Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Abses hati merupakan suatu kondisi ketika terjadi penumpukan nanah pada jaringan organ hati yang disebabkan oleh infeksi. Abses hati umumnya terjadi karena infeksi jamur, bakteri, atau amuba, namun beberapa
Daftar isi
Abses hati merupakan suatu kondisi ketika terjadi penumpukan nanah/pus pada jaringan organ hati yang disebabkan oleh infeksi [1,2,3,4,5,6].
Pada kasus abses hati, akumulasi nanah terjadi pada kantong hati di mana nanah ini merupakan cairan yang terdiri dari sel-sel mati dan sel-sel darah putih yang pembentukannya terjadi karena proses tubuh melawan infeksi.
Abses hati umumnya ditandai dengan peradangan dan pembengkakan di area sekitar jaringan hati sehingga perut akan nampak lebih besar dan terasa sakit.
Bila tak diobati dengan cepat, kondisi abses hati mampu mengancam jiwa penderitanya.
Tinjauan Abses hati adalah menumpuknya nanah di jaringan hati di mana penyebab utamanya seringkali adalah infeksi. Abses hati kerap ditandai dengan radang serta bengkak di area jaringan hati dan perut.
Abses hati memiliki kondisi yang seringkali dianggap mirip dengan kondisi medis lain yang juga berkaitan dengan gangguan liver walaupun keduanya berbeda, seperti misalnya kista hidatidosa dan kanker hati.
Kista hidatidosa atau yang juga dikenal dengan istilah hidatidosis kistik merupakan infeksi Echinococcus yang tak hanya dapat terjadi pada organ hati [4].
Penyakit hidatidosa ini mampu menyebabkan kista pada bagian otak, ginjal, serta paru-paru, hingga menyebar pula ke area tubuh lainnya.
Penyakit hati polikistik, kanker hati, serta cedera pada hati diketahui sebagai faktor yang umumnya menyebabkan kista hidatidosa.
Sementara itu, abses hati adalah kondisi ketika nanah berkumpul dan dapat semakin menumpuk pada jaringan hati akibat infeksi yang berbeda dari kista.
Kanker hati adalah kondisi ketika sel-sel kanker tumbuh pada organ hati yang kemudian berpotensi menyebar sampai organ-organ tubuh lainnya.
Sel kanker berawal dari sel-sel pada organ hati yang mengalami perubahan lalu terbentuklah tumor yang berkembang menjadi kanker.
Sementara itu, abses hati adalah ketika nanah mengalami akumulasi di jaringan hati (khususnya di kantong hati) yang disebabkan rata-rata oleh infeksi amuba, jamur, atau bakteri.
Siapapun tanpa memandang usia dan jenis kelamin dapat mengalami abses hati karena abses hati umumnya disebabkan oleh infeksi.
Infeksi dapat menyerang pria maupun wanita, anak-anak hingga lansia.
Abses hati adalah kondisi yang terjadi karena infeksi pada sistem pencernaan, perut, serta darah.
Namun cedera akibat prosedur operasi dapat pula menjadi penyebab abses hati, begitu juga dengan cedera yang melibatkan organ hati.
Infeksi sebagai penyebab utama abses hati dapat digolongkan menjadi tiga kondisi menurut penyebabnya, yaitu [1,2,3,5,6] :
Untuk kasus abses hati piogenik, umumnya penyakit radang seperti kolesistitis, diverkulitis, dan usus buntu adalah penyebab utamanya.
Jika penumpukan nanah disebabkan oleh parasit serangga (amuba), biasanya kondisi ini dipicu oleh faktor tingkat kebersihan yang sangat rendah pada daerah tertentu.
Penting untuk juga mengetahui sejumlah faktor yang mampu memperbesar potensi seseorang mengalami abses hati, yaitu antara lain [1,2,5,6] :
Tinjauan Abses hati umumnya terjadi karena infeksi jamur, bakteri, atau amuba, namun beberapa faktor lain dapat turut menjadi peningkat risiko (faktor jenis kelamin, usia, kondisi gizi buruk, penyakit tertentu, konsumsi makanan mentah/setengah matang, hingga daya tahan tubuh lemah).
Abses hati menimbulkan gejala-gejala yang tidak pasti dan beragam pada masing-masing penderitanya.
Namun pada umumnya, gejala-gejala seperti berikut inilah yang terjadi dan perlu diwaspadai [1,2,5,6] :
Kapan harus memeriksakan diri ke dokter?
Abses hati dapat membahayakan kondisi penderitanya, maka ketika beberapa keluhan berikut terjadi, alangkah baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Tinjauan Gejala utama yang umumnya dialami oleh penderita abses hati antara lain adalah demam, diare, batuk, nyeri sendi, nafsu makan hilang, berat badan turun, jaundice, urine berwarna gelap, mual, serta berkeringat berlebih.
Untuk mendeteksi apakah gejala yang dialami pasien mengarah pada abses hati, beberapa metode pemeriksaan berikut ini diterapkan oleh dokter pada umumnya [1,2,3].
