Daftar isi
Kanker usus besar atau kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang tumbuh atau berawal dari usus besar dan dapat berkembang semakin ganas [1,3].
Seringkali tumor sudah ada pada usus besar yang bersifat jinak dan dikenal dengan istilah polip [1,3].
Namun seiring waktu, tumor dapat membesar dan bersifat lebih ganas yang ditandai dengan buang air besar disertai darah [1].
Hingga kini para dokter belum juga mengetahui secara pasti faktor penyebab kanker usus besar.
Namun, perubahan atau mutasi genetik menjadi dugaan kuat penyebab dari timbulnya sel-sel abnormal pada usus besar yang awalnya bersifat jinak dan bisa berkembang makin ganas [1,3].
Sel-sel dalam tubuh pada dasarnya bersifat normal dan memecah-belah secara sehat untuk fungsi tubuh yang baik [1,3].
Namun tanpa disadari, kerusakan pada sel-sel DNA bisa saja terjadi yang kemudian bersifat abnormal dan bersifat kanker [1,3].
Ketika sel-sel abnormal ini terus membelah diri dan menyebar, sel-sel abnormal yang terakumulasi semakin banyak ini akan membentuk tumor di dalam tubuh manusia [1,3].
Ada beberapa jenis tumor yang tetap tidak berbahaya karena bersifat jinak, namun tak jarang tumor berubah ganas dan bermetastasis (menyebar ke organ-organ tubuh terdekat maupun yang jauh) [1,3].
Di bawah ini adalah sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko kanker usus besar dan perlu diwaspadai [1,3,4,5] :
Ketika tumor masih berukuran kecil dan bersifat jinak, penderita kerap kali tidak menyadari karena ketiadaan gejala.
Sekalipun demikian, pada beberapa kasus kanker usus besar awal dapat menimbulkan gejala berupa [1,6] :
Seringkali perut sakit atau bahkan BAB berdarah sering tidak disadari sebagai kondisi yang serius.
Feses keluar bersama darah pun dapat dianggap sebagai kondisi wasir yang padahal bisa saja merupakan kondisi lain.
Jika sudah berada pada stadium lanjut, keluhan penderita akan lebih berat, seperti [1,7] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika sejumlah gejala timbul namun dirasa tidak normal dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, pastikan untuk segera ke dokter.
Bila terdapat keluhan yang bersifat persisten, secepatnya konsultasikan dengan dokter, terutama agar skrining usus dapat ditempuh.
Apabila pasien merasakan keluhan yang mengarah pada masalah pencernaan, terutama pada bagian usus, dokter perlu melakukan skrining untuk mengidentifikasi penyebabnya.
Bahkan untuk pengecekan kesehatan rutin dan bagi kasus kanker usus besar tanpa gejala, skrining dapat mendeteksi polip usus non-kanker maupun tanda-tanda kanker usus besar.
Beberapa metode pemeriksaan yang perlu pasien lalui untuk memastikan bahwa gejala disebabkan kanker usus besar adalah :
Seperti pada umumnya, dokter akan mengecek kondisi gejala fisik pasien lebih dulu [1,8].
Hal ini disertai dengan sejumlah pertanyaan yang dokter ajukan untuk mengonfirmasi ada tidaknya riwayat medis tertentu pada pasien maupun keluarga pasien [1,8].
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis tentu membutuhkan metode pemeriksaan lain untuk dokter menegakkan diagnosa, salah satunya adalah tes darah [1,8].
Tes darah tidak dapat mendeteksi adanya kanker pada usus besar, namun untuk mengetahui kondisi keseluruhan tubuh pasien, tes ini dapat membantu [1,8].
Dokter dapat mengetahui kondisi organ hati dan ginjal pasien melalui pemeriksaan darah [1,8].
Kolonoskopi adalah sebuah metode pemeriksaan usus besar maupun rektum dengan memasukkan sebuah selang fleksibel panjang berkamera kecil agar kondisi bagian dalam usus besar dan rektum terdeteksi [8].
Kondisi kedua bagian tubuh pasien tersebut akan nampak pada monitor yang tersambung dengan selang tersebut [8].
Dari hasil gambar yang muncul dokter akan tahu ada tidaknya keabnormalan di usus besar maupun rektum pasien [8].
Selain kolonoskopi dengan metode memasukkan selang langsung ke usus besar dan rektum, ada pula cara lain, yakni kolonoskopi virtual atau CT kolonografi [1].
Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter menggunakan CT scan untuk memeriksa kondisi usus besar pasien dan mengidentifikasi keberadaan sel atau jaringan abnormal [1].
Melalui kolonoskopi manual, biopsi atau pengambilan sampel jaringan bisa dilakukan [1,8].
Dokter akan mengambil sampel jaringan usus besar atau rektum pasien untuk mengetahui adanya sel atau jaringan abnormal yang disebut tumor [1,8].
Pemeriksaan MRI dan CT adalah dalam tiga fase kemungkinan akan dilakukan oleh dokter untuk memastikan adanya penyebaran sel kanker ke liver [1].
Hal ini seringkali juga diikuti dengan prosedur PET scan jika diperlukan. CT scan akan diterapkan pada area dada, panggul dan perut, terutama bila pasien sudah terdiagnosa kanker usus besar [1].
