Jernang adalah salah satu jenis getah yang membeku dan berasal dari beberapa keluarga pepohonan[1].
Ini merupakan salah satu jenis resin alami yang telah digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia sebagai pewarna, dupa atau keperluan untuk spiritual, serta pengobatan tradisional[1].
Daftar isi
Jernang merupakan getah yang berasal dari 4 jenis marga pepohonan dan tersebar pada sebagian wilayah di dunia seperti Asia Tenggara, Eropa, serta Amerika Utara dan Selatan[1].
Keempat marga atau nama keluarga pohon yang menghasilkan jernang adalah sebagai berikut[1]:
Di Indonesia, jernang berasal dari marga pohon Daemonorops dan memiliki nama ilmiah pohon yaitu Daemonorops draco. Jernang diambil dari getah yang berasal dari buah pohon tersebut[5].
Jernang dikenal juga dengan sebutan lain dalam bahasa Inggris yaitu dragon blood, dragon’s blood, sangre de drago, dan lain sebagainya[1].
Beberapa ciri – ciri fisik dari jernang adalah[1]:
Beberapa kandungan senyawa aktif dari jernang adalah sebagai berikut[2,3]:
Kandungan senyawa aktif tersebut memberikan aktivitas anti virus, anti radang, antioksidan, serta antikoagulan yang berguna untuk kesehatan tubuh[3].
Jernang memiliki beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh, yaitu sebagai berikut:
Kandungan fenol dan aneka asam yang dimiliki oleh jernang memberikan sifat antioksidan yang cukup kuat. Kandungan fenol dan asam dapat mencegah radikal bebas dan racun masuk ke dalam tubuh[4].
Ini juga berguna untuk meningkatkan stamina dan mencegah kerusakan sel tubuh serta penuaan dini[4].
Jernang dapat menyembuhkan luka secara signifikan, menghentikan perdarahan dan mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh luka[6].
Jernang juga dapat mengembalikan sel kulit yang telah rusak serta mati dan melawan bakteri yang terdapat pada luka[6].
Beberapa jenis luka yang dapat disembuhkan oleh jernang adalah luka terbuka, luka bakar, atau luka diabetes pada kulit[6].
Jernang juga dapat mengatasi kudis, bisul, dermatitis, kulit yang bernanah, gatal-gatal, radang kulit, serta infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur[4].
Beberapa bakteri dan jamur yang menyebabkan gangguan kulit dan dapat dilawan oleh jernang adalah staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan jamur candida albicans[4].
Jernang juga dapat menjaga kesehatan kulit, mengatasi jerawat pada wajah, serta melindungi kulit dari sinar ultraviolet dan mengatasi iritasi pada kulit[4].
Jernang dapat mengobati radang dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seperi e.coli, Bacillus subtilis, proteus mirabilis, dan enterobacter aerogenes serta jamur aspergillus flavus[4].
Beberapa jenis infeksi yang dapat diatasi oleh jernang ini adalah infeksi usus, penyakit aspergillosis, infeksi saluran[6].
Jernang dapat menghambat penyerapan karbohidrat pada usus sehingga menurunkan kadar gula darah dan trigliserida secara signifikan serta meningkatkan produksi insulin[7].
Aktivitas ini sangat bermanfaat untuk penderita diabetes karena dapat menurunkan kadar gula darah yang tinggi.
Kandungan jernang terbukti dapat menghambat pembengkakan kaki yang disebabkan oleh penumpukan cairan atau edema serta menghambat radang atau penyempitan saraf yang kronis[8].
Ini berarti jernang dapat digunakan untuk mengatasi radang seperti radang sendi dan sebagai analgesik untuk mengurangi nyeri.
Jernang telah digunakan pada beberapa negara seperti Cina untuk mengatasi radang seperti radang usus dan meredakan rasa nyeri[4,8].
Jernang dapat menghentikan diare atau disentri yang disebabkan oleh keracunan makanan atau minuman yang mengandung berbagai bakteri[9].
