Penyakit & Kelainan

ISPA: Jenis – Gejala dan Cara Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
ISPA adalah penyakit infeksi menular dari saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Saluran pernapasan atas meliputi hidung, tenggorokan, faring, laring, dan bronkus. Flu adalah bentuk

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, orang-orang yang tergolong pada kelompok umur 25 sampai 34 tahun adalah paling rentan terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). [9, 10]

Penyebab utama yang menimbulkan penyakit ini adalah dikarenakan pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok (31,3%) dan kurang aktivitas fisik (25,4%). [9. 10]

Apa Itu ISPA?

Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau biasa di singkat dengan ISPA adalah infeksi yang terjadi pada area mulut, hidung, tenggorokan, laring (pita suara), dan trakea (batang tenggorokan).

Penyakit-penyakit yang termasuk pada ISPA adalah nasofaringitis (pilek), sinusitis, faringitis, radang pita suara, dan radang tenggorokan.[3]

Nasofaringitis (pilek) sering menjadi penyebab ISPA, dan sebagian besar pasien dengan diagnosis ini disertai dengan hidung tersumbat (80%). Nasofaringitis jarang disertai demam.

Penyebabnya diprediksi akibat virus. Pengobatan flu biasa bersifat simtomatik dan mencuci tangan adalah pencegahan terbaik. [3]

Faktor Penyebaran dan juga dampak dari penyakit ISPA:

  • Lingkungan, seperti polutan udara, kepadatan anggota keluarga, kelembaban, kebersihan, musim, temperatur
  • Pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi, seperti vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi
  • Penyebab patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi (misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran inokulum).

Rata-rata anak-anak mengalami 6 – 8 kali penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) per tahun, sedangkan orang dewasa 2 – 4 kali per tahun.

Meskipun infeksi ini biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, akan tetapi kadang-kadang ISPA dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa. [1, 2]

Tinjauan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang terjadi pada area mulut, hidung, tenggorokan, laring (pita suara), dan trakea (batang tenggorokan).

Jenis-Jenis Kondisi Penyakit ISPA

Meskipun ISPA dapat umum dijumpai, akan tetapi penyakit ini merupakan penyakit yang memiliki beragam jenis. Dengan memahami perbedaannya, diharapkan agar penanganan dapat dilakukan secara tepat.

Infeksi saluran pernafasan di bagi menjadi 2 yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan Infeksi Saluran Pernafasan Bawah.

Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Infeksi saluran pernafasan atas disebabkan oleh virus. Tetapi, untuk jenis Epiglottitis dan laryngotracheitis disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b. [14]

Berikut ini akan di jelaskan masing-masing jenis infeksi saluran pernfasan atas :

1. Faringitis

Faringitis adalah penyakit radang selaput lendir dan struktur yang mendasari tenggorokan. Penyakit ini biasanya bersifat akut (terjadi secara mendadak dan cepat memburuk) tetapi juga bisa bersifat kronis (parah). Kategori diagnostik klinisnya meliputi tonsilitis (radang amandel), tonsilofaringitis (radang tenggorokan), dan nasofaringitis (pilek).[4]

Gejala sakit tenggorokan selalu menyertai faringitis, tetapi bukan satu-satunya kriterianya. Sakit tenggorokan umum menjadi keluhan anak-anak yang sedang pilek. Akan tetapi, tidak memiliki bukti objektif atas adanya peradangan pada bagian tenggorokan.[4]

2. Nesofaringitis (pilek)

Nasofaringitis (pilek) adalah penyakit umum pada anak-anak yang disebabkan virus pernapasan. Infeksi yang terjadi disebabkan oleh virus syncytial, parainfluenza, dan rhinoviral. Nasofaringitis yang disebabkan oleh infeksi adenoviral adalah kejadian yang sering terjadi pada remaja dan orang dewasa.[4]

Nasofaringitis lebih sering terjadi selama musim hujan atau cuaca yang dingin. Metode penularannya mirip dengan infeksi virus pernapasan lainnya, yaitu melalui droplet. [3, 4]

3. Sinusitis

Sinusitis adalah radang selaput lendir yang melapisi satu atau lebih dari sinus paranasal. Masing-masing dari empat sinus paranasal terhubung ke rongga hidung (ostia), berdiameter 1 hingga 3 mm serta mengalir langsung ke hidung. Peradangan yang dimaksud dapat berupa penyumbatan hidung.[5]

Sinusitis dibagi menurut jangka waktu penyakitnya, yaitu [5]

  • Sinusitis akut (kurang dari 4 minggu),
  • Infeksi subakut (4 sampai 12 minggu),
  • Infeksi akut rekuren (kurang dari 30 hari),
  • Sinusitis kronis (lebih dari 12 minggu), dan
  • Ssinusitis bakteri akut yang ditumpangkan pada sinusitis kronis.