Dokter pertama-tama akan melakukan pemeriksaan fisik yang juga diikuti dengan prosedur wawancara terhadap pasien menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga pasien.
Pemeriksaan fisik umumnya dilakukan dengan tujuan untuk dokter mampu mengeliminasi kemungkinan penyakit lain yang gejalanya menyerupai gejala abses hati.
Ini karena beberapa gejala abses hati cukup mirip dengan kondisi lain seperti radang batu empedu, efusi pleura, kista, dan gastritis akut.
Pemeriksaan pemindaian atau pencitraan adalah bentuk pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh dokter untuk memperoleh hasil diagnosa yang akurat.
Tes pencitraan yang dokter anjurkan bagi pasien dapat berupa CT scan, USG, rontgen, drainase kateter perkutan, ataupun aspirasi jarum perkutan.
Selain itu, dokter pun kemungkinan meminta pasien untuk menempuh tes laboratorium untuk hasil diagnosa yang jelas dan detil.
Tes laboratorium di sini biasanya meliputi kultur cairan abses, kultur darah, tes darah lengkap, serta tes fungsi hati.
Tinjauan Metode pemeriksaan yang umumnya digunakan dokter untuk mendeteksi abses hati adalah pemeriksaan fisik serta riwayat kesehatan, diikuti dengan tes laboratorium (tes fungsi hati, tes kultur darah, kultur cairan abses dan/atau tes darah lengkap), serta tes pemindaian.
Abses hati umumnya ditangani melalui dua metode, yaitu pemberian resep obat-obatan oleh dokter dan prosedur operasi.
Karena abses hati rata-rata disebabkan oleh infeksi bakteri, maka pemberian resep obat antibiotik oleh dokter biasanya dapat membantu mengobati [1,2,4,5,6].
Begitu juga halnya dengan kondisi abses hati karena infeksi amuba, antibiotik dapat menanganinya.
Hanya saja, untuk abses hati amuba, saat infeksi telah hilang berkat obat antibiotik, jenis obat lain akan diberikan supaya sisa amuba yang ada pada saluran pencernaan dapat terbasmi sepenuhnya.
Berbagai jenis antibiotik dikenal ampuh dalam mengobati abses hati, seperti metronidazole, aminoglycosides, clindamycin, dan juga kombinasi tazobactam-piperacillin.
Namun antibiotik-antibiotik ini hanya dianjurkan untuk digunakan pasien sesuai resep dokter karena dokter meresepkannya berdasarkan penyebab abses serta tingkat keparahannya.
Prosedur bedah yang dimaksud untuk menangani abses hati adalah penyedotan nanah dari liver yang terkena [1,2,3,4,5,6].
Operasi pembuangan nanah ini rata-rata perlu ditempuh oleh pasien yang juga disebut dengan istilah drainase.
Bahkan ketika cairan abses perlu dikeluarkan melalui tindakan bedah, setelah itu pun dokter biasanya merasa harus tetap memberikan antibiotik kepada pasien.
Namun pada pasien yang tidak dapat atau tidak memungkinkan menjalani prosedur bedah biasanya dokter hanya akan memberi resep antibotik.
Tinjauan Pengobatan abses hati dilakukan umumnya dengan pemberian obat-obatan antibiotik (sebagai solusi infeksi) dan prosedur operasi (drainase) atau pembuangan cairan abses dari dalam tubuh pasien.
Abses hati yang tidak mendapatkan penanganan atau telah diobati namun dengan penanganan yang kurang tepat, maka kondisi dapat semakin serius.
Beberapa kondisi komplikasi sebagai berikut dapat terjadi dan bahkan ada pula yang sampai mengakibatkan kematian. Berikut adalah jenis-jenis kondisi komplikasi yang perlu diwaspadai [1,5,6] :
Abses hati dapat dicegah dengan mencegah tubuh terkena infeksi. Beberapa upaya penting yang bisa dilakukan antara lain adalah [5] :
Tinjauan - Pencegahan abses hati dapat dilakukan dengan menjaga tubuh agar tidak mudah terkena infeksi, yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengatur pola hidup sehat dengan baik, menghindari obat terlarang, serta obat-obatan yang tidak terjamin keamanannya. - Bila memiliki kondisi medis tertentu, segera periksakan diri dan tangani agar tidak berpotensi menimbulkan abses hati.
1) Hossein Akhondi & Durr E. Sabih. 2020. National Center for Biotechnology Information. Liver Abscess.
2) Dr Mark Krivopal & Dr Winter Williams. 2017. Cancer Therapy Advisor. Liver Abscess.
3) Arini Junita, Haris Widita, & Soewignjo Soemohardjo. 2006. Open Journal Systems - Universitas Udayana. Beberapa Kasus Abses Hati Amuba.
4) J E J Krige & I J Beckingham. 2001. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Liver abscesses and hydatid disease.
5) William C. Lloyd III, MD, FACS. 2019. HealthGrades. Liver Abscess.
6) Anonim. FairView. Understanding Liver Abscess.