Jernang terbukti dapat mengurangi ekskresi natrium dan klorida pada usus serta memperlambat perpindahan sari makanan pada usus kecil sehingga mengurangi kadar air dan racun yang masuk ke usus dan mengurangi kotoran yang berair[9].
Jernang telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional pada beberapa negara seperti Cina untuk mengatasi diare dan disentri[9].
Asam oleat dan stearat yang terdapat pada jernang dapat menghambat pertumbuhan serta meningkatkan apoptosis sehingga dapat membunuh sel kanker seperti kanker hati, usus, serta ginjal[10,11].
Hal ini baik untuk mencegah pertumbuhan sel kanker dan merusak sel kanker pada tubuh.
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram atau proses membuang sel - sel yang sudah tua serta tidak diperlukan oleh tubuh dan digantikan dengan sel yang baru.
Jernang mengandung antiplatelet yang berfungsi sebagai pengencer darah dan mengatasi gumpalan darah yang terbentuk dalam tubuh[12].
Ini sangat bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah, melindungi kesehatan jantung, dan mencegah penyakit jantung serta stroke[12].
Antioksidan yang dimiliki oleh jernang dapat melindungi hati dari berbagai racun yang masuk ke tubuh dan mencegah terjadinya gangguan hati serta berbagai penyakit pada hati[4].
Jernang juga dapat meningkatkan sistem kekebalan dalam tubuh secara signifikan sehingga mencegah seseorang terkena penyakit[4].
Jernang telah digunakan di Cina dan Amerika untuk mengatasi penyakit jantung koroner dan mengurangi kemungkinan untuk terken serangan jantung[4].
Jernang dapat memperlebar pembuluh darah dan melarutkan gumpalan darah sehingga mengurangi gejala klinis dari penyakit jantung[4].
Selain luka luar atau luka pada kulit, jernang juga dapat digunakan untuk mengatasi perdarahan dan luka internal atau pada bagian dalam tubuh[4].
Jernang telah digunakan di Cina untuk mengobati perdarahan pada saluran pencernaan secara signifikan dan cepat[4].
Jernang juga dapat digunakan untuk mengatasi luka pada lambung dan mengurangi tingkat keasaman lambung sehingga mencegah penyakit maag atau tukak lambung[15].
Jernang juga dapat digunakan untuk mengatasi wasir atau sembelit atau kesulitan buang air besar. Ini telah digunakan di Cina untuk mengatasi wasir[4].
Jernang dapat mengurangi radang atau pembengkakan pada pembuluh darah di sekitar anus sehingga membantu untuk memperlancar buang air besar dan mengurangi nyeri saat buang air besar[4].
Jernang dapat digunakan pada bekas gigitan serangga untuk mengurangi pembengkakan, mengurangi nyeri, serta mencegah racun dari serangga tersebut masuk ke dalam tubuh[15].
Jernang dapat digunakan untuk melawan virus yang menyebabkan penyakit herpes. Ini dapat digunakan menyembuhkan infeksi herpes pada kulit dan mengurangi rasa nyeri yang timbul karena penyakit herpes[15].
Jernang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan gigi atau sakit gigi. Ini dapat mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada gigi[19].
Beberapa efek samping yang ditemukan bila menggunakan jernang secara berlebihan atau dalam waktu yang lama adalah sebagai berikut:
Kemampuan jernang untuk menurunkan kadar gula darah secara signifikan dapat memberikan efek samping terhadap seseorang yang memiliki kadar gula yang rendah[14].
Jernang yang dikonsumsi secara berlebihan dan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan reaksi hipoglikemia atau kadar gula yang terlalu rendah dengan gejala pusing, badan gemetar atau tremor, dan mual.
Penggunaan jernang secara oral bukan untuk mengatasi diabetes, disarankan untuk memeriksa kadar gula darah terlebih dahulu dan tidak mengkonsumsi dalam waktu lama.
Jernang yang dikonsumsi melebihi 1500 mg/ kg dan dalam waktu yang lama dapat meningkatkan berat badan. Untuk itu, jernang tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam waktu yang lam khususnya pada pasien obesitas atau pasien yang memiliki berat badan berlebih[16].