Virus atau dalam kombinasi dengan bakteri (dalam 16% kasus) yang menyebabkannya adalah rhinovirus, coronavirus, adenovirus, virus parainfluenza, dan respiratory syncytial virus.[5]

4. Laringitis (Radang Pita Suara)

Laringitis akut, atau radang mukosa laring, sering terjadi pada orang dewasa, seperti :[6]

  • Peradangan pada pita suara menyebabkan iritasi
  • Edema yang menghambat gerakan mukosa yang lentur yang mengarah ke disfonia (kelainan pita suara).
  • Suara serak atau kehilangan suara.

Penyebab laringitis akut dapat berupa.[7, 6]

  • Infeksi virus,
  • Infeski bakteri,
  • Terlalu banyak berbicara,
  • Berteriak, atau bernyanyi.
  • Disebabkan oleh gastroesophageal reflux disease (GERD),
  • Merokok,
  • Minuman beralkohol,
  • Menghirup bahan kimia atau debu,
  • Infeksi sinus atau alergi.

Kasus laringitis yang sangat ringan dapat ditangani dengan cara mengistirahatkan penggunaan suara. Sementar itu laringitis kronis merupakan kondisi yang berlangsung selama lebih dari 3 minggu.[6]

5. Laryngotracheitis atau Laryngotracheobronchitis

Laryngotracheobronchitis (LTB) akut adalah suatu kondisi inflamasi yang disebabkan oleh infeksi yang mempengaruhi laring, trakea, dan bronkus. Pada anak-anak biasanya disertai oleh [8] :

  • Riwayat rinorea,
  • Batuk,
  • Radang ternggorokan,
  • Demam ringan yang menuju batuk kering atau suara serak.

LTB sebagian besar disebabkan oleh virus, terutama virus parainfluenza tipe I dan II. Selain itu terdapat penyebab lain seperti influenza tipe A atau B, virus pernapasan syncytial (RSV), dan adenovirus.[3]

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

infeksi saluran pernafasan bawah disebabkan oleh bakteri dan juga virus. Infeksi saluran pernafasan bawah terdiri dari bronkitis, bronchiolitis dan pneumonia.

1. Bronkitis dan Bronchiolitis

Bronkitis dan bronchiolitis memiliki gejala peradangan pada bagian bronkial. Gejala penyakit ini akan di awali dengan:

  • Bantuk
  • Peningkatan suhu tubuh.
  • Pernafasan menjadi berat, dan
  • Gelisah

2. Pneumonia

Pneumonia merupakan radang paru-paru yang memiliki beberapa gejala yang tentunya harus di waspadai, yaitu :

  • Sakit kepala,
  • Kebingungan,
  • Sakit perut,
  • Mual,
  • Muntah, dan
  • Diare

Penyebab ISPA

Penyebab umum yang mengakibatkan ISPA adalah infeksi virus dan bakteri. Virus dan bakteri dapat menyebabkan infeksi dikarenakan imun atau daya tahan tubuh kita yang lemah.

Maka dari itu diperlukan perhatian terhadap kondisi daya tahan tubuh kita agar virus dan bakteri tersebut dapat diminimalisasi penyebarannya.[2]

Berikut adalah daftar virus dan bakteri yang menjadi penyebab ISPA.[3, 4, 5, 6]

  • Virus: rhinovirus, coronavirus, enterovirus, parainfluenza, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, metapneumovirus, Epstein-Barr virus, dan cytomegalovirus.
  • Bakteri: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pyogenes, Group C and G Streptococci, Mycoplasma pneumoniae, Gonorrhea, Chlamydia, dan Diphtheria.
Tinjauan
Orang yang berumur 25 - 34 tahun paling rentan terkena ISPA.

