Daftar isi
Dismenore merupakan istilah medis terhadap kondisi haid yang menimbulkan rasa nyeri. Timbulnya rasa nyeri ini disebabkan oleh kontraksi rahim. Dismenore terbagi atas 2 jenis yakni dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer merujuk pada nyeri berulang sedangkan dismenore sekunder akibat gangguan sistem reproduksi. [1]
Keluhan umum dari para wanita selama berada dalam masa reproduktif adalah dismenore. Kondisi ini dikaitkan pada dampak signifikan terhadap emosional, psikologis, dan kesehatan fungsional tubuh wanita. Tingkat kejadian dismenore adalah 16%-91% dengan kasus yang mengalami nyeri hebat sekitar 2%-29%. [2]
Dismenore yang dirasakan saat masa menstruasi dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Ketidakseimbangan hormon ini menimbulkan pergerakan kontraksi rahim yang abnormal dan berujung pada rasa sakit. [3]
Dismenore atau kram mestruasi memiliki gejala sebagai berikut: [1,4]
Beberapa wanita juga mengalami gejala lain sperti: [3,4]
Dismenore atau kram haid terjadi karena kontraksi rahim yang merupakan otot. Jika rahim berkontraksi terlalu kuat saat siklus menstruasi, otot akan menekan dengan arah berlawanan pada pembuluh darah yang berada di sekitar rahim. [5]
Hal ini akan menghentikan pasokan oksigen ke rahim secara singkat. Kekurangan pasokan oksigen inilah yang menyebabkan rasa nyeri dan kram. Selain itu, Anda juga akan merasakan dismenore bila mengalami gangguan sistem reproduksi (dismenore sekunder) seperti: [1,5]
Komplikasi dismenore primer dapat dilihat dari nyeri yang dirasakan yang mengganggu keadaan tubuh wanita dan juga aktivitas harian yang dilakukan. Komplikasi terhadap penyakit tertentu tidaklah diketahui sebab dismenore primer tidak terkait dengan penyakit. [2]
Dan sebaliknya, komplikasi dismenore sekunder cukup beragam bergantung pada penyebab timbulnya dismenore. Komplikasi termasuk kemandulan, organ pelvis prolaps (berpindah tempat), pendarahan hebat, dan anemia. [2]
Beberapa kondisi tertentu terkait dengan dismenore dapat memiliki komplikasi. Misalnya, endometriosis dapat menimbulkan masalah kesuburan. Penyakit peradangan pelvis dapat menimbulkan jaringan parut pada tuba falopi, dan meningkatkan resiko kehamilan ektopik (sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim). [4]
Anda harus ke dokter bila mengalami: [4]
Bila Anda mengalami dismenore hebat atau tidak biasa atau dismenore yang bertahan lebih dari 2 hari atau 3 hari, pergilah ke fasilitas kesehatan. Baik dismenore primer atau sekunder, dapat ditangani. Sehingga, penting untuk melakukan pemeriksaan. [1]
Pertama, Anda akan ditanyai untuk mendeskripsikan gejala yang Anda rasakan dan mengenai siklus menstruasi. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan pelvis. Selama pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan spekulum (suatu alat yang membuat dokter mampu melihat bagian dalam vagina). [1]
Dengan alat ini, dokter dapat memeriksa vagina, serviks, dan uterus. Dokter akan melihat perubahan atau benjolan. Dokter mungkin juga akan mengambil contoh cairan vagina untuk diperiksa. Jika dokter mengira Anda megalami dismenore sekunder maka Anda membutuhkan pemeriksaan tambahan yaitu: [1,4]
Penanganan yang akan Anda terima dari dokter berdasarkan pada: [3]
Pengobatan untuk menangani gejala dismenore termasuk: [3]
Sayangnya, dismenore kemungkinan besar tidak bisa dicegah. Akan tetapi, memakan menu makanan dengan gizi seimbang dan melaksanakan olahraga secara berkala dapat membantu menghentikan dismenore terasa sangat menyakitkan. [1]
Konsumsi obat pereda nyeri pada dosis normal sehari sebelum perkiraan hari menstruasi Anda dimulai dapat membantu mengendalikan nyeri haid. Anda juga bisa mengonsumsi pereda nyeri segera setelah menstruasi dimulai atau segera setelah Anda merasakan gejalanya. [4]
Teruskan konsumsi obat pereda nyeri sesuai petunjuk penggunaan sampai 2 hari atau 3 hari. Atau bisa juga sampai gejala yang Anda rasakan menghilang. Ini dapat mencegah Anda mengalami dismenore. [4]
1. Anonim. Dysmenorrhea. My Cleveland Clinic; 2020.
2. Hassan Nagy, & Moien AB Khan. Dysmenorrhea. Stat Pearls; 2021.
3. Anonim. Dysmenorrhea. John Hopkins Medicine; 2022.
4. Anonim. Menstrual cramps. Mayo Clinic; 2020.
5. Brunilda Nazario, MD. Menstrual Cramps. WebMD; 2020.