CT scan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran sel kanker dan menentukan pengobatan yang paling tepat [1].
Tingkat keparahan dan penyebaran kanker menjadi pertimbangan utama dokter dalam memberikan penanganan yang tepat.
Berikut ini adalah metode-metode pengobatan untuk kanker usus besar pada umumnya :
Pengangkatan sel-sel kanker pada usus besar tentu dapat dilakukan melalui jalur operasi [1].
Beberapa prosedur operasi yang bisa ditempuh oleh pasien adalah polipektomi dan laparoskopi [1].
Selain operasi, terapi radiasi adalah metode penanganan kanker pada umumnya yang juga dapat diterapkan untuk kanker usus besar [1].
Tujuan terapi radiasi adalah membasmi sepenuhnya sel-sel kanker; terkadang juga digunakan menyusutkan sel kanker untuk kemudian lebih mudah diangkat dengan operasi [1].
Radioterapi ini juga berguna meredakan nyeri karena kanker dan akan jauh lebih efektif bila pasien menjalaninya bersama dengan kemoterapi [1].
Kemoterapi pada dasarnya adalah terapi obat untuk membunuh sel-sel kanker yang seringkali akan dikombinasi dengan terapi radiasi [1,3].
Namun jika terapi radiasi dapat ditempuh sebelum pasien menjalani operasi, kemoterapi adalah prosedur yang pasien dapat jalani usai operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker pasca operasi [1,3].
Meski demikian, ada pula beberapa kasus di mana pasien menjalani kemoterapi lebih dulu untuk menyusutkan ukuran kanker sebelum operasi atau meringankan gejala [1,3].
Terapi obat satu ini umumnya digunakan untuk kanker usus besar stadium lanjut dengan melawan kanker menggunakan sistem imun milik pasien [1].
Dokter biasanya akan memastikan lebih dulu apakah sel-sel kanker akan bereaksi terhadap imunoterapi sebelum melanjutkannya [1].
Bagaimana prognosis kanker usus besar?
Peluang kelangsungan hidup 5 tahun untuk penderita kanker usus besar adalah sekitar 63% [8].
Persentase jauh lebih tinggi, yakni 91% apabila gejala kanker usus besar terdeteksi secara dini dan masih berada di stadium awal [8].
Kondisi stadium awal kanker biasanya masih lebih mudah untuk diatasi, namun jika jaringan dan organ tubuh sekitar sudah terkena penyebaran sel kanker, peluang kelangsungan hidup 5 tahun bagi penderitanya adalah 72% [8].
Ketika kanker usus besar tidak segera diatasi, terdapat sejumlah risiko komplikasi berbahaya yang mampu mengancam jiwa penderitanya [9] :
Kanker usus besar dapat dicegah melalui penerapan gaya hidup sehat dan seimbang [10].
Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak, menjaga berat badan agar tidak obesitas, serta berolahraga rutin sangat dianjurkan [10].
Tidak merokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, dan melakukan cek kesehatan (khususnya skrining usus dan rektum) dapat meminimalisir risiko kanker usus besar [10].
1. Alejandro Recio-Boiles & Burt Cagir. Colon Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Kolorektal. Kanker Kementerian Kesehatan Indonesia; 2018.
3. Gaius J. Augustus & Nathan A. Ellis. Colorectal Cancer Disparity in African Americans. The American Journal of Pathology; 2018.
4. Sooyoung Cho, Aesun Shin, Sue K. Park, Hai-Rim Shin, Soung-Hoon Chang, & Keun-Young Yoo. Alcohol Drinking, Cigarette Smoking and Risk of Colorectal Cancer in the Korean Multi-center Cancer Cohort. Journal of Cancer Prevention; 2015.
5. Efrat L. Amitay, Prudence R. Carr, Lina Jansen, Wilfried Roth, Elizabeth Alwers, Esther Herpel, Matthias Kloor,6 Hendrik Bläker, Jenny Chang-Claude, Hermann Brenner, & Michael Hoffmeister. Smoking, alcohol consumption and colorectal cancer risk by molecular pathological subtypes and pathways. British Journal of Cancer; 2020.
6. Jens Sundbøll, Sandra Kruchov Thygesen, Katalin Veres, Donghua Liao, Jingbo Zhao, Hans Gregersen, & Henrik Toft Sørensen. Risk of cancer in patients with constipation. Clinical Epidemiology; 2019.
7. Anne M. Walling, MD, PhD, Jane C. Weeks, MD, Katherine L. Kahn, MD, Diana Tisnado, PhD, Nancy L. Keating, MD, Sydney M. Dy, MD, Neeraj K. Arora, PhD, Jennifer W. Mack, MD, Philip M. Pantoja, MA, & Jennifer L. Malin, MD, PhD. Symptom Prevalence in Lung and Colorectal Cancer Patients. HHS Public Access; 2016.
8. Cancer.Net Editorial Board. Colorectal Cancer: Statistics. Cancer.Net; 2021.
9. Todd Gersten, MD; David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. Colorectal cancer. Medline Plus; 2020.
10. The American Cancer Society medical and editorial content team. Six Ways to Lower Your Risk for Colorectal Cancer. American Cancer Society; 2021.