Faktor yang Mempertinggi Risiko ISPA

Meskipun ISPA disebabkan oleh infeksi virus dan/atau bakteri, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ISPA. Berikut ini akan dijabarkan berbagai faktor yang dapat mempertinggi risiko penyakit ISPA.[11]

  • Musim penghujan
  • Kontak dekat dengan individu yang telah terinfeksi
  • Terpapar lingkungan yang penuh dengan asap rokok
  • Lemahnya sistem imun
  • Stress psikologis
  • Latihan fisik yang berat
  • ISPA lebih sering terjadi pada anak-anak
Tinjauan
Faktor yang meingkatkan terjadinya ISPA di anatara lain adalah misum penghujan, lemahnya sistem imun, atau kontak dekat dengan penderita ISPA yang lain.

Gejala ISPA

Gejala ISPA merupakan gejala yang sering Anda temui ketika musim penghujan. Penderita ISPA memiliki gejala yang beragam.

Masing-masingnya berkaitan dengan keluhan yang dirakasan pada area saluran pernapasan.

Pada kesempatan berikut akan disebutkan berbagai gejala yang dapat timbul dari penyakit ISPA. [2, 3, 4, 5]

  • Sakit Kepala
  • Kemampuan indra penciuman menurun
  • Hidung tersumbat
  • Bersin-bersin
  • Tenggorokan kering
  • Lidah terasa tidak optimal dalam mengecap
  • Batuk (berdahak maupun kering)
  • Demam
  • Malaise
  • Dyspnea (sesak napas)
  • Rinorea
  • Kehilangan suara
  • Suara serak
  • Napas tidak normal
  • Hyposmia / anosmia

Individu yang memiliki penyakit ISPA biasanya memunculkan gejala lainnya, yaitu [13]:

  • Batuk
  • Bersin
  • Pilek
  • Hidung tersumbat
  • Nyeri tenggorokan
  • Sesak napas
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot

Kapan Harus Ke Dokter?

Beberapa penyakit ISPA yang disebabkan oleh virus dapat sembuh dengan sendirinya. Gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya dapat disembuhkan melalui cara mengistirahatkan badan atau mengkonsumsi asupan penambah imun.

Namun demikian, apabila gejala tersebut semakin buruk, bertambah parah, atau tidak kunjung reda, maka diperlukan penangan oleh tenaga medis atau dokter. Kondisinya adalah sebagai berikut [7]

Tinjauan
Gejala-gejala ISPA di antaranya adalah batuk, bersin, tenggorokan kering, suara serak, atau napas yang tidak normal.

Diagnosis dan Pemeriksaan ISPA

Untuk mendiagnosis penderita ISPA, tenaga medis utamanya akan memerika riwayat penyakit serta menanyakan gejala-gejala yang telah muncul di tubuh pasien.

Pada kondisi ini sangat disarankan agar pasien untuk memberikan informasi selengkap-lengkapnya, baik itu mengenai gejala, lamanya gejala tersebut muncul, atau keluhan lainnya.[2]

Pengujain laboratorium atau pengujian lainnya pada beberapa kesempatan tidak menambah manfaat mengenai informasi diagnosis pada penderita ISPA yang ringan.

Akan tetapi pengujian tersebut dapat dilakukan apabila infeksi sudah bersifat kronis. Hal itu juga berkaitan dengan perlunya informasi mengenai penyebab pasti atas ISPA kronis. [2]

Secara jelas, pemeriksaan atas diagnosis ISPA dilakukan dengan cara pasien terus menginformasikan tentang perkembangan gejala dan kondisi, konsistensi penggunaan obat, serta terus melaporkan kekhawatiran pasien atas penyakit ini.

Kerja interprofesional adalah kunci, yaitu baik pasien maupun tenaga medis mesti profesional dalam menangani penyakit ISPA. [12]

Tinjauan
Penderita ISPA dapat didiagnosis melalui riwayat penyakit dan gejala-gejala klinis yang menyertainya. Pengujian Laboratorium kemungkinan besar dilakukan untuk penderita ISPA kronis.

