koroid ini berada diantara retina dan sklera. Retina terletak di dinding dalam bola mata, sementara sklera adalah bagian putih di luar dinding bola mata. [3]
Uvea memberikan suplai darah untuk lapisan retina bagian dalam. Jenis uveitis yang diderita pasien tergantung dari bagian mata yang mana yang mengalami peradangan.
Uveitis bisa terjadi pada siapa saja, namun umumnya menyerang mereka yang berusia diantara 20 hingga 60 tahun. Diperkirakan, penyakit ini terjadi pada 38 dari 10,000 orang, sehingga termasuk penyakit yang langka. [1, 2]
Seringkali penderita uveitis terlambat diobati karena gejala-gejalanya tidak disadari akibat langkanya penyakit ini. Keterlambatan diagnosis dan penanganan uveitis bisa meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada mata yang tidak bisa diperbaiki. [2]
Uveitis bisa terjadi akibat berbagai kondisi autoimun atau efek samping dari obat-obatan dan racun, atau bisa juga murni sebagai peradangan bola mata. [3]
Radang adalah respon alami tubuh terhadap kerusakan jaringan, bakteri, atau racun. Akibatnya, salah satu bagian tubuh akan membengkak, memerah, panas, dan jaringan yang terinfeksi akan dihancurkan. [1]
Dokter tidak selalu bisa mengidentifikasi penyebab terjadinya uveitis, namun penyakit ini seringkali disebabkan oleh: [1, 2, 4]
Merokok juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena uveitis.
Uveitus diketahui berhubungan dengan berbagai macam penyakit, termasuk: [1, 3]
Uveitis bisa menyerang salah satu atau kedua mata pasien. Gejalanya bisa muncul tiba-tiba dan memburuk dengan sangat cepat, termasuk: [1, 2, 3]
Tanda-tanda dan gejala uveitis bisa berbeda tergantung dari jenis peradangannya. Namun, semua orang yang mengalami nyeri pada mata, sensitivitas terhadap cahaya, dan perubahan pada penglihatannya harus segera memeriksakan diri ke dokter mata. [1]
Uveitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan bagian mata yang terkena peradangan: [1, 2, 3]
Uveitis jenis ini adalah yang paling umum dan terjadi pada bagian depan mata. Sebagian besar terjadi pada usia muda hingga setengah baya.
Kebanyakan kasus uveitis anterior muncul pada orang yang sehat dan hanya menyerang salah satu mata, namun ada juga yang berhubungan dengan rematik, penyakit kulit, pencernaan, paru-paru dan infeksi.
Uveitis anterior akut bisa menyerang kedua mata pada orang dewasa dan ditandai dengan nyeri mata, pandangan mengabur, pupil yang mengecil, sensitif terhadap cahaya, dan mata merah.
Uveitis jenis ini umumnya terjadi pada dewasa muda. Pusat peradangan seringkali terjadi pada vitreous dan berhubungan dengan beberapa gangguan kesehatan termasuk sarkoidosis dan multiple sclerosis. Gejalanya adalah pandangan mengabur dan munculnya bintik-bintik hitam pada penglihatan, namun tidak ada nyeri yang timbul.
Ini adalah jenis uveitis yang paling jarang terjadi. Sebagian besar menyerang bagian belakang mata, termasuk retina dan choroid. Ada banyak penyakit bersifat infeksi maupun non-infeksi yang bisa menyebabkan uveitis posterior. Peradangan ini bisa menyebabkan kebutaan dan hanya bisa dideteksi dengan pemeriksaan mata.
Ini adalah istilah yang digunakan bila tiga bagian utama bola mata terserah peradangan. Behcet’s disease adalah salah satu bentuk panuveitis yang paling dikenal dan bisa menyebabkan kerusakan berat pada retina.
Uveitis jenis intermediate, posterior, dan panuveits adalah yang paling parah dan bisa muncul kembali setelah sembuh. Jika tidak diobati, bisa menyebabkan kebutaan.
Diagnosis atas uveitis termasuk pemeriksaan secara menyeluruh dan perekaman riwayat kesehatan pasien secara lengkap. Tes laboratorium juga mungkin dilakukan untuk mengetahui apakah ada infeksi atau gangguan autoimun yang bisa menjadi penyebab. [1]
Evaluasi susunan syaraf pusat juga sering dilakukan kepada pasien dengan uveitis yang termasuk jenis intermediate untuk memastikan apakah ia menderita multiple sclerosis yang seringkali berhubungan dengan uveitis intermediate. [1]
Dokter mata akan memeriksa bagian dalam mata sebagai prosedur utama. Namun, karena uveitis juga seringkali berhubungan dengan penyakit lainnya, maka tes fisik, tes darah dan kulit, pemeriksaan cairan mata, serta tes pencitraan seperti X-ray juga mungkin dilakukan. [2]
Pemeriksaan mata yang digunakan termasuk:
Pada intinya, pengobatan uveitis dilakukan untuk menghilangkan peradangan, meredakan nyeri, mencegah kerusakan jaringan yang lebih jauh, serta mengembalikan penglihatan yang hilang. [1]
Pengobatan untuk uveitis tergantung pada jenis yang dialami pasien. Beberapa mungkin menggunakan tetes mata atau suntikan pada mata, sementara yang lainnya menggunakan obat immunosuppresant yang diminum. [1, 2]
Dokter mata biasanya meresepkan obat anti-inflamasi steroid yang bisa berbentuk tetes mata, pil, suntikan, infus, atau menggunakan kapsul yang ditanam di bagian dalam mata. [1, 2]
Penggunaan obat steroid dalam jangka panjang bisa menimbulkan efek samping seperti ulkus perut, osteoporosis atau pengeroposan tulang, diabetes, katarak, glaukoma, penyakit jantung, peningkatan berat badan, penumpukan cairan, dan Cushing’s syndrome. [1]
Jika pengobatan steroid tidak direspon dengan baik oleh tubuh pasien setelah 3 bulan, dokter akan meresepkan obat lain. [1]
Orang yang mengalami perubahan gen tertentu lebih cenderung untuk terkena uveitis. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada hubungan antara uveitis dengan kebiasaan merokok. [4]
Jika tidak diobati, uveitis bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut: [4]
1) National Eye Institute. 2019. US National Institute of Health. Uveitis
2) Kierstan Boyd, Odalys Mendoza MD. 2019. American Academy of Ophthalmology. Uveitis
3)Talin Barisani-Asenbauer, Saskia M Maca, Lamiss Mejdoubi. 2012. Orphanet Journal of Rare Diseases. Uveitis- a rare disease often associated with systemic diseases and infections- a systematic review of 2619 patients
4) Mayo Clinic Staff. 2018. Mayo Clinic. Uveitis