Penyakit & Kelainan

Kanker Usus Besar : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Kanker Usus Besar?

Kanker usus besar atau kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang tumbuh atau berawal dari usus besar dan dapat berkembang semakin ganas [1,3].

Seringkali tumor sudah ada pada usus besar yang bersifat jinak dan dikenal dengan istilah polip [1,3].

Namun seiring waktu, tumor dapat membesar dan bersifat lebih ganas yang ditandai dengan buang air besar disertai darah [1].

Fakta Tentang Kanker Usus Besar

  1. Di Amerika Serikat, prevalensi kanker usus besar per tahunnya mencapai 70% di mana kasus kanker usus besar menjadi penyebab kematian kedua di negara ini [1].
  2. Apabila kanker usus besar dan rektum digabungkan, maka jumlah kasus kematian karena penyakit ini diperkirakan mencapai 50.000 lebih setiap tahun di Amerika [1].
  3. Sementara itu, prevalensi kanker usus besar di dunia bervariasi dengan angka kasus lebih tinggi di negara-negara maju [1].
  4. Pria memiliki risiko 20% lebih tinggi daripada wanita dalam mengalami kanker usus besar [1].
  5. Di Amerika Serikat dari tahun 1975 hingga 2014 terdapat penurunan angka kasus kematian karena kanker usus besar sebesar 51%; dalam hal ini, perkembangan teknologi pengobatan dan juga deteksi dini kanker usus besar berperan besar [1].
  6. Tingkat harapan hidup pasien penderita kanker usus besar jauh lebih tinggi dan memiliki peluang hidup selama 5 tahun ke depan pada sekitar 65% pasien yang memperoleh penanganan medis sedini dan seterbaik mungkin menurut laporan National Cancer Institute [1].
  7. Di Indonesia, prevalensi kasus kanker usus besar adalah 12,8 per 100.000 penduduk yang berusia dewasa di mana data ini berasal dari Globocan tahun 2012 lalu dengan persentase kasus kematian karena kanker usus besar sebesar 9,5% [2].

Penyebab Kanker Usus Besar

Hingga kini para dokter belum juga mengetahui secara pasti faktor penyebab kanker usus besar.

Namun, perubahan atau mutasi genetik menjadi dugaan kuat penyebab dari timbulnya sel-sel abnormal pada usus besar yang awalnya bersifat jinak dan bisa berkembang makin ganas [1,3].

Sel-sel dalam tubuh pada dasarnya bersifat normal dan memecah-belah secara sehat untuk fungsi tubuh yang baik [1,3].

Namun tanpa disadari, kerusakan pada sel-sel DNA bisa saja terjadi yang kemudian bersifat abnormal dan bersifat kanker [1,3].

Ketika sel-sel abnormal ini terus membelah diri dan menyebar, sel-sel abnormal yang terakumulasi semakin banyak ini akan membentuk tumor di dalam tubuh manusia [1,3].

Ada beberapa jenis tumor yang tetap tidak berbahaya karena bersifat jinak, namun tak jarang tumor berubah ganas dan bermetastasis (menyebar ke organ-organ tubuh terdekat maupun yang jauh) [1,3].

Faktor Risiko Kanker Usus Besar

Di bawah ini adalah sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko kanker usus besar dan perlu diwaspadai [1,3,4,5] :