Komplikasi ISPA

Apabila tidak ditangani dengan tepat, maka ISPA dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah lagi. Komplikasi yang disebabkan tidak tertanganinya ISPA berkaitan dengan kondisi kronis yang menjangkiti penderita. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ISPA. [3, 4, 11]

  • Abses Retrofaringeal dan Peritonsilar: Infeksi yang terjadi di sekitar area tonsil atau amandel.
  • Sindrom Lemierre: Infeksi bakteri yang dimulai dari tenggorokan dan dapat menimbulkan nanah bergerak dari bagian tenggorokan menuju berbagai organ seperti paru-paru.
  • Demam Reumatik:  Infeksi yang menyebabkan peradangan, terutama pada jantung, pembuluh darah, dan sendi. Gejalanya meliputi demam dan sendi sensitif serta nyeri.
  • Glomerulonefritis Akut: Adalah salah satu jenis penyakit ginjal di mana terjadi peradangan pada glomerulus, yaitu bagian ginjal yang berfungsi sebagai penyaring dan pembuang cairan serta elektrolit berlebih serta zat sisa (sampah) dari aliran darah
  • Kelainan Neuropsikiatri Autoimun Anak: Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun bukannya menyerang zat asing, tetapi justru menyerang sel sehat dalam tubuh sendiri.
  • Hiperreaktivitas bronkial / Asma Kambuh: Kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas.
  • Pneumonia: Infeksi yang menyerang satu atau kedua paru-paru
  • Asma Eksaserbasi Akut: atau yang lebih dikenal dengan serangan asma, adalah kemunculan gejala secara tiba-tiba yang memburuk dalam waktu cepat.
  • Otitis Media Akut: Infeksi ruang berisi udara di belakang gendang telinga (telinga tengah).
  • Mastoiditis: infeksi pada rongga tulang mastoid (tulang di belakang bagian telinga).

Meskipun statusnya masih ringan, efek yang ditimbulkan ISPA dapat mengganggu kualitas hidup manusia. Hal ini terjadi bisa berlangsung beberapa minggu.

Yang umum ditemukan adalah penderita ISPA harus mengambil libur dari kegiatan kerja atau sekolah. Selain itu, apabila ISPA tidak ditangani secara tepat, komplikasi di atas akan rentan terjadi. [12]

Tinjauan
Penderita ISPA yang tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan komplikasi, di antaranya adalah otitis media akut, demam reumatik, atau sindrom Lamierre.

Pengobatan ISPA

Tujuan untuk pengobatan penyakit ISPA adalah menyediakan panduan antisipatif terhadap perawat atau pengasuh, menyediakan penanganan terhadap gejala ISPA, dan menghindari tritmen yang membahayakan.[2]

Langkah Medis

Langkah medis di sini perlu diperhatikan dengan konsultasi dan rekomendasi dokter atau tenaga medis.[2, 12]

  • Dekongestan dan kombinasi obat antihistamin / dekongestan dapat membatasi batuk, hidung mampet, dan gejala lainnya pada orang dewasa.
  • Antagonis reseptor H1 dapat mereduksi secara sederhana dari rhinorea dan bersin-bersin selama 2 hari pertama pilek pada orang dewasa.
  • Penggunaan antivirus sejak dini untuk infeksi influenza dapat memperpendek durasi gejala influenza, mengurangi lamanya tinggal di rumah sakit, dan mengurangi risiko komplikasi.
  • Merekomendasikan pasien yang membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis ke ICU untuk perawatan lebih lanjut; biasanya terkait dengan komorbiditas yang mendasari (misalnya, asma, fibrosis kistik, displasia bronkopulmonalis) diperburuk oleh ISPA.

Langkah Non-Medis

  • Mengistirahatkan diri agar imun dapat meningkat kembali
  • Menjaga asupan cairan yang memadai
  • Mandi air hangat agar dapat mempermudah proses pernapasan dan mencegah sekresi hidung mengering.
  • Mengkonsumsi madu: 1,5 sampai 2 sendok makan dan sebelum tidur.
  • Meniup hidung setelah membersihkannya
  • Campuran garam dan air dapat disiapkan di rumah dengan mencampurkan 2 mL garam meja dengan 240 mL air hangat.[2]

Obat-Obatan yang bisa di konsumsi

  • Antibiotik untuk penyakit ISPA yang disebabkan oleh infeksi bakteri
  • Vitamin C
  • Analgesik sebagai obat pereda nyeri
  • Kortikosteroid untuk menambah hormon steorid
  • Dekongestan untuk meringankan saluran pernapasan

Pantangan dan Anjuran ISPA

Selain pencegahan, berikut adalah pantangan dan anjuran yang dapat dilaksanakan terkain dengan asupan nutirisi dan pola hidup sehat.

