Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Iritis adalah pembengkakan dan iritasi (peradangan) pada cincin berwarna di sekitar pupil mata (iris). Jika tidak ditangani, iritis dapat menyebabkan glaukoma atau kehilangan penglihatan. Iritis dapat
Daftar isi
Iritis merupakan sebuah kondisi iritasi yang disertai pembengkakan pada iris mata karena peradangan [1,2,12].
Iris mata sendiri merupakan bagian mata yang juga disebut dengan istilah selaput pelangi, yakni area gelang pada mata di mana pupil dan sklera (bagian putih mata) membatasinya [1].
Iritis juga dikenal sebagai salah satu jenis uveitis, yaitu uveitis anterior [1,2].
Iris terdapat pada bagian depan uvea yang dapat terlihat melalui kornea, sedangkan uvea sendiri merupakan lapisan tengah mata antara bagian putih mata dan retina [13]
Jika uveitis adalah peradangan pada seluruh atau sebagian uvea, maka iritis merupakan jenis uveitis di mana radang terjadi pada sebagian uvea [14].
Tinjauan Iritis adalah peradangan iris mata yang ditandai dengan bengkak dan iritasi pada iris. Iritis juga dikenal dengan kondisi uveitis anterior, yakni salah satu jenis uveitis.
Penyebab iritis seringkali tak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor di bawah ini memiliki kaitan erat dengan terjadinya iritis :
Infeksi virus yang mampu menyebabkan iritis adalah virus herpes yang biasanya menyerang area wajah [1,2,3].
Selain itu, toksoplasmosis juga merupakan jenis infeksi yang perlu diwaspadai, terutama karena penularannya terjadi ketika mengonsumsi makanan setengah matang atau mentah [1,3].
Histoplasmosis atau infeksi baru ketika menghirup spora jamur, sifilis, hingga tuberkulosis adalah beberapa jenis infeksi yang juga dapat memicu uveitis dan iritis [1,2,3].
Cedera pada mata, seperti luka bakar atau cedera akibat terpapar zat kimia berbahaya mampu memicu iritis [1].
Penggunaan obat tertentu mampu menyebabkan iritis, seperti halnya antivirus cidofovir dan antibiotik rifabutin [5].
Obat osteoporosis seperti bisphosphonates juga mampu menyebabkan iritis [6].
Meski demikian, kasus iritis karena obat-obatan ini sangat jarang terjadi.
Penyakit autoimun ini dapat berbahaya dan memicu iritis karena sel-sel inflamasi di area mata dapat tumbuh karenanya [1,2,3,4].
Penyakit autoimun karena faktor genetik mampu meningkatkan risiko iritis akut [1,2].
Arthritis psoriatik, penyakit radang usus besar, arthritis reaktif, dan ankylosing spondylitis merupakan jenis-jenis arthritis yang perlu diwaspadai [2,7].
Pada anak-anak dengan kondisi ini, risiko mengalami iritis kronik pun semakin tinggi [1,7].
Penyakit ini adalah penyakit yang cukup jarang dijumpai, begitu pula diketahui jarang menyebabkan iritis akut, khususnya di negara-negara Barat [3,7].
Namun, kondisi yang ditandai dengan luka pada mulut, luka pada alat genital, dan gangguan sendi ini tetap perlu diketahui sebagai salah satu penyebab iritis [3,7].
Selain sejumlah kondisi yang dikaitkan dengan iritis di atas, beberapa faktor di bawah ini pun diketahui memperbesar potensi seseorang menderita iritis, yaitu :
Tinjauan Iritis dapat terjadi karena cedera pada mata maupun karena predisposisi genetik. Selain itu, infeksi seperti toksoplasmosis, herpes, sifilis, dan tuberkulosis juga perlu diwaspadai sebagai penyebab iritis.
Iritis atau uveitis anterior terbagi menjadi dua jenis kondisi menurut gejalanya, yakni iritis akut dan kronik [1,2].
Pada kondisi iritis akut, penderitanya biasanya mengalami nyeri di bagian mata yang disertai dengan kemerahan.
Tak hanya itu, beberapa keluhan lain yang perlu dikenali adalah [1,4] :
Pada kasus iritis kronik, nyeri yang dirasakan pada mata tidak seberat pada kondisi akut.
Selain nyeri, berikut ini adalah keluhan lain yang dapat menyertai [1,4] :
Gejala-gejala iritis dapat berkembang cukup cepat, baik itu dalam beberapa hari atau bahkan beberapa jam, khususnya pada kasus iritis akut.
Namun jika gejala-gejala yang dialami tak menunjukkan tanda membaik dalam waktu 3 bulan atau lebih, maka hal ini menandakan bahwa penderita mengalami iritis kronik.
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera ke dokter spesialis mata untuk memeriksakan diri bila mata memerah, mata terasa nyeri, penglihatan memburam, dan/atau mengalami fotofobia.
Deteksi dan penanganan dini dapat membantu pasien dalam mencegah komplikasi-komplikasi serius yang fatal.
