Tinjauan Medis : dr. Shinta Pradyasti
Aneurisma adalah kelainan pembuluh darah yang muncul akibat penipisan dan degenerasi dinding pembuluh darah arteri. Penyebabnya dapat berupa kelainan bawaan, hipertensi, infeksi, trauma, kebiasaan penyalahgunaan
Aneurisma otak merupakan suatu kondisi ketika terdapat tonjolan pada pembuluh darah yang ada di otak di mana sebutan lainnya adalah aneurisma serebral atau aneurisma intrakranial [1,2,4,5,6].
Jika dibiarkan tanpa penanganan, tonjolan tersebut dapat semakin besar ukurannya dan berpotensi untuk pecah.
Bila sampai pecah, saat itulah terjadi perdarahan yang kemudian berakibat pula pada kerusakan otak.
Tinjauan Aneurisma otak merupakan tonjolan pada pembuluh darah otak yang berpotensi semakin besar di mana bentuknya mirip dengan buah berry yang bergelantung pada batangnya.
Daftar isi
Aneurisma otak terbagi menjadi dua jenis kondisi menurut bentuknya.
Walaupun bentuk tonjolan di pembuluh darah menyerupai buah berry yang tergantung pada batangnya, rupanya bentuk serta penampakannya bisa berbeda [8].
Aneurisma fusiform adalah jenis aneurisma yang tergolong jarang dijumpai.
Aneurisma otak fusiform ini ditandai dengan pembesaran yang terjadi di sepanjang arteri.
Aneurisma otak ini adalah aneurisma sobekan di mana robekan terjadi pada salah satu dari sejumlah lapisan arteri.
Kebocoran dapat terjadi di mana sebagai akibatnya memicu perdarahan hingga ke lapisan arteri lainnya lalu menghambat arteri.
Tinjauan Menurut bentuknya, aneurisma pada otak dapat meliputi dua jenis, yaitu aneurisma fusiform (pembesaran terjadi sepanjang arteri) dan aneurisma dissecting (robekan terjadi pada salah satu lapisan arteri dan perdarahan dapat terjadi hingga ke lapisan arteri lain).
Penyebab pasti dari aneurisma otak masih belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor kondisi yang mampu meningkatkan risiko penyakit ini dapat terjadi [1,2,3,5,6].
Beberapa faktor tersebut mungkin dianggap sebagai kebiasaan yang biasa, namun sebenarnya dapat berbahaya karena memicu kelemahan pada dinding arteri.
Selain membuat dinding arteri melemah, kebiasaan-kebiasaan buruk atau kondisi medis tertentu mampu meningkatkan risiko aneurisma otak hingga pecahnya aneurisma.
Selain dari beberapa faktor tersebut, ada pula beberapa kondisi yang mampu meningkatkan risiko aneurisma otak sebagai bawaan lahir, yaitu :
Tinjauan Faktor usia, jenis kelamin, gaya hidup tak sehat, serta beberapa kondisi medis tertentu (bawaan maupun tidak) dapat menjadi penyebab dari timbulnya aneurisma otak.
Gejala aneurisma otak terbagi menjadi tiga kondisi, yaitu gejala saat aneurisma belum pecah, aneurisma yang sudah mulai bocor, serta aneurisma yang sudah pecah [1,2,4].
Pada saat aneurisma belum pecah, maka ada kemungkinan bahwa penderitanya tidak mengalami gejala sama sekali karena biasanya ukuran tonjolan pun masih kecil.
Namun untuk kasus aneurisma otak yang tonjolannya sudah cukup besar, ada kemungkinan beberapa gejala ini muncul karena jaringan otak dan saraf mulai mengalami tekanan :
Pada kondisi aneurisma otak yang mengalami perembesan atau kebocoran belumlah separah saat aneurisma pecah.
Perdarahan dapat terjadi sangat ringan karena darah yang keluar dari tonjolan hanya sedikit, namun penderita dapat mengalami sakit kepala hebat secara tiba-tiba yang disusul dengan pecahnya aneurisma.