  • Mengkonsumsi makanan yang tinggi akan vitamin C, seperti jambu biji, pepaya, jeruk, kiwi, dan stroberi.
  • Membiasakan cuci tangan menggunakan sabun
  • Tidak merokok dan menjauhi lingkungan rokok
  • Gunakan penutup badan ketika sedang di luar saat hujan, seperti jas hujan atau lebih baik meneduh.
  • Berolah raga rutin atau teratur
  • Istirahat yang cukup
  • Menggunakan masker ketika batuk atau bersin-bersin
Tinjauan
Untuk pengobatan penderita ISPA yang ringan dapat memperhatikan dan menjaga asupan cairan serta terus mengistirahatkan diri. Apabila sudah meningkat, penderita ISPA dapat mengkonsumis obat-obatan dan mendatangi dokter atau tenaga medis.

Cara Pencegahan ISPA

Dengan mengetahui penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya, kita perlu melakukan praktik tertentu agar dapat mencegah terjadinya penyakit ISPA. Perlu diperhatikan bahwa anak kecil sangat rentang terkena ISPA.

Begitu juga Ibu hamil karena kondisi tubuhnya mesti sangat diperhatikan. Berikut ini adalah perilaku yang dapat dilakukan, termasuk juga bagi anak-anak dan ibu hamil.[2]

  • Higienitas tangan merupakan kunci utama dan hal yang kritis. Sangat direkomendasikan untuk tetap mencuci tangan agar kebersihan selalu terjaga dan terhindar dari virus dan/bakteri penyebab ISPA.
  • Desinfeksi terhadap permukaan yang banyak disentuh oleh banyak orang (misalnya meja, gagang pintu, tuas wastafel, dan mainan).
  • Mengajari anak untuk mengetahui cara batuk yang benar, contohnya batuk atau bersin dengan menutup dengan menggunakan siku tangan atau kain dan bukan menggunakan tangan.
  • Batasi aktivitas penderita agar dapat mencegah penularan penyakit ISPA.
  • Menghidari lingkungan perokok, baik pasif maupun aktif.
  • Anjurkan menyusui untuk mengurangi risiko ISPA pada bayi.
  • Melakukan imunisasi yang direkomendasikan secara teratur untuk mencegah penyebab tertentu ISPA (misalnya, virus influenza) dan mencegah komplikasi yang disebabkan oleh bakteri patogen tertentu.
Tinjauan
Cara mencegah terjadinya ISPA diantaranya adalah dengan mencuci tangan, mengajarkan anak agar batuk dengan cara yang benar, atau menghindari lingkungan yang sarat akan asap rokok.

1) Terho Heikkinen, Asko Järvinen. 2003. THE LANCET: Vol 361. The common cold.
2) Anne B. Chang (editor). 2009. Pediatric Clinics of North America: Volume 56. Upper Respiratory Tract Infections (Including Otitis Media).
3) Samuel N. Grief, MD, FCFP. 2013. Department of Family Medicine, University of Illinois at Chicago: Prim Care. Upper Respiratory Infections.
4) James Cherry MD MSc, Gail J. Demmler-Harrison MD, Sheldon L. Kaplan MD, William J. Steinbach MD, dan Peter J Hotez MD PhD. 2018. Feigin and Cherry's Textbook of Pediatric Infectious Diseases. Bab 9: Pharyngitis (Pharyngitis, Tonsillitis, Tonsillopharyngitis, and Nasopharyngitis)
5) Fred F. Ferri MD FACP. 2019. Ferri's Clinical Advisor 2020. Bab: Sinusitis.
6) Paul Flint, Bruce Haughey, Valerie Lund, John Niparko, K. Robbins, J. Regan Thomas, dan Marci Lesperance. 2014. Cummings Otolaryngology. The Professional Voice.
7) Anonim. 2019. Elsevier Interactive Patient Education. Laryngitis.
8) Katherine Marschall. 2017. Stoelting's Anesthesia and Co-Existing Disease. Bab 30: Pediatric Diseases
9) Tim Publikasi Katadata. 2019. Milenial Rentan 5 Penyakit Ini
10) Tim Risekdas 2018. 2019. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Nasional Risekdas 2018: 5.1 ISPA.
11) Anonim. 2018. Elsevier Point of Care. Upper respiratory tract infection in children.
12) Micah Thomas dan Paul A. Bomar. 2020. StatPearls Publishing. Upper Respiratory Tract Infection.
13) Silvia Triyanti Luis. 2019. National Geographic Indonesia. umlah Penderita ISPA Akibat Karhutla Capai 919.516 Orang di Bulan September
14) Rockville Pike. 1996. ncbi.nlm.nih.gov. Infections of the Respiratory System

Share