Tinjauan Gejala umum iritis adalah nyeri di bagian mata, kemerahan, serta fotofobia.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode pemeriksaan yang perlu ditempuh oleh pasien antara lain adalah :
Pemeriksaan eksternal adalah prosedur diagnosa utama yang dilakukan oleh dokter menggunakan senter seukuran pulpen agar dapat melihat ke arah pupil [1].
Dokter kemudian juga akan mengobservasi salah satu atau kedua sisi mata yang mengalami kemerahan [1].
Pola kemerahan tersebut akan diperiksa oleh dokter [1].
Pemeriksaan ketajaman penglihatan pasien juga perlu diterapkan [1,3,4].
Biasanya dokter dalam hal ini menggunakan grafik khusus untuk pemeriksaan mata [3,4].
Selain itu, ada pula beberapa tes standar lainnya yang mungkin dokter sarankan agar pasien menempuhnya.
Pada prosedur pemeriksaan ini, dokter biasanya menggunakan mikroskop khusus yang sudah dilengkapi dengan cahaya [1,3,4].
Bagian dalam mata akan dicek oleh dokter untuk mengetahui tanda-tanda iritis.
Dokter juga akan meneteskan obat tetes mata untuk membesarkan pupil supaya bagian dalam mata pasien terlihat lebih jelas [1,3,4].
Untuk mengetahui dan memastikan apakah pasien mengalami tuberkulosis atau sarkoidosis [1,4].
Karena kedua kondisi tersebut mampu menyebabkan uveitis, maka pemeriksaan ini dapat pasien jalani.
Beberapa metode pemeriksaan laboratorium juga perlu ditempuh oleh pasien apabila dokter menemukan keberadaan uveitis granulomatosa bilateral atau uveitis rekuren [1].
Tes darah lengkap, antibodi antinuklir, tes HIV, tes tingkat sedimentasi eritrosit, urinalisis, tes plasma reagin cepat, lyme titer, purified protein derivative hingga tes VDRL (venereal disease research laboratory test atau tes skrining pendeteksi sifilis) [1,4].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, ketajaman visual, radiografi dada, dan slit lamp adalah metode-metode utama pemeriksaan untuk mendiagnosa iritis.
Pengobatan iritis biasanya bertujuan utama meredakan nyeri dan radang sekaligus menjaga fungsi penglihatan pasien tetap baik.
Beberapa metode pengobatan untuk kasus iritis pada umumnya adalah :
Untuk mengatasi peradangan, biasanya glukokortikoid diresepkan oleh dokter [1,3,4,6,7].
Biasanya obat jenis steroid ini diberikan dalam bentuk tetes mata.
Selain dalam bentuk tetes mata, obat steroid seperti prednisolone 1% dapat digunakan untuk mengatasi masalah iritis [1,3,4,6,7].
Pilihan terbaik untuk uveitis adalah steroid yang paling kuat seperti prednisolone 1% [1,3,4].
Guna obat ini adalah untuk meredakan peradangan melalui penekanan migrasi leukosit polimorfonuklear dan pembalikan permeabilitas kapiler yang mengalami peningkatan [1].
Obat lainnya yang kemungkinan dokter resepkan adalah adalimumab atau infliximab yang umumnya diperuntukkan bagi pasien uveitis kronik yang disebabkan oleh spondyloarthropathy seronegatif [1,9].
Uveitis kronik ini umumnya mengancam kesehatan dan fungsi penglihatan [1,2].
Contoh obat antikolinergik salah satunya adalah homatropine yang bertujuan memblokir impuls saraf ke otot siliaris dan sfingter pupil [1,10].
Obat ini juga akan meredakan rasa nyeri maupun fotofobia yang dikeluhkan pasien [1].
Selain homatropine, cyclopentolate 0,5-2% yang memiliki fungsi sama dengan homatropine [1,10,11].
Hanya saja bila mempertimbangkan dari segi efektivitas, homatropine masih lebih baik [1].
Hal ini dikarenakan efek cyclopentolate hanya bertahan 1 hari bagi penggunanya [1].
Apakah prognosis iritis baik?
Prognosis iritis tergolong bagus, namun tentunya jika penderita mendapatkan penanganan yang tepat secepatnya [1].
Agar prognosis baik, segera ke dokter spesialis mata dalam waktu 24 jam dari timbulnya gejala atau dari sejak cedera pada mata terjadi (bila hal ini terkait dengan cedera) [1].
Bahkan ketika selesai ditangani, pasien sebaiknya masih dipantau oleh dokter dengan melakukan pemeriksaan slit lamp dan tekanan intraokular setidaknya beberapa hari sekali [1].
Saat kondisi mata pasien menurut dokter sudah stabil sekalipun, 1-6 bulan sekali pasien tetap diminta datang untuk pengecekan kondisi mata [1].
Tinjauan Penanganan iritis adalah dengan obat tetes mata atau obat oles (topikal) steroid, antikolinergik, atau penghambat faktor nekrosis tumor; hal ini akan disesuaikan dengan penyebab iritis.
Iritis dapat menjadi berbahaya dan menimbulkan beberapa risiko komplikasi di bawah ini apabila tidak ditangani atau terjadi rekuren.