  • Ras : Orang-orang keturunan Afrika-Amerika memiliki risiko 25% lebih tinggi dalam mengalami kanker usus besar daripada orang-orang dari ras lain.
  • Usia : Lansia atau orang-orang yang telah berusia 50 tahun ke atas jauh lebih rentan menderita kanker usus besar. Meski begitu, kasus kanker usus besar pada usia muda pun kini semakin tinggi.
  • Radang Usus : Penyakit radang kronis pada usus dapat memicu kanker usus besar, seperti halnya penderita penyakit Crohn dan penderita kolitis ulseratif.
  • Riwayat Polip atau Kanker Usus : Orang-orang yang sebelumnya pernah menderita salah satu atau kedua kondisi ini berisiko lebih tinggi mengembangkan kanker usus kembali.
  • Riwayat Kesehatan Keluarga : Anggota keluarga dengan riwayat kanker usus mampu menjadi salah satu pemicu seseorang kemudian menderita penyakit yang sama. Risiko akan semakin tinggi dalam mengalami kanker usus besar jika terdapat lebih dari satu anggota keluarga dengan riwayat penyakit ini.
  • Paparan Radiasi : Memiliki riwayat kanker dan riwayat penempuhan terapi radiasi untuk pengobatan kanker (terutama pada area perut) akan meningkatkan risiko kanker usus besar.
  • Konsumsi Alkohol : Pecandu alkohol atau pengonsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang mampu memicu kanker usus besar.
  • Kebiasaan Merokok : Tidak hanya membahayakan kulit, mulut dan paru-paru, kebiasaan merokok dan sudah pada tahap sulit berhenti mampu meningkatkan risiko kanker usus besar.
  • Obesitas : Pemilik berat badan berlebih, khususnya sudah tergolong obesitas mampu memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker usus besar dibandingkan orang-orang dengan berat badan normal.
  • Diabetes : Kanker usus besar pun berpotensi lebih tinggi menyerang orang-orang yang merupakan penderita resistensi insulin atau diabetes.
  • Gaya Hidup Tidak Sehat : Risiko kanker usus besar lebih tinggi pada orang-orang yang jarang berolahraga serta suka mengonsumsi makanan-makanan rendah serat dan tinggi lemak. Pengonsumsi daging olahan dan daging merah berlebih tanpa mengimbanginya dengan sayuran dan buah perlu waspada terhadap risiko kanker usus besar.

Gejala Kanker Usus Besar

Ketika tumor masih berukuran kecil dan bersifat jinak, penderita kerap kali tidak menyadari karena ketiadaan gejala.

Sekalipun demikian, pada beberapa kasus kanker usus besar awal dapat menimbulkan gejala berupa [1,6] :

  • Perut terasa penuh atau kembung
  • Sembelit atau justru diare
  • Ketika BAB, warna dan bentuk feses tidak seperti biasanya
  • Sakit perut
  • Kram perut
  • Ketika BAB, feses keluar bersama darah

Seringkali perut sakit atau bahkan BAB berdarah sering tidak disadari sebagai kondisi yang serius.

Feses keluar bersama darah pun dapat dianggap sebagai kondisi wasir yang padahal bisa saja merupakan kondisi lain.

Jika sudah berada pada stadium lanjut, keluhan penderita akan lebih berat, seperti [1,7] :

  • Setiap kali BAB serasa tidak tuntas
  • Tubuh lebih mudah lelah dan lesu
  • Berat badan turun drastis tanpa alasan yang jelas
  • Perubahan warna dan bentuk feses tidak normal dan hal ini terjadi terus-menerus
  • Jaundice (bagian putih bola mata serta kulit tubuh menguning)
  • Sakit kepala
  • Area tungkai maupun lengan dapat mengalami pembengkakan
  • Gangguan pernafasan
  • Penglihatan buram

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Ketika sejumlah gejala timbul namun dirasa tidak normal dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, pastikan untuk segera ke dokter.

Bila terdapat keluhan yang bersifat persisten, secepatnya konsultasikan dengan dokter, terutama agar skrining usus dapat ditempuh.

Pemeriksaan Kanker Usus Besar

Apabila pasien merasakan keluhan yang mengarah pada masalah pencernaan, terutama pada bagian usus, dokter perlu melakukan skrining untuk mengidentifikasi penyebabnya.

Bahkan untuk pengecekan kesehatan rutin dan bagi kasus kanker usus besar tanpa gejala, skrining dapat mendeteksi polip usus non-kanker maupun tanda-tanda kanker usus besar.

Beberapa metode pemeriksaan yang perlu pasien lalui untuk memastikan bahwa gejala disebabkan kanker usus besar adalah :

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Seperti pada umumnya, dokter akan mengecek kondisi gejala fisik pasien lebih dulu [1,8].

