Daftar isi
Diet mono atau diet monotrofik merupakan metode diet yang hanya mengutamakan satu jenis makanan atau satu makanan untuk dikonsumsi sepanjang hari [1,2].
Diet mono berpotensi menurunkan berat badan dengan sangat cepat, namun dianggap mampu meningkatkan berat badan dengan cepat juga nantinya [1,2].
Walau diet ini tergolong sebagai metode diet ketat yang tak sehat, kita tetap dapat mencoba mengenali diet ini [1,2].
Diet mono adalah salah satu jenis diet yang bisa membantu orang-orang dengan masalah berat badan berlebih.
Berikut ini adalah sejumlah manfaat yang bisa didapat ketika menjalani diet mono walaupun diet ini tidak sepenuhnya aman.
1. Menurunkan Berat Badan dengan Sangat Cepat
Makan satu jenis makanan per hari adalah salah satu cara membuat tubuh lebih cepat menurunkan berat badan [1,2].
Hal ini menjadi alasan mengapa efektivitas diet mono termasuk tinggi bagi beberapa orang yang menerapkannya [1,2].
Sekalipun makanan yang dikonsumsi sepanjang hari tinggi kalori, asupan kalori tersebut dapat menurun dengan cepat dalam sehari [1,2].
Bahkan lebih mengejutkan lagi, diet mono mampu menurunkan kadar air dengan cepat pada tubuh kita, termasuk menghindarkan dari pembengkakan dan semacamnya [1,2].
Tentu hal tersebut dapat dicapai dengan pemilihan makanan yang tepat, seperti ketika mengonsumsi coklat tinggi lemak dan kalori sepanjang hari, ada kemungkinan berat badan justru naik [3,4].
Namun ketika mengonsumsi satu jenis sayuran dalam sehari dengan kalori rendah, penurunan berat badan akan menjadi lebih efektif [3,4].
Hanya saja dengan waktu singkat mampu menurunkan berat badan, artinya diet mono hanya menimbulkan efek tersebut dalam jangka pendek [1].
2. Penerapan yang Mudah
Dibandingkan dengan jenis diet lain yang juga menurunkan berat badan dengan sangat cepat dan berefek jangka pendek, penerapan dari diet mono tergolong sangat sederhana [1,2].
Mudah dan praktis adalah dua kata yang tepat dalam menggambarkan diet mono, terutama dengan menu diet yang tidak harus banyak dan bervariasi [1,2].
Tidak seperti diet lain yang memiliki aturan yang banyak dan membingungkan, diet mono yang tergolong ketat ini hanya memangkas asupan-asupan sehat [1,2].
3. Menjadi Awal dari Diet Lain
Karena merupakan jenis diet yang tak sebaiknya dilakukan dalam jangka panjang, diet mono tetap dilakukan oleh beberapa orang sebelum mereka memulai pola dan metode diet lain [1].
Ketika diet mono telah membuahkan hasil berupa penurunan berat badan yang cepat, maka pelaku diet bisa segera menghentikannya [1].
Setelah berhenti dari diet mono, pola diet lain yang jauh lebih sehat dan seimbang dapat diterapkan untuk menjaga berat badan yang telah dicapai dari hasil diet mono [1].
Diet mono dapat dilakukan dengan beberapa cara dan rencana, salah satunya mengonsumsi satu jenis makanan dalam sehari [1,2].
Satu jenis makanan ini artinya, kita bisa memilih makanan apa yang hendak dinikmati sepanjang hari, misalnya telur, apel atau kentang [1,2].
Dalam satu hari hanya salah satu makanan itu saja yang menjadi asupan kita dan tidak disertai jenis makanan lain [1,2].
Cara lainnya adalah mengonsumsi kelompok makanan tertentu, seperti buah, sayur atau daging [1,2].
Jika hari ini memilih mengasup daging, maka pilih daging ayam, daging sapi, daging domba atau daging lainnya tanpa lemak tanpa sayur dan buah [1].
Keesokan harinya, kita bisa mengonsumsi sayur-sayuran saja tanpa ada batasan jenis dan lusanya lagi dapat mengonsumsi buah-buahan saja apapun jenis buah tersebut [1].
Tidak terdapat aturan khusus mengenai berapa lama penerapan diet mono [1].
Namun penurunan berat badan menggunakan metode diet mono hanya dianjurkan untuk 1-2 minggu saja setiap kali melakukannya [1,2].
Ini karena sifat diet yang ketat dan efek berat badan turun yang begitu cepat sehingga cukup berbahaya apabila dijalani secara jangka panjang [1,2].