Jernang dapat meningkatkan kadar bilirubin dalam darah dan dapat menyebabkan radang hati bila kadarnya terlalu banyak dalam hati[16].
Untuk itu, penderita penyakit hati disarankan untuk berkonsultasi dalam menggunakan jernang secara oral dan sebaiknya melakukan pemeriksaan fungsi hati secara berkala[16].
Jernang memiliki fungsi sebagai pengencer darah, maka jernang tidak boleh digabungkan dengan obat pengencer darah lainnya karena dapat menimbulkan keracunan serta perdarahan yang tidak terkendali[12].
Untuk itu, pasien yang mengkonsumsi obat pengencer darah tidak disarankan untuk menggunakan jernang secara oral.
Jernang dapat memberikan reaksi alergi pada kulit seperti sensasi terbakar atau rasa menyengat. Sebaiknya pengecekan alergi terhadap jernang dilakukan terlebih dahulu, sebelum menggunakannya pada kulit[4].
Beberapa cara untuk menggunakan jernang adalah sebagai berikut:
Jernang telah banyak digunakan sebagai bahan kosmetik atau obat-obatan berbentuk suplemen. Jernang biasanya diolah menjadi kapsul, ekstrak cairan siap minum, pasta gigi, krim, serum, serta salep[17].
Ini dapat digunakan untuk mengatasi beberapa penyakit sesuai dengan manfaat dari jernang seperti menyembuhkan luka, menjaga kesehatan kulit, mengatasi diabetes, dan lain sebagainya.
Jernang yang berbentuk resin dapat dihancurkan dengan menggunakan blender hingga menjadi halus dan berbentuk serbuk[16].
Serbuk jernang juga dapat dibuat dari buah pada pohon rotan jernang dikeringkan pada sinar matahari selama 2 hari, lalu ditumbuk hingga menjadi serbuk[18].
Serbuk ini dilarutkan dengan air untuk diteteskan untuk menyembuhkan luka, bisul kudis serta infeksi pada kulit. Serbuk ini dimasukkan ke dalam kapsul untuk dikonsumsi secara oral[17].
Ekstrak jernang dibuat dengan cara serbuk jernang dapat dicampur dengan alkohol atau yang sering digunakan adalah metanol dengan perbandingan 1 : 10. Ini dibiarkan dalam suhu kamar selama 3 hari[16].
Campuran ini disaring dengan kain atau kertas untuk membuang sisa serbuk. Lalu, ekstrak jernang dipisahkan dari metanol dengan alat penguap putar atau evaporator. Ekstrak jernang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit[16].
Jernang disimpan pada wadah tertutup serta kering dan diletakkan pada suhu ruangan dan tempat yang jauh dari air aga menjaga jernang tetap kering[17].
Jernang merupakan getah atau resin yang berasal dari pepohonan dan memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan serta efek samping yang berbahaya bila digunakan secara berlebihan.
1) Joanna Jura-Morawiec & Mirela Tulik. Dragon’s blood secretion and its ecological significance. Springer. 2016.
2) Jia-Yi Fan, Tao Yi, Chui-Mei Sze-To, Lin Zhu, Wan-Ling Peng, Ya-Zhou Zhang, Zhong-Zhen Zhao & Hu-Biao Chen. A Systematic Review of the Botanical, Phytochemical and Pharmacological Profile of Dracaena cochinchinensis, a Plant Source of the Ethnomedicine “Dragon’s Blood”. Molecules. 2014.
3) Deepika Gupta, Bruce Bleakley & Rajinder K. Gupta. Dragon’s blood: Botany, chemistry and therapeutic uses. Elsevier. 2007.
4) Deepika Gupta & Rajinder K Gupta. Bioprotective properties of Dragon’s blood resin: In vitro evaluation of antioxidant activity and antimicrobial activity. BMC Complementary and Alternative Medicine. 2011.
5) Iik Sri Sulasmi. Population And Management Of Rotan Jernang (Daemonorops draco Willd.) In Jebak Batanghari District, Jambi Province. Universitas Indonesia. 2012.