Hal ini disertai dengan sejumlah pertanyaan yang dokter ajukan untuk mengonfirmasi ada tidaknya riwayat medis tertentu pada pasien maupun keluarga pasien [1,8].

  • Tes Darah

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis tentu membutuhkan metode pemeriksaan lain untuk dokter menegakkan diagnosa, salah satunya adalah tes darah [1,8].

Tes darah tidak dapat mendeteksi adanya kanker pada usus besar, namun untuk mengetahui kondisi keseluruhan tubuh pasien, tes ini dapat membantu [1,8].

Dokter dapat mengetahui kondisi organ hati dan ginjal pasien melalui pemeriksaan darah [1,8].

Kolonoskopi adalah sebuah metode pemeriksaan usus besar maupun rektum dengan memasukkan sebuah selang fleksibel panjang berkamera kecil agar kondisi bagian dalam usus besar dan rektum terdeteksi [8].

Kondisi kedua bagian tubuh pasien tersebut akan nampak pada monitor yang tersambung dengan selang tersebut [8].

Dari hasil gambar yang muncul dokter akan tahu ada tidaknya keabnormalan di usus besar maupun rektum pasien [8].

  • CT Kolonografi

Selain kolonoskopi dengan metode memasukkan selang langsung ke usus besar dan rektum, ada pula cara lain, yakni kolonoskopi virtual atau CT kolonografi [1].

Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter menggunakan CT scan untuk memeriksa kondisi usus besar pasien dan mengidentifikasi keberadaan sel atau jaringan abnormal [1].

Melalui kolonoskopi manual, biopsi atau pengambilan sampel jaringan bisa dilakukan [1,8].

Dokter akan mengambil sampel jaringan usus besar atau rektum pasien untuk mengetahui adanya sel atau jaringan abnormal yang disebut tumor [1,8].

  • Tes Pemindaian Tiga Fase CT dan MRI

Pemeriksaan MRI dan CT adalah dalam tiga fase kemungkinan akan dilakukan oleh dokter untuk memastikan adanya penyebaran sel kanker ke liver [1].

Hal ini seringkali juga diikuti dengan prosedur PET scan jika diperlukan. CT scan akan diterapkan pada area dada, panggul dan perut, terutama bila pasien sudah terdiagnosa kanker usus besar [1].

CT scan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran sel kanker dan menentukan pengobatan yang paling tepat [1].

Pengobatan Kanker Usus Besar

Tingkat keparahan dan penyebaran kanker menjadi pertimbangan utama dokter dalam memberikan penanganan yang tepat.

Berikut ini adalah metode-metode pengobatan untuk kanker usus besar pada umumnya :

  • Operasi

Pengangkatan sel-sel kanker pada usus besar tentu dapat dilakukan melalui jalur operasi [1].

Beberapa prosedur operasi yang bisa ditempuh oleh pasien adalah polipektomi dan laparoskopi [1].

  • Terapi Radiasi

Selain operasi, terapi radiasi adalah metode penanganan kanker pada umumnya yang juga dapat diterapkan untuk kanker usus besar [1].

Tujuan terapi radiasi adalah membasmi sepenuhnya sel-sel kanker; terkadang juga digunakan menyusutkan sel kanker untuk kemudian lebih mudah diangkat dengan operasi [1].

Radioterapi ini juga berguna meredakan nyeri karena kanker dan akan jauh lebih efektif bila pasien menjalaninya bersama dengan kemoterapi [1].

  • Kemoterapi

Kemoterapi pada dasarnya adalah terapi obat untuk membunuh sel-sel kanker yang seringkali akan dikombinasi dengan terapi radiasi [1,3].

Namun jika terapi radiasi dapat ditempuh sebelum pasien menjalani operasi, kemoterapi adalah prosedur yang pasien dapat jalani usai operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker pasca operasi [1,3].