Beberapa jenis makanan seperti smoothies, salad dan sup boleh dikonsumsi dalam proses transisi perlahan menuju diet yang sehat dan seimbang [1].
Diet mono dengan variasi seperti diet karnivora (berfokus pada asupan daging saja) atau diet buah-buahan (diet yang berfokus pada asupan buah saja) telah diterapkan oleh beberapa orang [1].
Pada beberapa kasus, kedua jenis diet tersebut bisa dilakukan dalam jangka panjang tanpa harus mengasup jenis makanan lain dan akan tetap lebih aman bagi kesehatan sang pelaku diet [1].
Diet mono pada dasarnya dapat dilakukan dnegan mengonsumsi makanan apa saja [1,2].
Hampir setiap jenis makanan boleh dikonsumsi, seperti deretan makanan berikut [1,2] :
Diet mono juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi kelompok makanan tertentu (jadi tidak harus selalu terpaku pada satu jenis makanan setiap waktu) [1,2].
Kelompok makanan yang bisa dikonsumsi selama menjalani diet mono antara lain adalah [1,2] :
Jika ingin makan buah-buahan saja dalam sehari, maka berbagai macam buah dapat diasup, namun tanpa daging, sayur, kacang dan jenis makanan lain di luar kelompok buah [1,2].
Hal ini juga berlaku ketika seseorang memilih mengonsumsi daging; daging ayam, daging babi, daging sapi, daging kambing dan daging lainnya bisa dikonsumsi sepanjang hari secara bergantian [1,2].
Namun ketika sudah memilih kelompok makanan tertentu, kelompok makanan lain atau jenis makanan di luar kelompok tersebut tidak sebaiknya diasup [1,2].
Seperti diet lain, efek samping tak lepas dari program diet mono dan berikut ini adalah sejumlah efek samping yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan menjalani diet ini :
Diet mono tergolong sebagai diet yang sangat ketat, sebab hanya boleh mengonsumsi satu jenis makanan sepanjang hari [1,2].
Tidak hanya berkemungkinan tubuh menjadi kekurangan kalori, nutrisi penting lainnya pun berpotensi tidak terasup dengan baik [1,2].
Tubuh yang kekurangan nutrisi tertentu lama-kelamaan pun akan menimbulkan sejumlah gejala gangguan kesehatan [1,2].
Diet mono tidak sepenuhnya mudah karena jenis diet ini bisa membuat tubuh lebih mudah lapar, lemas, dan lelah [5,6].
Proses metabolisme dapat menjadi jauh lebih lambat karena menerapkan diet mono [7,8].
Padahal, tubuh memerlukan metabolisme yang bekerja secara cepat agar bisa membakar lemak dan kalori secara maksimal [7,8].
Penurunan berat badan akan semakin sulit terwujud jika diet mono dilakukan jangka panjang karena metabolisme pun semakin lambat [7,8].
Bahkan lebih dari itu, diet mono juga berakibat pada kehilangan massa otot [7,8].
Wanita yang menjalani diet mono, khususnya jika memilih membatasi asupan kalori terlalu berlebihan akan berakibat pada penurunan kesuburan.
Selain itu, wanita yang juga rentan terhadap osteoporosis akan memiliki risiko kehilangan kepadatan tulang lebih lagi ketika menjalani diet mono.
Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa diet mono bisa sangat berpengaruh pada timbulnya risiko gangguan makan, obesitas, dan diabetes tipe 2 bagi pelaku diet ini [1,2,9].
Diet mono bisa digolongkan sebagai diet yo-yo sehingga kenaikan berat badan akan lebih cepat nantinya tepat setelah berhenti dari diet mono [2,9].
Terlebih dalam diet mono ini tidak ada rekomendasi aktivitas fisik tertentu (jenis olahraga yang dianjurkan selama menjalani diet) [10,11].
Padahal, diet dengan mengatur asupan makan perlu diimbangi dengan olahraga rutin yang tepat supaya hasil penurunan berat badan lebih optimal [10,11].
Dengan hanya memilih makanan tertentu dan hanya boleh satu jenis saja per harinya akan membuat tubuh kekurangan banyak gizi penting [1,2].
Seseorang dalam diet mono yang memilih hanya makan pisang dalam sehari, tubuh bisa kekurangan vitamin B12, protein, vitamin A, zat besi, lemak baik, hingga kalsium [1,12].
Begitu pula ketika memilih kelompok makanan berupa daging-dagingan; pelaku diet akan mengalami kekurangan antioksidan, serat dan vitamin C [1].