6) Foroogh Namjoyan, Fatemeh Kiashi, Zahra Beigom Moosavi, Fatemeh Saffari & Behzad Sharif Makhmalzadeh. Efficacy of Dragon's blood cream on wound healing: A randomized, double-blind, placebo-controlled clinical trial. Elsevier. 2016.
7) Hui-Juan Gu, Jing-Ci Lv, Ke-Lan Yong, Xu Chen, Pei-Pei Liu & Xia-Bing Zhang. Antidiabetic effect of an active fraction extracted from dragon's blood (Dracaena Cochinchinensis). Journal of Enzyme Inhibition and Medicinal Chemistry Taylor & Francis Online. 2009.
8) Yu-Sang Li, Jun-Xian Wang, Mei-Mei Jia, Min Liu, Xiao-Jun Li & He-Bin Tang. Dragon's blood inhibits chronic inflammatory and neuropathic pain responses by blocking the synthesis and release of substance P in rats. Elsevier. 2012.
9) L A Gurgel, R M Silva, F A Santos, D T Martins, P O Mattos & V S Rao. Studies on the antidiarrhoeal effect of dragon's blood from Croton urucurana. Phytotherapy Research Wiley Online Library. 2007.
10) Angel Josabad Alonso-Castro, Elizabeth Ortiz-Sánchez, Fabiola Domínguez, Gabriela López-Toledo, Marco Chávez, Angel de Jesús Ortiz-Tello & Alejandro García-Carrancá. Antitumor effect of Croton lechleri Mull. Arg. (Euphorbiaceae). Elsevier. 2012.
11) Maria João Valente, Paula Guedes de Pinho, Rui Henrique, José A. Pereira & Márcia Carvalho. Further insights into chemical characterization through GC–MS and evaluation for anticancer potential of Dracaena draco leaf and fruit extracts. Elsevier. 2012.
12) Tao Yi, Hu-Biao Chen, Zhong-Zhen Zhao, Zhi-Ling Yu& Zhi-Hong Jiang. Comparison of the chemical profiles and anti-platelet aggregation effects of two “Dragon's Blood” drugs used in traditional Chinese medicine. Elsevier. 2011.
13) Edson Luis Maistro, Giulia Ganthous, Marina da Silva Machado, Tailyn Zermiani, Sérgio Faloni de Andrade, Paulo Cesar Pires Rosa & Fabio Ferreira Perazzo. Dragon's blood Croton palanostigma induces genotoxic effects in mice. Elsevier. 2013.
14) Yi Chang, Ting-Chen Chang, Jie-Jen Lee, Nen-Chung Chang, Yung-Kai Huang , Cheuk-Sing Choy & Thanasekaran Jayakumar. Sanguis draconis, a Dragon’s Blood Resin, Attenuates High Glucose-Induced Oxidative Stress and Endothelial Dysfunction in Human Umbilical Vein Endothelial Cells. Hindawi Publishing. 2014.
15) Kenneth Jones. Review of sangre de drago (Croton lechleri)--a South American tree sap in the treatment of diarrhea, inflammation, insect bites, viral infections, and wounds: traditional uses to clinical research. National Institute of Health. 2003.
16) Nashwan Abdullah Al-Afifi, Aied Mohammed Alabsi, Marina Mohd Bakri & Anand Ramanathan. Acute and sub-acute oral toxicity of Dracaena cinnabari resin methanol extract in rats. National Institute of Health. 2018.
17) Cathy Wong & Lana Butner, ND, LAC. The Health Benefits of Blood of the Dragon. Verywell Health. 2020.
18) Totok K. Waluyo & Gunawan Pasaribu. Antifungal, Antibacterial and Wound Healing Activity of Dragon's blood Extracts. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 2015.
19) Christine Men Martins, Elizane Ferreira Hamanaka, Thayse Yumi Hoshida, Ana Maria Sell, Mirian Marubayashi Hidalgo, Catarina Soares Silveira & Wilson Roberto Poi. Dragon's Blood Sap (Croton Lechleri) As Storage Medium For Avulsed Teeth: In Vitro Study Of Cell Viability. Brazil : Brazilian Dental Journal. 2016.