Meski demikian, ada pula beberapa kasus di mana pasien menjalani kemoterapi lebih dulu untuk menyusutkan ukuran kanker sebelum operasi atau meringankan gejala [1,3].

  • Imunoterapi

Terapi obat satu ini umumnya digunakan untuk kanker usus besar stadium lanjut dengan melawan kanker menggunakan sistem imun milik pasien [1].

Dokter biasanya akan memastikan lebih dulu apakah sel-sel kanker akan bereaksi terhadap imunoterapi sebelum melanjutkannya [1].

Bagaimana prognosis kanker usus besar?

Peluang kelangsungan hidup 5 tahun untuk penderita kanker usus besar adalah sekitar 63% [8].

Persentase jauh lebih tinggi, yakni 91% apabila gejala kanker usus besar terdeteksi secara dini dan masih berada di stadium awal [8].

Kondisi stadium awal kanker biasanya masih lebih mudah untuk diatasi, namun jika jaringan dan organ tubuh sekitar sudah terkena penyebaran sel kanker, peluang kelangsungan hidup 5 tahun bagi penderitanya adalah 72% [8].

Komplikasi Kanker Usus Besar

Ketika kanker usus besar tidak segera diatasi, terdapat sejumlah risiko komplikasi berbahaya yang mampu mengancam jiwa penderitanya [9] :

  • Sumbatan pada usus besar.
  • Metastasis atau penyebaran sel kanker hingga ke jaringan serta organ tubuh baik yang dekat maupun jauh.
  • Kanker usus besar rekuren.

Pencegahan Kanker Usus Besar

Kanker usus besar dapat dicegah melalui penerapan gaya hidup sehat dan seimbang [10].

Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak, menjaga berat badan agar tidak obesitas, serta berolahraga rutin sangat dianjurkan [10].

Tidak merokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, dan melakukan cek kesehatan (khususnya skrining usus dan rektum) dapat meminimalisir risiko kanker usus besar [10].

1. Alejandro Recio-Boiles & Burt Cagir. Colon Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Kolorektal. Kanker Kementerian Kesehatan Indonesia; 2018.
3. Gaius J. Augustus & Nathan A. Ellis. Colorectal Cancer Disparity in African Americans. The American Journal of Pathology; 2018.
4. Sooyoung Cho, Aesun Shin, Sue K. Park, Hai-Rim Shin, Soung-Hoon Chang, & Keun-Young Yoo. Alcohol Drinking, Cigarette Smoking and Risk of Colorectal Cancer in the Korean Multi-center Cancer Cohort. Journal of Cancer Prevention; 2015.
5. Efrat L. Amitay, Prudence R. Carr, Lina Jansen, Wilfried Roth, Elizabeth Alwers, Esther Herpel, Matthias Kloor,6 Hendrik Bläker, Jenny Chang-Claude, Hermann Brenner, & Michael Hoffmeister. Smoking, alcohol consumption and colorectal cancer risk by molecular pathological subtypes and pathways. British Journal of Cancer; 2020.
6. Jens Sundbøll, Sandra Kruchov Thygesen, Katalin Veres, Donghua Liao, Jingbo Zhao, Hans Gregersen, & Henrik Toft Sørensen. Risk of cancer in patients with constipation. Clinical Epidemiology; 2019.
7. Anne M. Walling, MD, PhD, Jane C. Weeks, MD, Katherine L. Kahn, MD, Diana Tisnado, PhD, Nancy L. Keating, MD, Sydney M. Dy, MD, Neeraj K. Arora, PhD, Jennifer W. Mack, MD, Philip M. Pantoja, MA, & Jennifer L. Malin, MD, PhD. Symptom Prevalence in Lung and Colorectal Cancer Patients. HHS Public Access; 2016.
8. Cancer.Net Editorial Board. Colorectal Cancer: Statistics. Cancer.Net; 2021.
9. Todd Gersten, MD; David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. Colorectal cancer. Medline Plus; 2020.
10. The American Cancer Society medical and editorial content team. Six Ways to Lower Your Risk for Colorectal Cancer. American Cancer Society; 2021.

Share