Melakukan diet mono jangka panjang tak disarankan sebab kekurangan nutrisi tersebut bisa berdampak pada timbulnya penyakit-penyakit serius [1].
Gangguan pencernaan, anemia, masalah fungsi imun, gangguan tulang, dan penyakit kronis lainnya perlu diwaspadai dalam hal ini [13,14,15,16,17].
Diet mono adalah diet yang sangat ketat walaupun pelaku diet boleh mengasup satu jenis makanan apa saja sesuai favoritnya [1,2].
Dilakukan dalam jangka panjang, diet mono dapat berisiko pada gangguan kesehatan karena diet ini tidak pas untuk dijadikan gaya hidup maupun kebiasaan sehat [1,2].
Ketika diterapkan dalam jangka waktu lama, beberapa hal berikut berpotensi terjadi pada tubuh pelaku diet mono [1,2] :
Namun dari segi kelebihannya, diet mono adalah diet yang tidak memiliki banyak aturan [1,2].
Diet ini begitu sederhana dan tidak membutuhkan banyak perencanaan [1,2].
Berat badan juga dapat turun dengan sangat cepat sehingga hal ini menguntungkan bagi beberapa orang yang ingin diet instan [1,2].
Namun agar aman bagi tubuh, diet mono sebaiknya hanya diterapkan 1-2 minggu saja [1,2].
Setelah ada hasilnya, lanjutkan dengan diet lain yang lebih sehat dan seimbang untuk menjaga berat badan yang sudah dicapai dari hasil diet mono tersebut [1,2].
1. Rachael Link, MS, RD & Jillian Kubala, MS, RD. Mono Diet Review: Purpose, Benefits, and Side Effects. Healthline; 2020.
2. Malia Frey & Barbie Cervoni MS, RD, CDCES, CDN. What Is the Mono Diet?. Verywell Fit; 2021.
3. Eva V. Osilla; Anthony O. Safadi; & Sandeep Sharma. Calories. National Center for Biotechnology Information; 2021.
4. Anonim. Weight-Loss and Maintenance Strategies. Weight Management: State of the Science and Opportunities for Military Programs. Institute of Medicine (US) Subcommittee on Military Weight Management. Washington (DC): National Academies Press (US); 2004.
5. A Shenkin. Micronutrients in health and disease. Postgraduate Medical Journal; 2006.
6. Johanna T Dwyer, DSc, RD, Kathleen J Melanson, PhD, RD, LD, Utchima Sriprachy-anunt, MS, RD, Paige Cross, & Madelyn Wilson. Dietary Treatment of Obesity. National Center for Biotechnology Information; 2015.
7. Michael Rosenbaum & Rudolph L. Leibel. Adaptive thermogenesis in humans. HHS Public Access; 2013.
8. Eric T Trexler, Abbie E Smith-Ryan, & Layne E Norton. Metabolic adaptation to weight loss: implications for the athlete. The Journal of the International Society of Sports Nutrition; 2014.
9. Eun-Jung Rhee. Weight Cycling and Its Cardiometabolic Impact. Journal of Obesity & Metabolic Syndrome; 2017.
10. Gregory N Ruegsegger & Frank W Booth. Health Benefits of Exercise. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine; 2018.
11. Damon L. Swift, Ph.D., Neil M. Johannsen, Ph.D., Carl J. Lavie, M.D., Conrad P. Earnest, Ph.D., & Timothy S. Church, M.D., M.P.H., Ph.D. The Role of Exercise and Physical Activity in Weight Loss and Maintenance. HHS Public Access; 2015.
12. United States Department of Agriculture. Bananas, raw. United States Department of Agriculture; 2021.
13. Ranjit Kumar Chandra. Nutrition and Immune Responses: What Do We Know? Military Strategies for Sustainment of Nutrition and Immune Function in the Field. Institute of Medicine (US) Committee on Military Nutrition Research. Washington (DC): National Academies Press (US); 1999.
14. Jake Turner; Meghana Parsi; & Madhu Badireddy. Anemia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
15. James W Anderson, Pat Baird, Richard H Davis Jr, Stefanie Ferreri, Mary Knudtson, Ashraf Koraym, Valerie Waters, & Christine L Williams. Health benefits of dietary fiber. Nutrition Reviews; 2009.
16. Gabriela Cormick & Jose M Belizán. Calcium Intake and Health. Nutrients; 2019.
17. Lien Ai Pham-Huy, Hua He, & Chuong Pham-Huy. Free Radicals, Antioxidants in Disease and Health. IJBS-International Journal of Biomedical Science; 2008.