Pada saat aneurisma benar-benar pecah, maka beberapa kondisi inilah yang akan menjadi keluhan penderita :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera ke dokter bila sakit kepala hebat dan tak tertahankan tiba-tiba timbul dan sangat mengganggu.
Bagi penderita yang juga mengalami kejang hingga kehilangan kesadaran, dikhawatirkan aneurisma telah pecah sehingga memerlukan penanganan medis secepatnya.
Tinjauan Gejala aneurisma otak didasarkan pada kondisi aneurisma yang belum pecah, bocor, atau sudah pecah. Namun pada umumnya, gejala meliputi gangguan pada mata, sakit kepala hebat, leher kaku, mata sensitif terhadap cahaya, mual dan muntah, sulit berjalan dan bicara, hingga kehilangan kesadaran.
Pada kasus aneurisma yang telah pecah, hal ini jauh lebih mudah terdeteksi daripada aneurisma yang belum pecah.
Bila penderita mengeluhkan sakit kepala hebat serta gejala lain yang mengarah pada pecahnya aneurisma, maka dokter biasanya merekomendasikan beberapa tindakan pemeriksaan.
Dokter akan meminta pasien menempuh sejumlah pemeriksaan berikut untuk menentukan apakah perdarahan yang terjadi telah sampai ke sekitar jaringan otak [1,2,4,6].
Untuk kasus aneurisma yang belum atau tidak pecah, tidak dianjurkan bagi penderita gejala ntuk melakukan tes skrining atau tes pemindaian.
Namun, ada baiknya untuk segera mengonsultasikannya dengan dokter bila aneurisma otak semakin berkembang karena memiliki kelainan bawaan atau riwayat anggota keluarga dengan aneurisma otak.
Tinjauan Tes pemindaian seperti CT scan dan MRI scan, lalu angiografi otak serta tes cairan serebrospinal adalah metode-metode pemeriksaan aneurisma otak yang umumnya dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosa aneurisma otak.
Dokter mempertimbangkan beberapa faktor sebelum memberikan perawatan paling tepat bagi pasien yang didiagnosa aneurisma otak.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dokter antara lain adalah [1,6] :
Penanganan yang diberikan kepada setiap pasien aneurisma otak pun tak dapat menyembuhkan sama sekali, sebab tujuan utama hanyalah menjadi pereda gejala.
Penanganan berupa pemberian obat-obatan hingga prosedur operasi adalah cara terbaik untuk mencegah supaya komplikasi kesehatan tidak terjadi.
1. Operasi
Ada dua buah metode operasi yang dapat ditempuh oleh pasien aneurisma otak, yaitu [1,2,4,5,6] :
Metode surgical clipping adalah tindakan pembedahan yang bertujuan menutup aneurisma dengan mengangkat sebagian kecil dari tengkorak pasien.
Setelah bagian tengkorak tertentu diangkat, maka dokter bedah akan dapat menjangkau lokasi aneurisma yang pecah.
Di lokasi tersebut dokter bedah kemudian memasang penjepit untuk menutup aneurisma.
Tindakan perawatan ini dilakukan dengan cara dokter bedah memasukkan kateter (selang khusus) ke dalam arteri yang ada pada paha bagian dalam sampai ke bagian kepala.
Prosedur pembedahan ini dapat diterapkan tanpa harus membuka tengkorak pasien.
Melalui kateter, dokter memasang alat yang disebut koil atau kawat di lokasi aneurisma di mana aliran darah terganggu namun secara efektif menutup aneurisma dari arteri.
Pembedahan dengan metode ini direkomendasikan oleh dokter bila pasien tak dapat menempuh kedua prosedur operasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Pembedahan ini adalah prosedur pemasangan stent pada pembuluh darah yang bertujuan agar aliran darah mengalir normal tanpa bocor.
Metode flow diverter dapat secara efektif mengatasi aneurisma yang lebih besar di mana tindakan perawatan lain tak mampu menanganinya.