Iritis dapat kambuh walau sudah diobati dan jika sampai kondisi ini terjadi berulang, risiko glaukoma pun semakin tinggi [1,3,4,7].
Ketika iritis mengalami rekuren, tekanan di bagian dalam mata meningkat di mana hal ini memperbesar kemungkinan kebutaan.
Iritis yang tak kunjung diobati atau bahkan mengalami rekuren yang terlampau sering mampu meningkatkan risiko katarak [1,3,4,7,8].
Keruhnya lensa mata dapat terjadi karena peradangan yang tak segera memperoleh penanganan.
Ketidakteraturan bentuk pupil mata biasanya disebabkan oleh jaringan parut yang menempel pada kornea atau lensa mata [1].
Kornea pada kondisi deposit kalsium akan mengalami degenerasi. Bila degenerasi kornea terjadi, maka sebagai akibatnya penglihatan dapat menurun [11].
Atrofi saraf optik adalah risiko komplikasi lainnya akibat tekanan pada intraokular yang meningkat [1].
Kondisi ini dapat terjadi bersama dengan kehilangan penglihatan permanen katastrofik sehingga pastikan untuk memperoleh penanganan iritis secepatnya [1].
Tinjauan Berbagai risiko komplikasi iritis adalah glaukoma, katarak, ketidakteraturan pupil, deposit kalsium di kornea, hingga atrofi saraf optik dan kebutaan permanen.
Iritis memungkinkan untuk dicegah, namun tak banyak yang bisa dilakukan.
Bagi penderita gangguan autoimun, penting untuk menggunakan obat sesuai resep dokter dengan benar [12].
Iritis setidaknya dapat diminimalisir risikonya dengan penggunaan obat resep dokter secara rutin [12].
Pemeriksaan mata rutin juga sangat membantu dalam deteksi dini adanya gejala iritis [1,12].
Bila mengalami cedera pada mata, segera ke dokter spesialis mata untuk pemeriksaan dan penanganan dini supaya mampu mencegah risiko komplikasi [1,12].
Tinjauan Pencegahan iritis pada penderita penyakit autoimun adalah dengan menggunakan obat resep dokter dengan baik. Pertolongan pertama pada cedera mata serta pemeriksaan mata rutin juga sangat disarankan dalam meminimalisir risiko iritis dan komplikasinya.
1. Navid Mahabadi; Jessica Kim; & Mary Ann Edens. Iritis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Ratna Sitompul. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal Universitas Indonesia; 2016.
3. Uwe Pleyer & Soon-Phaik Chee. Current aspects on the management of viral uveitis in immunocompetent individuals. Clinical Ophthalmology; 2015.
4. Phoebe Lin, MD, PhD. Infectious Uveitis. HHS Public Access; 2016.
5. Ilaria Testi, Aniruddha Agarwal, Rupesh Agrawal, Sarakshi Mahajan, Alessandro Marchese, Elisabetta Miserocchi & Vishali Gupta. Drug-induced Uveitis in HIV Patients with Ocular Opportunistic Infections. Ocular Immunology and Inflammation; 2020.
6. Meredith McKague, MD MSc CCFP, Derek Jorgenson, PharmD, & Kelly A. Buxton. Ocular side effects of bisphosphonates. Canadian Family Physician; 2010.
7. Sherveen S. Salek, Archana Pradeep, Catherine Guly, Athimalaipet V Ramanan, & James T. Rosenbaum. Uveitis and Juvenile Psoriatic Arthritis or Psoriasis. HHS Public Access; 2019.
8. Phoebe Lin, MD, PhD, Allison R. Loh, BA, Todd P. Margolis, MD, PhD, & Nisha R. Acharya, MD, MS. Cigarette smoking as a risk factor for uveitis. HHS Public Access; 2011.
9. Inês Leal, Filipe B. Rodrigues, David Cordeiro Sousa, Gonçalo S. Duarte, Vasco C. Romão, Carlos Marques-Neves, João Costa, & João Eurico Fonseca. Anti-TNF Drugs for Chronic Uveitis in Adults—A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Frontiers in Medicine; 2019.
10. Nikhil Gupta, MBBS, MD. Management of Uveitis in Spondyloarthropathy: Current Trends. The Permanent Journal; 2018.
11. Rupesh V Agrawal, Somasheila Murthy, Virender Sangwan, & Jyotirmay Biswas. Current approach in diagnosis and management of anterior uveitis. Indian Journal of Ophthalmology; 2010.
12. Anonim. Iritis. Cedars Sinai; 2021.
13. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D, et al. Anatomy of the Eye. Neuroscience. 2nd edition. Sunderland (MA): Sinauer Associates; 2001.
14. Monalisa N Muchatuta , MD, MS, Richard H Sinert, DO, Francisco Talavera, PharmD, PhD, Gil Z Shlamovitz, MD, FACEP, Eric M Kardon, MD, FACEP, Robert E O'Connor, MD, MPH, & Keith Tsang, MD. Iritis and Uveitis. Medscape; 2019.