Namun sebelum menjalaninya, pasien perlu mengonsultasikan dengan dokter tentang risiko prosedur dan manfaatnya secara mendetil.
2. Obat-obatan
Terapi obat adalah bentuk penanganan yang dokter berikan ketika terjadi kondisi darurat pada pasien, seperti ketika aneurisma pecah.
Pemberian obat adalah sebagai langkah mencegah komplikasi sekaligus membuat gejala-gejalanya mereda. Beberapa jenis obat yang paling sering diresepkan adalah [4] :
Antikejang diberikan oleh dokter untuk menangani tubuh pasien yang kejang karena aneurisma pecah.
Secara umum, jenis antikejang yang diresepkan antara lain meliputi phenytoin, levetiracetam, dan valproic acid tergantung dari kebutuhan dan kondisi tubuh pasien.
Untuk mencegah supaya kalsium tidak memasuki sel-sel dinding pembuluh darah, maka dokter kemungkinan memberikan resep calcium channel blockers.
Nipodipine adalah salah satu jenis calcium channel blockers yang dapat mengurangi risiko kerusakan otak yang disebabkan oleh aliran darah yang tak memadai.
Acetaminophen adalah jenis obat pereda nyeri yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk pasien dapat meredakan rasa sakit kepalanya
Obat intravena ini adalah perawatan yang diberikan dokter sebagai intervensi pencegah stroke dengan mengatasi penyempitan pembuluh darah.
Selain vasopressor, vasodilator pun kerap digunakan oleh dokter sebagai penanganan efektif bagi pembuluh darah yang menyempit.
3. Terapi Rehabilitasi
Bila perdarahan subaraknoid terjadi dan memicu kerusakan pada otak, maka pasien perlu menjalani terapi rehabilitasi seperti terapi bicara, terapi fisik dan okupasi [4].
Terapi-terapi ini berguna membantu pasien dalam mempelajari kembali kemampuan-kemampuan dasar yang mulai menurun.
Tinjauan Operasi adalah cara pengobatan aneurisma otak yang umumnya diterapkan, namun pada beberapa kasus dokter pun akan meresepkan beberapa jenis obat sebagai pereda gejala.
Aneurisma otak dapat pecah di mana hal ini memicu perdarahan yang berlangsung selama beberapa detik dan hal ini mampu memicu kerusakan pada sel-sel di sekitar otak.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi ketika aneurisma pecah adalah [4] :
Aneurisma otak adalah sebuah kondisi yang sebenarnya dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat dan kontrol kesehatan secara rutin [1].
Tinjauan Penerapan gaya hidup sehat adalah cara terbaik untuk mencegah aneurisma otak untuk menghindari hipertensi dan berbagai kondisi medis yang mampu meningkatkan risiko aneurisma otak.
1) Anonim. 2018. National Health Service. Overview-Brain aneurysm.
2) Anonim. Stanford Health Care. Brain Aneurysm.
3) S V. Eden, MD; W J. Meurer, MD; B N. Sánchez, PhD; L D. Lisabeth, PhD, MPH; M A. Smith, DrPH, MPH; D L. Brown, MD, MS, & L B. Morgenstern, MD. 2008. American Academy of Neurology. Gender and ethnic differences in subarachnoid hemorrhage.
4) Andrew M. Jersey; David M. Foster. 2019. National Center for Biotechnology Information. Cerebral Aneurysm.
5) Nima Etminan, M.D.; Bruce A. Buchholz, Ph.D.; Rita Dreier, Ph.D.; Peter Bruckner, Ph.D.; James C. Torner, Ph.D.; Hans-Jakob Steiger, M.D.; Daniel Hänggi, M.D.; & R. Loch Macdonald, M.D. 2015. HHS Public Access. Cerebral aneurysms: Formation, progression and developmental chronology.
6) Anonim. American Association of Neurological Surgeons. Cerebral Aneurysm.
7) Anonim. Brain Aneurysm Foundation. About Brain Aneurysms.
8) Anonim. Johns Hopkins Medicine. Aneurysm.